Kasus kebohongan Ratna Sarumpaet

Ratna Sarumpaet adalah salah satu anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi yang terlibat dalam kasus hoax pada tahun 2018. Pemberitaan penganiayaan Ratna Sarumpaet oleh sekelompok orang tak dikenal pertama kali muncul pada 2 Oktober 2018. Berita penganiyaan itu disertai dengan tangkapan layar aplikasi WhatsApp dan foto Ratna Sarumpaet dalam kondisi wajah yang tidak wajar. Konten tersebut kemudian menjadi viral dan diunggah kembali serta dibenarkan beberapa tokoh politik. Akan tetapi, konten tersebut dilaporkan sebagai hoaks dalam tiga laporan kepada polisi yang melakukan penyelidikan setelah mendapatkan laporan tersebut.

Berdasarkan hasil penyelidikan kepolisian, Ratna diketahui tidak dirawat di 23 rumah sakit dan tidak pernah melapor ke 28 kepolisian sektor (polsek) di Bandung dalam kurun waktu 28 September sampai dengan 2 Oktober 2018. Saat kejadian yang disebutkan pada 21 September, Ratna diketahui tidak sedang berada di Bandung. Hasil penyelidikan menunjukkan Ratna datang ke Rumah Sakit Bina Estetika Menteng, Jakarta Pusat, pada 21 September 2018 sekitar pukul 17.00 WIB. Pihak Kepolisian mengatakan Ratna telah melakukan perjanjian operasi pada 20 September 2018 dan dirawat inap hingga 24 September. Polisi juga menemukan sejumlah bukti berupa transaksi dari rekening Ratna ke rumah sakit tersebut.

Pada tanggal 3 Oktober, Ratna mengakui bahwa ia telah berbohong mengenai serangan tersebut untuk menyembunyikan operasi plastiknya dari keluarganya sendiri.[1] Dia, seperti dikutip oleh koran Tempo, menyatakan, "Ternyata saya adalah pencipta hoax terbaik, kebohongan saya telah menghebohkan negeri."[2] Ia kemudian dipecat dari tim kampanye pilpres 2019 Prabowo Subianto.[3] Keesokan harinya, Ratna ditahan oleh polisi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ia akan terbang ke Chile untuk menghadiri suatu konferensi internasional.[4]

Sebagai anggota Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, hoax yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet membuat pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ditinggalkan oleh pemilih lulusan perguruan tinggi dan kelas menengah atas menurut sebuah survei.[5] Hasil survei Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan dukungan untuk Prabowo-Sandiaga dari segmen pemilih lulusan perguruan tinggi berkurang cukup drastis selama rentang bulan September-Oktober 2018. Pada September dukungan pada mereka ada di angka 46,8 persen sedangkan pada Oktober menjadi 37,4 persen.[5] Sebaliknya dukungan bagi Jokowi-Ma'ruf Amin dari segmen ini menanjak. Dari semula 40,5 persen pada September, menjadi 44 persen pada Oktober.[5] Selain itu, Prabowo-Sandiaga ditinggalkan dari segmen pemilih dengan penghasilan di atas Rp 3 juta yang digolongkan sebagai kelas menengah atas. Dukungan pada Prabowo-Sandiaga turun dari 43,8 persen pada September, menjadi 34,5 persen pada Oktober. Sedangkan Jokowi naik dari 46,2 persen menjadi 54,8 persen.[5]

Kesimpulan dari Focus Group Discussion (FGD) dan indepth interview menunjukkan alasan berkurangnya dukungan pada Prabowo-Sandiaga di kedua segmen ini adalah aksesibilitas ke media sosial dan ketidaksukaan pada pemimpin yang mudah terkecoh.[5]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ "Ratna Sarumpaet: I`m the Best Hoax Creator". Tempo. 3 October 2018. Diakses tanggal 3 October 2018. 
  2. ^ Siddiq, Taufiq (3 October 2018). "Ratna Sarumpaet: Saya Adalah Pencipta Hoax Terbaik". Tempo. Diakses tanggal 3 October 2018. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Ibrahim, Gibran Maulana. "Prabowo Perintahkan Langsung Pemecatan Ratna Sarumpaet". detiknews. Diakses tanggal 3 October 2018. 
  4. ^ Damarjati, Danu (4 October 2018). "Bantah Ingin Melarikan Diri, Ratna Sarumpaet Jadi Pembicara di Chile". detikNews. Diakses tanggal 4 October 2018. 
  5. ^ a b c d e https://nasional.tempo.co/read/1139331/survei-hoax-ratna-sarumpaet-prabowo-ditinggal-pemilih-sarjana