Baron Sekeber atau Baron Skeber adalah salah satu lakon terkenal dalam pementasan kesenian ketoprak. Dikisahkan bahwa ia adalah seorang berkebangsaan Spanyol (atau Belanda menurut Serat Babad Pati[1]) yang terdampar di Pati.

Legenda

sunting

Asal usul

sunting

Serat Babad Pati[2] (terjemahan halaman 85) menyebutkan bahwa Baron Sekeber merupakan keturunan bangsawan dari Belanda. Kakak sulungnya yang bernama Baron Sukmul adalah raja Negeri Belanda di Kota Amsterdam, yang kedua bernama Baron Sekeder yang membawahi Inggris dan kerajaannya di Spanyol. Saudara ketiga adalah Baron Setember yang menjadi patih dari Baron Sekeder, dan yang bungsu adalah Baron Sekeber. Karena ia merupakan keturunan bangsawan, Serat Babad Pati memberinya gelar Raden Baron Sekeber.[1]

Ia hidup pada masa pemerintahan Panembahan Senapati, raja Kesultanan Mataram yang pertama, dan Adipati Jayakusuma (Adipati Pragola) yang memerintah Pati. Baron Sekeber menolak jabatan yang ditawarkan Baron Sukmul kepadanya, melainkan berniat untuk menguasai Mataram. Dikisahkan ia datang ke Jawa dengan cara terbang di udara menuju timur. Ia mempelajari bahasa Jawa di Palembang sebelum meneruskan niatannya.[1]

Versi lain menyebutkan, Baron Sekeber merupakan pria keturunan Spanyol yang berpetualang menjelajah dunia untuk mencari rempah-rempah. Kapalnya pecah di Laut Jawa sehingga ia terpaksa berenang menuju pantai. Ia sampai di daerah Pati dengan keadaan compang-camping dan berkomunikasi dengan penduduk setempat menggunakan bahasa isyarat. Karena penduduk masih menaruh curiga kepadanya, ia memilih tinggal di hutan, meskipun sering turun ke pemukiman penduduk.[3]

Perang tanding melawan Panembahan Senapati

sunting

Baron Sekeber dapat bertemu dengan Panembahan Senapati dengan mudah. Mereka segera bertarung satu lawan satu, dan kemenangan diraih Panembahan Senapati. Baron Sekeber melarikan diri menuju Gunung Muria kemudian bertapa di Bukit Patiayam, di dalam sumur dekat mulut gua.[4]

Di Pati

sunting

Dari tempat pertapaannya, Baron Sekeber dapat melihat keindahan Kota Pati. Ia kemudian turun menuju Desa Kemiri dan bertemu seorang gadis bernama Rara Sari atau Rara Suli, putri seorang janda di desa itu. Baron Sekeber menginap di rumah janda tersebut hingga akhirnya Rara Suli melahirkan putra kembar bernama Danurwenda dan Sirwenda. Penduduk setempat melaporkan kejadian tersebut kepada Adipati Jayakusuma yang menjadi penguasa Pati. Ibu dan anak tersebut ia boyong ke kediamannya.[4]

Saat berusia tiga tahun, kedua anak kembar itu memperlihatkan bakat memanahnya serta mampu masuk ke dalam tempayan kecil milik seorang ulama. Sang ulama memberi nasihat Adipati Jayakusuma untuk membunuh keduanya karena ditakutkan dapat membahayakan kedudukannya di kemudian hari. Akibatnya kematian kedua putranya itu, Baron Sekeber menjadi murka dan menantang Adipati Jayakusuma untuk bertarung. Namun, sekali lagi Baron Sekeber kalah pada saat pertandingan menyelam di bawah laut. Sesuai dengan perjanjian, pihak yang kalah, yaitu Baron Sekeber, menjadi budak Jayakusuma. Ia berubah menjadi seekor kuda karena dirinya adalah keturunan bangsawan, dan disebut dengan nama Juru Taman.[4]

Kembali ke Mataram

sunting

Panembahan Senapati atau Sutawijaya yang merupakan kakak ipar Jayakusuma mendengar kuda sakti yang dimiliki adik iparnya tersebut. Ia bermaksud menukar kuda Juru Taman dengan seekor sapi jantan yang besar serta sakti bernama Pregolan. Itulah sebabnya, Jayakusuma akhirnya juga dikenal dengan nama Adipati Pregolan. Baron Sekeber merasa marah karena dirinya yang semula berniat menguasai Mataram kini malah menjadi budak di sana. Suatu ketika, saat Sutawijaya mengunjungi gurunya di seberang lautan, ia berubah wujud menjadi sang raja dan menggauli semua selirnya, kecuali sang permaisuri.[4] Sutawijaya yang merasakan adanya ketidakberesan segera kembali pulang dan menemukan tindak tanduk Baron Sekeber. Ia segera memerintahkan untuk menangkap Juru Taman untuk dibunuh seketika, maka tewaslah Baron Sekeber.[5]

Baron Sekeber dalam berbagai kultur

sunting

Baron Sekeber dalam penelitian sejarah

sunting

Praba Hapsoro, berdasarkan Babad Sangkala,[5] menuliskan bahwa Sutawijaya menjadi bupati Mataram pada tahun 1584 M, menjadi raja dua tahun kemudian. Ia berselisih dengan adik iparnya, Adipati Jayakusuma, yang berujung pada kematian Jayakusuma pada tahun 1600. Pada sekitar tahun tersebut, Belanda masih belum menjadi negara yang berdaulat, melainkan berupa jajahan Spanyol dan tidak mempunyai raja.[6]

Istilah baron merupakan gelar kebangsawanan Jerman. Dr. H.J. de Graaf menyatakan bahwa gelar baron tidak dikenal orang-orang Jawa sebelum bertemu dengan Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem Baron. Kemungkinan tokoh Baron Sekeber terilhami dari berbagai baron berdarah Jerman yang direkrut oleh VOC (Johan Andries Baron von Hohendorff, GW Baron van Imhoff, Baron van der Capellen).[7]

Menurut Dr. Theodoor Gautier Thomas Pigeaud, kisah Baron Sekeber berawal dari Hikayat Iskandar Zulkarnaen, saduran dari cerita Arab karangan al-Suri.Beberapa bagiannya dikutip pengarang Sejarah Melayu (1612) dan Serat Sekender (abad ke-19), kemudian dikutip lagi oleh pengarang Serat Babad Pati dengan nama Raden Baron Sekeber. Nama Baron Sukmul kemungkinan berasal dari nama ayah kandung Gubernur Jenderal VOC yang pertama, yaitu Jan Pieterszoon Coen. [8]

Dalam suatu perbincangan dengan Sultan Agung pada tahun 1622, utusan VOC bernama Dr. H. De Haen menanyakan perihal seseorang bernama Juru Taman. Sultan Agung menjelaskan bahwa Juru Taman adalah seorang berkebangsaan Italia yang bekerja kepada ayahnya, Panembahan Hanyakrawati, pada bagian kaputren. Namun, karena ulahnya yang mengganggu para selir raja, ia kemudian dipindahkan ke Krapyak (hutan lindung tempat raja berburu rusa). Juru Taman juga dipanggil Mas Jenggot karena perawakannya yang tinggi besar serta berjenggot.[8]

Tradisi Tionghoa

sunting

Baron Skeber merupakan tokoh rakyat setempat yang dibuatkan altar pemujaan pada Klenteng Tridharma Weleri di Weleri, Kendal.[9] Ia dipuja oleh orang yang terkena masalah hukum dan memohon petunjuknya. Menurut Patmakumala, tokoh Tridharma di Jawa Tengah, altar untuk Baron Skeber hanya terdapat pada klenteng tersebut di seluruh dunia.[10]

Sekitar tahun 1960an, pemerintah setempat mengadakan pelebaran jalur pantura di sepanjang Kota Weleri, Kendal. Salah satu pohon asam tua yang berusia ratusan tahun di depan toko Abadi Weleri, ditanam semenjak zaman Daendels, ditebang untuk tujuan tersebut. Di tengah pohon yang roboh, ditemukan arca hitam setinggi 40 cm. Tidak ada yang berani menyimpan arca tersebut karena aura muka arca tampak kejam. Akhirnya Klenteng Tridharma Weleri mau menyimpannya, dan arca misterius tersebut terkenal dengan sebutan Baron Skeder.[10]

Kultur populer

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Praba Hapsara. 2 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber (1)[pranala nonaktif permanen], "Suara Merdeka".
  2. ^ KM Sosrosoemarto dan S. Dibjosoediro. Alih bahasa= Yanti Darmono. 1980. Praba Hapsara. 3 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. "Serat Babad Pati ". Jakarta: Depdikbud, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
  3. ^ Sutamto Totok. 13 Januari 2011. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber.
  4. ^ a b c d Praba Hapsara. 3 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber (2)[pranala nonaktif permanen], "Suara Merdeka".
  5. ^ a b Praba Hapsara. 4 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber (3)[pranala nonaktif permanen], "Suara Merdeka".
  6. ^ Praba Hapsara. 5 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber (4)[pranala nonaktif permanen], "Suara Merdeka".
  7. ^ Praba Hapsara. 7 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber (5)[pranala nonaktif permanen], "Suara Merdeka".
  8. ^ a b Praba Hapsara. 8 Juli 2003. Akses= 29 Maret 2013. Baron Sekeber (6-Habis)[pranala nonaktif permanen], "Suara Merdeka".
  9. ^ Bidang Litbang PTITD/ Matrisia Jawa Tengah. Juli 2007. "Pengetahuan Umum Tentang Tri Dharma", Edisi Pertama. Semarang: Benih Bersemi.
  10. ^ a b Jakarta Press. Akses= 29 Maret 2013. [1][pranala nonaktif permanen].
  11. ^ Opera Van Java. Opera Van Java 115 Kisah Baron Skeber.