Bodhisena (Sanskerta बोधिसेन Tionghoa dan Jepang 菩提僊那) (704–760) adalah seorang sarjana dan biarawan Buddha India, yang dikenal karena mengunjungi Jepang dan mendirikan aliran Kegon, sebuah transmisi Jepang dari aliran Huayan dari Buddhisme Tiongkok.

Persinggahannya dicatat dalam catatan sejarah resmi yang bernama Shoku Nihongi, dimana ia disebut sebagai Bodai-Senna.

Tahun-tahun awal sunting

Bodhisena mendapatkan pengajaran dari Manjusri Bodhisattva. Ia awalnya pergi ke China, dalam rangka ia ingin bertemu dengan inkarnasi dari Manjusri di Gunung Wutai. Namun, ketika menuju ke Gunung Wutai, ia diberi tahu bahwa inkarnasinya ada di Jepang. Ia juga diantar oleh duta besar Jepang untuk China, Tajihi no Mabito Hironari.[1] Ia juga bertemu dengan biarawan Jepang Rikyo.

Perjalanan di Jepang sunting

Atas undangan Kaisar Shōmu, ia mengunjungi Jepang untuk menyebarkan penggunaan bahasa Sanskerta dan mendirikan Buddha Huayan di negara tersebut. Ia dibawah oleh delegasi Jepang Tajihi no Hironari,[2] melalui Kamboja dan Champa di Vietnam.

Di kapal yang sama, terdapat beberapa figur sejarah berpengaruh lainnya.

Mereka meliputi pengikut perjalanan Genbō dan Kibi no Makibi. Genbo adalah seorang biarawan dan datang dari China.

Biksu Buddha Tiongkok terkenal Dōsen (道璿, Tionghoa Daoxuan, 702–760) menyambut kedatangannya.

Pengikut Bodhisena adalah seorang pendeta dan musisi Kamboja yang disebut Fo-t'ieh dalam bahasa Tionghoa (juga dikenal sebagai Buttetsu dan Fat-triet). Ia kemudian singgah di Daian-ji bersama dengan Bodhisena, dan menulis sebuah karya tentang alfabet Sanskerta. Ia juga mengkomposisikan tari-tari keagamaan yang mewakili subyek-subyek yang diambil dari mitologi India, yang dikenal sebagai Rin'yu-gaku atau tari Champa. Tari-tari tersebut masih ada sampai awal abad ke-20.[3]

Tinggal di Jepang sunting

Rombongan tersebut datang ke Naniwa (Osaka) pada Agustus 736 dan bertemu dengan biksu Gyoki.[3]

Bodhisena tinggal di Daian-ji (大安寺) di Heijō-kyō. Ia meninggal pada 25 Februari 760 di kuil Daian-ji, dan dimakamkan di gunung Ryoujusen (霊鷲山), sesuai dengan keinginannya ketika ia meninggal.

 
Kuil Tōdai-ji, Nara, Jepang

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting

Referensi sunting

  1. ^ Ambassadors from the islands of immortals: China-Japan relations in the Han-Tang period by Zhenping Wang, page 167
  2. ^ Music from the Tang Court By Laurence Picken, Laurence Ernest Rowland Picken, R. F. Wolpert, page 31
  3. ^ a b Japanese Buddhism By Charles Eliot, page 225