Gereja Reformed Belanda

gereja di Belanda

Gereja Reformasi Belanda (bahasa Belanda: Nederlandse Hervormde Kerk; disingkat NHK) adalah sebuah denominasi Kristen Protestan yang didasarkan pada ajaran-ajaran Yohanes Calvin.

Sejarah

sunting

Gereja Reformasi Belanda adalah Gereja Reformasi tertua di Belanda dan sebelum bubarnya Republik Belanda Gereja ini menikmati status sebagai gereja 'publik' atau gereja dengan hak-hak istimewa. Berbeda dengan keyakinan banyak orang, Gereja ini tidak pernah mempunyai status sebagai 'agama negara', meskipun undang-undang mewajibkan bahwa setiap orang yang memegang jabatan publik harus menjadi anggota komunikan dari Gereja Reformasi Belanda. Hubungan antara pemerintah dengan Gereja ini cukup akrab.

Gereja Reformasi Belanda menggantikan jemaat-jemaat yang bermunculan pada masa Reformasi. Dalam masa pergolakan keagamaan ini, kebanyakan pemimpin gereja-gereja Reformasi Belanda meninggalkan negaranya. Sinode pertama yang dihadiri oleh 23 pimpinan Reformasi Belanda diadakan di Emden, sebuah kota di Jerman [ada Oktober 1571. Sinode Emden pada umumnya dianggap sebagai titik tolak denominasi ini.

Sinode pertama yang diadakan di negeri Belanda sendiri berlangsung di Dordrecht pada 1578. Pertemuan sinode ini tidak boleh dirancukan dengan ‘Sinode Dordrecht Kedua’ yang lebih terkenal, yang hasilnya antara lain adalah mengusir kaum Arminian dari Gereja ini dan menambahkan Kanon Dordrecht ke dalam Pengakuan Imannya. (Pernyataan-pernyataan doktriner sebelumnya adalah Pengakuan Iman Belgia dan Katekismus Heidelberg). Ketiga dokumen pengakuan iman ini disebut Drie formulieren van Enigheid (Tiga Rumusan Keesaan) tetapi yang terjadi malah lebih banyak perpecahan dan konflik di dalam gereja yang ditimbulkan oleh ketidaksepakatan mengenai substansi dan penafsiran tentang standar-standar doktrin ini.

Pemerintah Republik Belanda, yang memulai pengusiran kaum Arminia dan belakangan menganianya melarang Sinode Reformasi ini berhimpun, dan Sinode tidak diselenggarakan lagi di Belanda hingga bubarnya Republik Belanda ini.

Reformasi selanjutnya

sunting

Akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 dikenal sebagai masa nadere reformatie ('reformasi lebih lanjut') Belanda, yakni sebuah gerakan pietis. Tokoh utama dari gerakan Nadere Reformatie ini adalah Wilhelmus à Brakel dan Gisbertus Voetius. Para pengarang pietis yang kurang dikenal adalah Bernardus Smytegelt dan Jodocus van Lodensteyn. Karya para pengarang ini masih dibaca di kalangan Calvinis ultra-ortodoks di Bijbelgordel (Lingkaran Alkitab Belanda) .

Gereja Peraturan

sunting

Ketika Kerajaan Belanda terbentuk pada 1815 organisasi Gereja Reformasi Belanda menjadi lebih tersentralisasi daripada yang sudah-sudah. Organisasi Gereja yang historis tersingkir oleh 'Peraturan' yang dipaksakan oleh pemerintahan yang baru dan Gereja diletakkan di bawah kontrol kerajaan dengan Sinodenya diangkat secara pribadi oleh Raja hingga 1852. Baru pada 1853 terjadi pemisahan sepenuhnya antara Gereja dan Negara.

Abad ke-21

sunting

Gereja Reformasi Belanda tetap merupakan gereja terbesar di Belanda hingga pertengahan abad ke-20 ketika Gereja ini dilampaui oleh Gereja Katolik Roma. Sekularisasi Belanda yang cepat pada tahun 1960-an memukul Gereja Protestan arus utama ini dengan sangat hebat. Dari 1960-an dan seterusnya berbagai upaya dilakukan untuk mengadakan penyatuan kembali dengan Gereja-gereja Reformasi di Belanda yang akhirnya tercapai pada 2004.

Gereja Protestan di Belanda

sunting

Gereja Reformasi Belanda mempunyai 2 juta anggota yang terorganisir dalam 1350 jemaat ketika Gereja ini menyatu dengan Gereja-gereja Reformasi di Belanda (Gereformeerde Kerken in Nederland, GKN) dan Gereja Lutheran Injili di Kerajaan Belanda (Evangelisch-Lutherse Kerk in het Koninkrijk der Nederlanden) pada 2004 untuk membentuk Gereja Protestan di Belanda (Protestantse Kerk in Nederland, PKN).

Kontroversi

sunting

Seperti umumnya dengan gereja 'luas', Gereja Reformasi Belanda selalu mengalami kesulitan dalam mengakomodasi perbedaan-perbedaan teologis. Gereja ini telah mengalami banyak skisma (perpecahan) dalam sejarahnya. Skisma pertama pada 1618 menyebabkan lahirnya Gereja Remonstran. Skisma-skisma penting lainnya termasuk Afscheiding (Pemisahan) pada 1834 dan Doleantie (Dukacita) yang dipimpin oleh Abraham Kuyper pada 1886 dan, tidak begitu mengherankan, penyatuan pada 2004 pun telah menghasilkan skisma yang baru.

Sejumlah jemaat dan anggota dari Gereja Reformasi Belanda yang lama memisahkan diri untuk membentuk Hersteld Hervormde Kerk ('Gereja Reformasi Pemulihan'). Diperkirakan anggota mereka berjumlah antara 35.000 hingga 70.000 yang tersebar di sekitar 120 jemaat setempat, yang dilayani oleh 88 pendeta. Mereka berselisih pendapat mengenai konstitusi plural dari gereja yang dipersatukan yang mereka tuduh sebagian bertentangan dengan pengakuan-pengakuan iman Reformasi dan Lutheran. Kelompok ini juga menentang pemberkatan pasangan sejenis di gereja Kristen atau penahbisan perempuan.

Gereja-gereja Reformasi Belanda di luar negeri

sunting

Afrika Selatan

sunting

Gereja Reformasi Belanda melahirkan sejumlah denominasi reformasi di Afrika Selatan, termasuk Nederduits Gereformeerde Kerk, Nederduitsch Hervormde Kerk, Gereformeerde Kerk, Afrikaanse Protestantse Kerk dan Uniting Reformed Church in Southern Africa. David Bosch, seorang dosen dalam teologi pembebasan dan misiologi serta pengarang Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission (bahasa Indonesia: “Transformasi Misi”, terbitan BPK Gunung Mulia) adalah anggota dari Gereja Reformasi di Afrika Selatan.

Dirk Van der Hoff adalah seorang pendiri penting dari Gereja Reformasi Belanda di Afrika Selatan.

Amerika Utara

sunting

Gereja Reformasi Belanda melebarkan sayapnya ke benua Amerika pada awal tahun 1600-an ketika Belanda mulai membuka koloninya di sana. Gereja Reformed Belanda di Amerika Serikat adalah keturunan yang paling langsung di antara banyak Gereja-gereja Reformasi keturunan Belanda di Amerika Serikat. Di Kanada, denominasi Reformasi terbesar dari masyarakat keturunan Belanda adalah Gereja Reformasi Kristen di Amerika Utara.

Indonesia

sunting

Penyebaran agama Kristen di Indonesia yang terjadi pada masa peninggalan kolonial Belanda, dilakukan oleh para zendeling yang berlatar belakang Gereja Reformasi Belanda sehingga tidak mengherankan bila kebanyakan gereja Protestan di Indonesia berasaskan sama dengan Gereja ini. Gereja-gereja tersebut antara lain adalah:

Hingga kini kebanyakan Gereja-gereja tersebut di atas masih menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan Gereja Reformasi Belanda meskipun kini telah menjelma menjadi Gereja Protestan di Belanda.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting