Katimaha
Katimaha, Kleinhovia hospita
Desa Merapun, Kelay, Berau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Tribus:
Genus:
Kleinhovia

Spesies:
K. hospita
Nama binomial
Kleinhovia hospita
L., 1763[1]
Sinonim
  • Cattimarus hospitus (L.) Kuntze
  • Grewia meyeniana Walp.


sumber: The Plant List[2]

Katimaha,[3] timaha atau katimahar (Kleinhovia hospita) adalah sejenis pohon, satu-satunya spesies dalam genus Kleinhovia, famili Malvaceae.[4] Kayu ini tumbuh alami di Indonesia, Malaysia dan bagian lain benua Asia.

Pohon dengan cukup banyak kegunaan ini dikenal dengan aneka nama daerah seperti katimahar, kinar (Amb.); tangkèlè, tangkolo (Sd.); katimåhå, timåhå, katimångå, timångå, kayu tahun (Jw.); mangar (Lamp.); mangar (Md.); katémaha (Kang.); katimaha (Bl.); kadanga (Fl.); nundang (Sumba); bintangar, bintanga, bintang, bitangal, bintana, wintangar (aneka bahasa di Sulut); ngĕdèdo, ngĕdèdoro, dèdoro, ngaru (aneka bahasa di Malut); kayu paliasa, kauwasa (Mak.); aju pali, wèu (Bug.); dan lain-lain.[5] Sementara dalam bahasa Inggris ia dinamakan guest tree.

Etimologi

sunting
 
Pelat botani menurut Blanco (1880-3)

Dalam dunia ilmiah, deskripsi katimaha yang tertua, yang diakui, adalah yang diterbitkan oleh Carolus Linnaeus pada 1763;[1] meskipun 70 tahun sebelumnya Rumphius telah lebih dulu menuliskan deskripsi yang lebih lengkap (ditambah pula dengan gambar) dalam bukunya yang terbit pada 1690.[6] Nama genus tumbuhan ini, Kleinhovia, diambil dari nama seorang dokter bangsa Jerman, C. Kleynhoff (wafat 1777).[7] Sementara Rumphius menamainya Catti marus, pelatinan namanya dalam bahasa Melayu-Ambon, katimahar.[6]

Pengenalan

sunting
 
Karangan bunga yang baru muncul
 
Buah-buah tua
 
Perawakan pohon di tepi S. Lesan, Berau

Pohon kecil hingga sedang, tingginya antara 5-20 m.[8] Pepagan berwarna kelabu, dengan ranting abu-abu kehijauan dan berambut jarang.[9]

Daun-daun bertangkai panjang, 3-5,5(-10) cm. Helaian daun bentuk jantung lebar, 4,5-27 × 3–24 cm, pada pangkalnya bertulang daun menjari dan memiliki permukaan daun tidak berambut. Bunga-bunga berkumpul dalam malai di ujung ranting, lebar, berambut halus; daun pelindungnya bundar telur. Kelopak bunga bertaju-5, lanset, 6-10  mm, merah (merah jambu), sisi luar berambut bintang; daun mahkota 5 helai, empat daripadanya bentuk pita lebar, dengan pangkal lk. bentuk kantung, duduk, panjang 6 mm, merah, yang ke-5 lebih pendek, oval melintang, dengan tepi yang terlipat ke dalam dan satu dengan yang lainnya melekat, berujung kuning. Dasar bunga diperpanjang menjadi tiang (androginofor) tipis, berambut, pangkalnya dikelilingi oleh tonjolan dasar bunga bentuk cawan. Benang sari dalam 5 berkas tiga-tiga di ujung tiang.[8][9]

Buah kotak bentuk buah pir, bertaju 5, panjang lk. 2 cm, membuka menurut ruang;[8] merah jambu kehijauan dan menggantung.[9] Biji hampir bulat, garis tengahnya 1,5–2 mm, hitam atau cokelat gelap.[9]

Agihan dan ekologi

sunting

Katimaha terutama menyebar di Asia tropis, mulai dari India, Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, hingga Papua Nugini. Ke utara hingga Taiwan dan Hainan di Tiongkok; ke timur hingga Fiji dan Polinesia di Pasifik; dan ke selatan hingga Queensland di Australia.[10]

Pohon ini umum didapati di hutan-hutan sekunder, padang rumput, dan lahan-lahan yang ditinggalkan, pada ketinggian 0—200(—500) m dpl. Acap kali tumbuh melimpah di tepian sungai; terutama di wilayah-wilayah dengan musim kemarau yang jelas. Juga umum ditemukan di hutan-hutan jati.[11][7] Di Tiongkok, timaha tumbuh di hutan-hutan perbukitan dan pegunungan.[9]

Manfaat

sunting

Timaha menghasilkan kayu yang ringan, lunak, berwarna bungalan (cokelat-kuning pucat) kemerah-jambuan, bertekstur agak halus, kurang awet; meskipun mudah dikeringkan, mudah dikerjakan dan mudah pula dipernis.[7][11] Kerapatan kayunya berkisar antara 0,34-0,61 (rata-rata 0,49) g/cm³.[12]

Kecuali untuk beberapa kegunaan, kayu timaha kurang digunakan orang karena ukurannya biasanya tak seberapa besar. Akan tetapi kayu yang, kemungkinan disebabkan oleh penyakit, berhias warna atau urat-urat kehitaman dihargai tinggi untuk barang kerajinan. Kayu semacam ini dinamai pelet, dan pada masa dahulu berharga mahal serta banyak dicari orang untuk dijadikan bahan gagang dan sarung keris, gagang senjata lainnya, kotak-kotak kecil, dan peralatan lainnya.[5] Kayu yang berurat kusut dari bonggol kayu dan akarnya bersifat liat dan padat, sehingga disukai sebagai gagang parang.[6]

Di kawasan Pasifik, kayu timaha dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Energi yang dihasilkannya sekitar 19.000 kJ/kg.[11]

Lain-lain

sunting

Dari pepagannya dihasilkan serat yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan tali, meskipun dikatakan tidak begitu awet.[6]

Pohon kinar tumbuh cepat, sehingga sering pula ditanam sebagai pagar hidup.[6] Sifat ekologisnya sebagai pembentuk vegetasi sekunder menjadikannya cocok sebagai tanaman untuk penghijauan atau reforestasi. Malai bunganya yang indah, yang dapat disaksikan hampir di sepanjang tahun, membuat katimaha bernilai sebagai pohon hias.[11] Tumbuhan ini juga berfungsi sebagai penghasil mulsa, tumbuhan pionir untuk memperbaiki kesuburan tanah, mengendalikan erosi, menahan terpaan angin, serta sebagai pembentuk habitat satwa.[13]

Daun-daunnya digunakan untuk keramas.[6] Daun-daun ini, dan juga kulit batangnya, mengandung bahan beracun yang dapat membunuh kutu kepala.[11] Ekstrak daunnya memiliki khasiat antioksidan dan berpotensi untuk melawan tumor dan kanker hati.[11][14]. Daun paliasa menggandung senyawa flavonoid.[15]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Linné, C. von. 1763. Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus... Editio Secunda, Tomus II: 1365. Holmiae :Impensis Laurentii Salvii, 1763.
  2. ^ The Plant List: Kleinhovia hospita L.
  3. ^ KBBI Daring: katimaha
  4. ^ The Plant List: genus Kleinhovia
  5. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 3: 1352-3. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda -1917- III: 236-8).
  6. ^ a b c d e f Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars III: 177, Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine. pl. 113 Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.. Amstelaedami:apud Franciscum Changuion, Joannem Catuffe, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
  7. ^ a b c Kochummen, K.M. 1972. Sterculiaceae. In: T.C. Whitmore (Ed.) Tree Flora of Malaya 2: 364. Kuala Lumpur: Longman.
  8. ^ a b c Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia: 299. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
  9. ^ a b c d e Flora of China: Kleinhovia hospita
  10. ^ ARS-GRIN: Kleinhovia hospita L. Diarsipkan 2012-11-11 di Wayback Machine.
  11. ^ a b c d e f Latiff, A. 1997. Kleinhovia hospita L. Diarsipkan 2015-12-08 di Wayback Machine. In: I. Faridah Hanum & L.J.G. van der Maesen (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 11(Auxiliary plants): 166-7. Leiden: Backhuys Publisher.
  12. ^ ICRAF Database of Wood Density: Kleinhovia hospita L.
  13. ^ Wilkinson, K.M., C.R. Elevitch, & R.R. Thaman. 2000. Choosing Timber Species for Pacific Island Agroforestry Diarsipkan 2010-07-09 di Wayback Machine.: 14. Agroforestry Guides for Pacific Islands #6. Hawaii: Permanent Agriculture Resource.
  14. ^ Arung, ET., IW. Kusuma, S. Purwatiningsih, ..., R. Kondo. 2009. "Antioxidant activity and cytotoxicity of the traditional Indonesian medicine Tahongai (Kleinhovia hospita L.) extract". J. Acupunct. Meridian Stud. 2(4):306-8. Dec 2009; doi: 10.1016/S2005-2901(09)60073-X. (abstrak)
  15. ^ Hasanuddin, Silviana; Andini, Citra (2017-12-31). "Uji Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)". Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. 3 (02): 119–126. doi:10.35311/jmpi.v3i02.10. ISSN 2598-9979. 

Pranala luar

sunting