Lockheed Martin F-22 Raptor

Pesawat Tempur Siluman
(Dialihkan dari YF-22)

Lockheed Martin F-22 Raptor adalah pesawat tempur taktis siluman segala cuaca kursi tunggal bermesin ganda dari Amerika Serikat yang dikembangkan dan diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Sebagai hasil dari program Advanced Tactical Fighter (ATF), F-22 didesain untuk mengemban peran utama sebagai pesawat tempur superioritas udara, tetapi juga memiliki kemampuan untuk melakukan pertempuran darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen.[3] Lockheed Martin sebagai kontraktor utama bertanggung jawab untuk memproduksi sebagian besar badan pesawat berikut sistem persenjataan serta melakukan perakitan akhir, sedangkan Boeing sebagai mitra bertanggung jawab untuk memproduksi sayap, badan bagian belakang, integrasi avionik, dan sistem pelatihan pilot serta perawatan.

Lockheed Martin F-22 Raptor
Sebuah F-22 Raptor terbang di atas Pangkalan Udara Kadena, Jepang dalam sebuah misi latihan rutin pada tahun 2009.
Jenis Pesawat tempur superioritas udara siluman
Negara asal  Amerika Serikat
Pembuat Lockheed Martin Aeronautics
Boeing Integrated Defense Systems
Penerbangan perdana 7 September 1997; 27 tahun lalu (1997-09-07)
Diperkenalkan 15 Desember 2005
Status Beroperasi
Pengguna utama Angkatan Udara Amerika Serikat
Dibuat 1996–2012
Jumlah 195 (8 pesawat pengembangan dan 187 pesawat operasional)[1]
Harga satuan US$120 juta (Rp1,87 Triliun) (2006)[2]
Dikembangkan dari Lockheed YF-22
Dikembangkan menjadi Lockheed Martin FB-22
Lockheed Martin X-44 MANTA

F-22 sebelumnya menggunakan nama F-22 dan F/A-22 sebelum resmi beroperasi pada Desember 2005 sebagai F-22A. Meskipun proses pengembangannya berlarut-larut dan menghadapi berbagai kendala operasional, USAF memperhitungkan F-22 sebagai komponen penting dari kekuatan udara taktisnya. Kombinasi dari teknologi siluman, kinerja aerodinamis, dan sistem avionik yang dimiliki oleh F-22 memungkinkan kemampuan tempur udara yang belum pernah ada sebelumnya.[4][5]

USAF pada awalnya berencana untuk membeli sebanyak 750 pesawat dari hasil program ATF. Pada tahun 2009, program pembelian F-22 dipangkas menjadi 187 pesawat operasional karena biaya pengoperasiannya yang tinggi, kurangnya misi tempur udara yang jelas akibat penundaan pada program pesawat tempur Rusia dan Tiongkok, larangan ekspor, dan pengembangan pesawat tempur F-35 yang lebih serbaguna. F-22 produksi terakhir dikirimkan kepada USAF pada tahun 2012. Pesawat dari hasil program Next Generation Air Dominance (NGAD) diharapkan dapat menjadi penerus dari F-22.[6][7]

Sejarah

sunting
 
YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.

Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.[8]

Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.

Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.[9][10]

Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.[2] Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.[11] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.

 
Bagian-bagian pesawat F-22 dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda-beda.

YF-22 'Lightning II'

sunting

YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya.[12] Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier.[13] Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7 Juli 2006.[14]

YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan, prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld, tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.[15]

Produksi

sunting

F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.[16]

Pergantian nama

sunting

Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co., Marietta, Georgia.

Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.[17]

 
Dua F-22 Raptor. F-22 atas merupakan versi pengembangan, Raptor 01.

Pembelian

sunting

Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003 or 2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun 1997 mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang long-lead.

Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost," telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan pada masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.

 
F-22 (atas) dengan pendahulunya, F-15.

Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.[18]

F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 miliar per unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.

Ciri-ciri

sunting
 
Mesin Pratt & Whitney F119 F-22.

Desain

sunting

Konstruksi F-22 39% titanium, 24% komposit, 16% aluminium dan 1% termoplastik berat. Titanium digunakan untuk rasio tinggi kekuatan-to-weight di daerah tegangan kritis, termasuk beberapa bulkheads, dan juga untuk kualitas tahan panas di bagian yang panas dari pesawat.

Komposit serat karbon telah digunakan untuk frame pesawat, pintu, spar menengah di sayap, dan untuk panel kulit konstruksi sarang lebah sandwich.

Kokpit

sunting

Kokpit dilengkapi dengan throttle tangan-on dan tongkat kontrol (HOTAS). Kokpit memiliki enam warna liquid crystal display. Layar multifungsi proyeksi primer Kaiser Electronics memberikan pandangan rencana udara dan situasi taktis darat termasuk identitas ancaman, prioritas ancaman dan informasi pelacakan.

Dua display menyediakan komunikasi, navigasi, identifikasi dan informasi penerbangan. Tiga menampilkan sekunder menunjukkan ancaman udara dan darat, toko manajemen dan informasi ancaman udara.

Head-up display (HUD) BAE Systems menunjukkan statusnya sasaran, status senjata, amplop senjata dan menembak isyarat. Sebuah catatan kamera video data pada HUD untuk analisis post-misi.

Pergerakan

sunting

Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).

F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev,[19] dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.[19][20] Ketinggian terbang juga memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.[21]

Avionik

sunting

F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.

Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.[22] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.[21]

F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint.[21] Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.[19][21]

Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394),[23] yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.[23]

 
Ruang senjata internal F-22.

Persenjataan

sunting

Sebuah varian dari senapan M61A2 Vulcan dipasang secara internal atas asupan udara yang tepat. Sistem penanganan amunisi General Dynamics linkless memegang 480 putaran amunisi 20mm dan feed pistol pada tingkat 100 putaran per detik.

F-22 memiliki empat cantelan di sayap, masing-masing dinilai untuk membawa 2.270 kg, yang dapat membawa AIM-120A AMRAAM atau tangki bahan bakar eksternal. Raptor memiliki tiga teluk senjata internal. Teluk senjata utama dapat membawa enam rudal AMRAAM AIM-120C atau dua AMRAAM dan dua £ 1000 GBU-32 serangan mesiu langsung gabungan (JDAM).

Teluk ini dilengkapi dengan peluncur ejeksi vertikal EDO Corp LAU-142 / A AVEL AMRAAM yang merupakan sistem pneumatik-ejeksi dikendalikan oleh sistem manajemen. Rudal udara-ke-udara Raytheon AMRAAM adalah semua cuaca-jarak menengah pendek untuk rudal radar fire-and-forget. Teluk samping masing-masing dapat dimuat dengan satu Lockheed Martin / Raytheon AIM-9M atau rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9X Sidewinder.

GPS-dipandu, Boeing bom berdiameter kecil (SDB) yang terintegrasi pada F/A-22 pada Februari 2007. Delapan NaDBS dapat dilakukan dengan dua rudal AMRAAM.

F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa senapan otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, senapan ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan senapan ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.[19]

Kemampuan siluman

sunting
 
F-22 menjatuhkan bom JDAM GBU-32.

F-22A menawarkan siluman penuh, tidak seperti F-35 yang memiliki profil radar yang sangat baik dari depan, profil yang kurang tersembunyi dari sisi, dan profil paling tersembunyi dari seperempat bagian belakang. Perhatikan bahwa siluman tidak tembus pandang. Ini hanya memperpendek rentang di mana pesawat terbang dapat dideteksi oleh lawan di tanah atau di udara, dan membuat kunci radar untuk keterlibatan lebih sulit untuk mencapai dan menjaga. Tingkat siluman F-22 lebih pendek rentang yang jauh dari semua posisi musuh, bahkan mereka yang menggunakan radar VHF baru. Lihat review mengejutkan ini dari Red Flag "Colonial Flag" 2007, sebagai pilot pertukaran Australia menawarkan tayangan external link nya:

Saya tidak bisa melihat [sumpah serapah dihapus] hal," kata RAAF Squadron Leader Stephen Chappell, pertukaran F-15 pilot di ke-65 Agresor Squadron. "Ini tidak akan membiarkan saya menempatkan sistem senjata di atasnya, bahkan ketika aku bisa melihatnya secara visual melalui kanopi. [Terbang melawan F-22] mengganggu neraka keluar dari saya.

Perhatikan bahwa pesawat EA-18G telah berhasil membunuh rudal radar pada F-22 dalam latihan tempur, sehingga bisa dilakukan. Sekali lagi, siluman tidak tembus pandang. Apa yang dapat dilakukan, adalah membuat F-22 lawan yang sangat licin, bisa terlibat atau melepaskan diri dari pertempuran jauh lebih mudah daripada pesawat tempur radar-usia sebelumnya. Itu sangat penting selama serangan terhadap situs yang paling canggih anti-pesawat rudal, pesawat AWACS musuh, dan target sulit lainnya. Mereka skenario high-end akan menjadi bermasalah dalam pesawat yang memiliki kerentanan-posisi tergantung pada cara, atau menjadi target yang jauh lebih besar ketika itu terbang menjauh.

Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.[24] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".

Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.[25] Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.[25] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.[25]

Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,[24] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.

Super-manuver

sunting

Mesin F119 dapat langsung dorong 20 derajat mereka atas atau bawah menggunakan nozel bergerak, kemampuan yang disebut thrust vectoring. Bahwa perubahan keterbatasan aerodinamis pesawat, memungkinkan tinggi-g berubah lebih ketat dan lebih berkelanjutan, manuver kios yang tidak kios pesawat, dan kemampuan untuk tiba-tiba menunjuk pesawat ke target, dengan cara yang pesawat lain sulit untuk mencocokkan atau memprediksi. Pilot Eurofighter Typhoon Jerman telah datang jauh dari latihan mengungkapkan keyakinan dalam kemampuan mereka untuk manuver dengan Raptor di dekat "pisau-perkelahian", sehingga F-22 tidak ada duanya. Karena itu, latihan juga menunjukkan bahwa radar dan pengurangan tanda tangan inframerah terus mempersulit kehidupan lawan 'dekat, ke titik menyangkal kunci rudal yang akan bekerja pada pesawat lain.

Eurofighter secara luas dipuji karena penanganan, kekuasaan, manuver, dan ergonomi, sehingga kesuksesan Luftwaffe bukanlah kejutan lengkap. Pesawat lain yang muncul untuk mencocokkan kemampuannya, namun, seperti yang ditunjukkan oleh Inggris Indra Dhanush latihan dengan India. Saat ini, pesawat SU-30MKA/I/M Rusia dibeli oleh Aljazair, India dan Malaysia menawarkan desain canard triplane dengan penuh 360 derajat dorong vectoring nozzles (TVN), dan telah mendapatkan rasa hormat terhadap kemampuan udara mereka. Lainnya keluarga varian SU-30 seperti SU-35, dan UAC baru MiG-35, menggunakan teknologi yang sama TVN, seperti yang akan di-pengembangan tempur siluman Rusia PAK-FA. Eurofighter GmbH adalah meneliti dan mempromosikan retrofit pilihan thrust-vectoring dari mereka sendiri, tetapi bahkan belum diuji satu belum.

Perhatikan bahwa Amerika Serikat F-35 Lightning II tidak akan menawarkan thrust vectoring tempur, mengandalkan hanya pada elektronik yang mencoba untuk memberikan pesawat 360 derajat menargetkan melalui sensor DAS EO tertanam dan rudal datalinked.

Radar AN/APG-77 telah dikembangkan untuk F-22 oleh Sensor Elektronik dan Sistem Divisi Northrop Grumman dan Sistem Elektronik Raytheon. Radar menggunakan elektronik dipindai array antena aktif 2.000 pemancar / menerima modul, yang menyediakan kelincahan, radar rendah penampang dan bandwidth yang lebar. Pengiriman AN/APG-77 dimulai pada Mei 2005.

Menghidupkan radar bisa menjadi seperti menyalakan senter di lapangan gelap - dapat dilihat lebih jauh dari pemegang dapat melihat dengan itu. Radar AN/APG-77 Northrop Grumman menggunakan hard-to-mendeteksi "frekuensi tangkas" balok yang sangat sulit bagi musuh untuk "melihat". Radar Aktif elektronik Scanned Array (AESA) menjadi lebih umumpada pesawat tempur, karena peningkatan kehandalan mereka, kekuatan, dan fleksibilitas; F-15 sedang dipasang, dan F-35 akan membawa lebih kecil tetapi mirip AN/APG-81. Kemampuan AESA masa depan juga dapat mencakup peperangan elektronik dan komunikasi bandwidth tinggi.

Sensor tertanam dan fusi sensor

sunting

Tujuannya adalah untuk memiliki pilot fokus untuk menghadapi musuh, daripada berurusan dengan pesawat. Sekarang, pesawat tempur memiliki beberapa sensor dan berbagi informasi link, yang ditunjukkan pada beberapa menampilkan yang sering memerlukan menekan tombol untuk beralih kembali dan sebagainya. Prosesor terpadu pusat F-22 (CIP) menawarkan setara dengan 2 Cray superkomputer, yang digunakan untuk "sensor fusion" yang bertujuan untuk menempatkan semua informasi pesawat yang terkumpul menjadi satu tampilan sederhana. Selain itu, keberangkatan radikal desain embeds sensor pasif untuk berbagai panjang gelombang di sekitar struktur pesawat. Hal ini sangat meningkatkan kemampuan deteksi pertama, bahkan dengan radar off; dan kombinasi dengan sensor fusi berarti bahwa F-22 pilot hampir pasti tahu di mana lawan mereka.

F-35 menggunakan bahkan lebih elektronik internal modern, dan sensor array yang lebih luas. Termasuk sensor infra merah dan TV yang dapat digunakan untuk menargetkan kedua musuh udara dan tanah di tingkat yang sama dengan menargetkan top-end polong dan sistem udara-ke-udara IRST (Infra-Red Cari dan Track).

Penangkalan

sunting

Sistem peperangan elektronik pesawat termasuk penerima peringatan radar dan informasi detektor peluncuran rudal BAE Systems & sistem peperangan elektronik (IEWS) (sebelumnya Lockheed Martin Sanders).

sunting

Komunikasi TRW CNI, navigasi dan sistem identifikasi mencakup datalink intra-penerbangan, Link joint tactical information distribution system (JTIDS) dan sistem identifikasi teman atau musuh (IFF).

Boeing bertanggung jawab untuk perangkat lunak misi dan integrasi avionik. Pesawat ini memiliki inertial reference giroskop laser Northrop Grumman (dahulu Litton) LTN-100G, global positioning system dan sistem pendaratan microwave.

F-22 ini didukung oleh dua mesin Pratt dan Whitney F119-100. F119-100 adalah mesin turbofan bypass rendah setelah pembakaran yang menyediakan gaya dorong 156 kN. F119 adalah mesin pesawat tempur pertama yang dilengkapi dengan bilah kipas chord berongga lebar yang dipasang di tahap pertama.

Thrust vectoring dikendalikan oleh Hamilton Standard dual redundant full authority digital engine control (FADEC). FADEC terintegrasi dengan komputer kontrol penerbangan di sistem manajemen kendaraan BAE Systems.

Supercruise

sunting

Kemampuan untuk terbang di atas Mach 1 tanpa menggunakan afterburner. Sebagian besar pesawat tempur tetap di bawah Mach 1 untuk sebagian besar hidup layanan mereka - termasuk dalam pertempuran - karena berapa banyak bahan bakar yang dikonsumsi. 2 mesin Raptor Pratt & Whitney F119 menawarkan dorong masing-masing 35.000 pon, memberikan kemampuan jelajah F-22 dengan kecepatan Mach 1.5 + tanpa menggunakan afterburner menenggak bahan bakar.

Keuntungan termasuk rudal dan bom yang terbang jauh ketika diluncurkan pada kecepatan supersonik, patroli udara lagi pertempuran jarak dengan lebih banyak waktu yang dihabiskan di atas target, kemampuan untuk terlibat dan melepaskan lebih mudah terhadap non-supercruising pesawat tempur musuh, dan sedikit waktu untuk musuh sekitar bernilai tinggi atau target yang sangat membela untuk menemukan sebuah masuk F-22. Ketika dikombinasikan dengan diam-diam dan membentang rentang rudal F-22, itu menjadi sangat sulit bagi musuh untuk melindungi aset bernilai tinggi seperti pesawat udara AWACS dan kapal tanker udara.

Untuk saat ini, F-22 adalah satu-satunya pesawat operasional yang mampu supercruise konsisten sambil membawa beban penuh senjata. Eurofighter Typhoon pesaing terdekatnya, dengan kecepatan Mach 1,2 ketika terbang di 40.000 kaki, dan dipersenjatai dengan hanya 4 MRAAM di bawah bodi dan 2 SRAAM di ujung sayap rudal. Karena pesawat tempur seperti T50/PAK-FA Rusia-India akan memasuki layanan, dan pesawat tempur generasi 4+ mendapatkan pemutakhiran besar, akan lebih banyak pesawat yang memiliki kemampuan supercruise taktis.

Perhatikan bahwa F-35 Lightning II tidak akan memiliki supercruise, dan dengan keterbatasan desain dan aliran udara berarti bahwa F-35 tidak akan berubah. Lockheed Martin mengatakan F-35 dirancang untuk percepatan transonik lebih baik bahwa pesawat tempur top-line saat ini, tetapi hasil tes tampaknya mendustakan itu, bahkan saat keberlanjutan transonik tetap pertanyaan taktis utama bagi pelepasan yang cepat.

Varian

sunting
  • YF-22A – varian pengembangan pra-produksi untuk fase Dem/Val Advanced Tactical Fighter (ATF); dua pesawat diproduksi.
  • F-22A – varian produksi tempat duduk tunggal, diberi nama F/A-22A pada awal dasawarsa 2000-an.
  • F-22B – varian rencana tempat duduk ganda, dibatalkan pada tahun 1996 untuk menekan biaya pengembangan; pesanan pesawat pengembangan varian ini dialihkan ke F-22A.[26]
  • Naval F-22 – varian operasional dari kapal induk dengan sayap sapuan variabel, direncanakan untuk program Navy Advanced Tactical Fighter (NATF) Angkatan Laut Amerika Serikat untuk menggantikan F-14 Tomcat. Program NATF dibatalkan pada tahun 1991.[26]

Turunan

sunting

FB-22 adalah pesawat pembom siluman supersonik jarak menengah yang diajukan oleh Lockheed Martin kepada USAF.[27] Rancangan FB-22 diproyeksikan dapat membawa hingga 30 bom berdiameter kecil dengan jangkauan terbang yang dua kali lipat lebih jauh daripada F-22A.[28] Namun, proposal FB-22 tampaknya telah dibatalkan dengan dirilisnya hasil studi Quadrennial Defense Review pada tahun 2006 dan perkembangan lanjutannya, di mana penggantinya merupakan pesawat pembom subsonik yang berukuran lebih besar dengan jangkauan terbang yang lebih jauh.[29][30]

X-44 MANTA adalah pesawat percobaan yang direncanakan menggunakan dasar dari F-22 dengan peningkatan kendali dorongan vektor dan permukaan aerodinamis cadangan yang dihilangkan.[31] Pesawat ini akan dikendalikan sepenuhnya dengan dorongan vektor, tanpa memiliki rudder, kemudi guling, maupun kemudi angkat. Pendaanan program X-44 MANTA dihentikan pada tahun 2000.[32]

Pada Agustus 2018, Lockheed Martin mengajukan proposal turunan F-22 kepada USAF dan Angkatan Udara Bela Diri Jepang (JADSF), di mana rancangan pesawat tersebut merupakan hasil kombinasi dari badan F-22 dengan sistem avionik dan lapisan siluman dari F-35.[33] Proposal tersebut tidak dipertimbangkan oleh USAF, sedangkan JASDF meragukan kelayakannya karena masalah pendanaan dan pembatasan ekspor yang berlaku.[34][35]

Pengguna

sunting
 
Sebuah F-22 yang berpangkalan di Pangkalan Angkatan Udara Langley, Virginia.
 
Sebuah F-22 yang berpangkalan di Pangkalan Angkatan Udara Elmendorf, Alaska sedang terbang di atas pegunungan.
 
Sebuah F-22 dengan tangki bahan bakar eksternal yang terpasang di kedua sayap. Pesawat ini berpangkalan di Pangkalan Angkatan Udara Hickam, Hawaii.

Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) merupakan satu-satunya pengguna F-22. Hingga Juni 2020, USAF memiliki 186 unit F-22 dalam inventarisnya.[36]

Skuadron Garis Depan

sunting

Skuadron Uji dan Evaluasi

sunting

Kecelakaan

sunting

Kecelakaan pertama F-22 terjadi pada 20 Desember 2004, ketika sebuah F-22 sedang melakukan lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis. Pilot pesawat berhasil melontarkan diri dengan selamat sebelum pesawat jatuh.[46] Penyelidikan mengungkapkan bahwa sebuah gangguan singkat pada dorongan tenaga mesin dalam sebuah penerbangan sebelum penerbangan yang jatuh tersebut menyebabkan malfungsi pada sistem kendali penerbangan pesawat;[16][47] desain pesawat kemudian diperbaiki setelah kecelakaan tersebut untuk mencegah masalah itu. Operasional F-22 dilanjutkan setelah sempat dilarang terbang dan dilakukan peninjauan ulang.[48]

Pada 25 Maret 2009, sebuah F-22 varian pengembangan jatuh di 35 mil (56 km) timur laut Pangkalan Angkatan Udara Edwards ketika melakukan uji terbang. Kecelakaan tersebut menewaskan seorang pilot uji Lockheed Martin. Penyelidikan yang dilakukan oleh Komando Materiel Angkatan Udara menemukan bahwa pilot sempat kehilangan kesadaran ketika melakukan manuver bergaya gravitasi tinggi, kemudian melontarkan diri ketika ia melihat pesawatnya terlalu rendah untuk menyelamatkan diri. Pilot pesawat tersebut tewas akibat trauma tumpul dari dorongan angin yang ditimbulkan dari kecepatan pesawat ketika ia berupaya untuk melontarkan diri. Penyelidikan tersebut tidak menemukan masalah desain apa pun pada pesawat.[49][50]

Pada 16 November 2010, sebuah F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Elmendorf jatuh dan menewaskan pilotnya. F-22 dilarang terbang di bawah ketinggian 25.000 kaki dan kemudian dilarang terbang sepenuhnya selama penyelidikan berlangsung.[51] Kecelakaan tersebut disebabkan oleh malfungsi pada sistem bleed air setelah mesin pesawat ditemukan mengalami kondisi panas berlebih, di mana kondisi tersebut mematikan sistem kontrol lingkungan (ECS) dan sistem generator oksigen dalam pesawat (OBOGS). Dewan peninjau kecelakaan menetapkan kesalahan pada pilot, karena ia tidak bereaksi dengan benar dalam menggunakan sistem oksigen darurat pesawat.[52] Istri sang pilot yang tewas dalam kecelakaan tersebut menggugat Lockheed Martin dengan klaim adanya kecacatan pada peralatan pesawat, yang kemudian tercapai sebuah kesepakatan antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan gugatan tersebut.[53][54][55] Setelah menemukan penyebab kecelakaan, tuas pengaktifan sistem oksigen darurat dirancang ulang;[56] yang kemudian sistem tersebut diganti seluruhnya dengan sistem oksigen cadangan otomatis (ABOS).[57] Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Amerika Serikat merilis laporan yang menyatakan bahwa USAF telah melakukan kesalahan dengan menyalahkan pilot yang tewas dalam kecelakaan tersebut, dan fakta yang ditunjukkan tidak cukup untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan; USAF mengatakan bahwa pihaknya tetap pada pendiriannya mengenai kecelakaan tersebut.[58]

Pada 15 November 2012, sebuah F-22 jatuh di sebelah timur Pangkalan Angkatan Udara Tyndall ketika melakukan misi latihan. Pilot pesawat berhasil melontarkan diri dengan selamat dan tidak ada cedera yang dilaporkan di darat.[59] Penyelidikan mengungkapkan bahwa sebuah kerusakan pada kabel elektronik pesawat memicu kebakaran yang pada akhirnya merusak sistem kendali penerbangan pesawat.[60]

Pada 15 Mei 2020, sebuah F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Eglin jatuh ketika melakukan misi latihan rutin sesaat setelah lepas landas; pilot pesawat berhasil melontarkan diri dengan selamat. Penyebab dari kecelakaan tersebut adalah kesalahan perawatan setelah dilakukan pencucian pada pesawat tersebut.[61]

Pesawat yang dipamerkan

sunting

Pesawat pengembangan F-22A dengan registrasi 91-4003, dipamerkan di Museum Nasional Angkatan Udara Amerika Serikat.[62]

Spesifikasi (F-22 Raptor)

sunting
 
Gambar teknis F-22.
 
Persenjataan F-22.

Data dari USAF,[63] situs Tim F-22 Raptor,[64] dan Aviation Week & Space Technology[21]

Ciri-ciri umum

Kinerja

  • Laju maksimum:Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi[65]
  • Laju jelajah: Mach 1,72[64] (1.825 km/h) pada altituda/ketinggian tinggi
  • Jangkauan feri: 2.000 mi (1.738 nm, 3.219 km)
  • Langit-langit batas: 65.000 kaki
  • Laju tanjak: rahasia
  • Beban sayap: 66 lb/kaki²
  • Dorongan/berat: 1,26
  • Maximum g-load: −3/+9 g

Persenjataan

  • Senapan: 1× 20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
  • Udara ke udara:
  • Udara ke darat:
  • Avionik

    • Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)[21]

    Kemunculan di dunia fiksi

    sunting

    F-22 muncul dalam novel berjudul Fortunes of War yang ditulis oleh Stephen Coonts dan dirilis pada tahun 1998.[66] Novel tersebut menceritakan negara Jepang yang menginvasi Rusia dengan sebuah pesawat fiksi yang dikembangkan oleh Jepang sendiri dengan sebutan "Zero". Meskipun tidak ingin secara langsung memberikan bantuan kepada Rusia, Amerika Serikat meminjamkan satu skuadron F-22 kepada Angkatan Udara Rusia dan menyewa pilot dari Amerika Serikat untuk terbang di bawah sumpah sebagai militer Rusia.

    Setelah sempat muncul dalam film Hulk pada tahun 2003, F-22 memulai debutnya di dunia perfilman Hollywood pada tahun 2007 dengan film Transformers serta sekuelnya pada tahun 2009[67] sebagai wujud yang dipakai oleh Starscream, salah satu karakter Decepticon, selain beberapa pesawat USAF lainnya yang terlibat dalam pertempuran awal dan klimaks film. Kru film Transformers diperbolehkan untuk mengambil film penerbangan F-22 yang sesungguhnya berkat dukungan dari pihak militer Amerika Serikat kepada sutradara Michael Bay. F-22 yang terlibat difilmkan di Pangkalan Angkatan Udara Edwards.[68]

    F-22 yang sesungguhnya juga muncul dalam film Iron Man, di mana sebuah F-22 dengan sebutan panggilan "Whiplash 1" kehilangan sayap kirinya setelah bertabrakan di udara dengan Iron Man.[69]

    Mainan yang dirilis dengan karakter Starscream merupakan replika dari model F-22. Model tersebut digunakan kembali untuk karakter lainnya di seri Transformers seperti Thundercracker, Skywarp, dan Ramjet, di mana ketiganya juga dapat berubah wujud menjadi F-22.[70]

    Meskipun film Transformers tahun 2007 membuat Starscream menjadi karakter yang terkenal karena dapat berubah wujud menjadi F-22, terdapat juga tokoh lain dalam seri Transformers yang dapat berubah wujud menjadi F-22 sebelum kemunculan Starscream. Sebagai contoh, versi Machine Wars dari Megatron dan Megaplex tahun 1997 dapat berubah wujud menjadi F-22.[71]

    Dalam film Olympus Has Fallen yang dirilis pada tahun 2013, animasi komputer digunakan untuk menggambarkan F-22 yang mencegat AC-130 bersenjata lengkap yang menyerang kota Washington, D.C.; dua F-22 ditembak jatuh sebelum F-22 ketiga menembak AC-130 tersebut dengan rudal, yang menyebabkan pesawat AC-130 tersebut jatuh.[72]

    F-22 muncul sebagai subjek dalam permainan video simulasi penerbangan F-22 Interceptor yang dirilis oleh Electronic Arts dan Ingram Entertainment untuk konsol permainan Sega Mega Drive pada tahun 1991.[73]

    Lihat pula

    sunting

    Pengembangan yang berhubungan
    Pesawat sebanding dalam peran, konfigurasi, dan era

    Referensi

    sunting
    1. ^ Parsons, Gary. "Final F-22 Delivered" Diarsipkan 13 March 2016 di Wayback Machine. Combat Aircraft Monthly, 3 May 2012. Retrieved: 10 April 2014.
    2. ^ a b FY 2007 Budget Estimates[pranala nonaktif permanen]." Angkatan Udara Amerika Serikat. Februari 2006.
    3. ^ Reed, John. "Official: Fighters should be used for spying." Air Force Times, 20 December 2009. Retrieved: 9 May 2010.
    4. ^ Pace 1999, p. 95.
    5. ^ Aronstein and Hirschberg 1998, p. 254.
    6. ^ "CSAF: F-22 Not in USAF's Long-Term Plan". Air Force Magazine (dalam bahasa Inggris). 2021-05-12. Diakses tanggal 2021-05-26. 
    7. ^ "The Air Force Is Planning For a Future Without the F-22". Defense One. Diakses tanggal 2021-05-26. 
    8. ^ Jenkins, Dennis R. Lockheed Secret Projects: Inside the Skunk Works. St. Paul, Minnesota: MBI Publishing Company, 2001. ISBN 0-7603-0914-0. pp. 70.
    9. ^ Jenkins and Landis 2008, pp. 233–234.
    10. ^ Williams 2002, pp. 5–6.
    11. ^ "Air Force Campaigns to Save Jet Fighter." Wayne, L. The New York Times. 13 Januari 2005.
    12. ^ "YF-22/F-22A comparison diagram". GlobalSecurity.org.
    13. ^ Military Aircraft Names
    14. ^ "Lockheed Martin Joint Strike Fighter Officially Named 'Lightning II.' Diarsipkan 2006-07-15 di Wayback Machine." Rilis pers pengelola resmi program Joint Strike Fighter. 7 Juli 2006.
    15. ^ "F-22 Timeline". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-25. Diakses tanggal 2007-03-06. 
    16. ^ a b "F-22 Raptor Flight Test." Pike, J. GlobalSecurity.org.
    17. ^ "U.S. To Declare F-22 Fighter Operational[pranala nonaktif permanen]." Agence France-Presse. 15 Desember 2005.
    18. ^ "F-22 excels at establishing air dominance." Lopez, C. T. Air Force Print News. 23 June 2006.
    19. ^ a b c d "Turn and Burn." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
    20. ^ "F-22 Initial High Angle-of-Attack Flight Results Diarsipkan 2007-06-28 di Wayback Machine.." Peron, L. R. Air Force Flight Test Center. (Abstract)
    21. ^ a b c d e f "F-22: Unseen and Lethal[pranala nonaktif permanen]." Fulghum, D. A.; Fabey, M. J. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007. Note: Titled "Raptor Scores in Alaskan Exercise" in online edition.
    22. ^ "F-22 Avionics." Pike, J. GlobalSecurity.org.
    23. ^ a b "The Electric Jet." Philips, E. H. Aviation Week & Space Technology. 5 Februari 2007.
    24. ^ a b "F-22 stealth". globalsecurity.org. Diakses tanggal 21 Februari. 
    25. ^ a b c "Away Game." Fulghum, D. A. Aviation Week & Space Technology. 8 Januari 2007.
    26. ^ a b Pace 1999, p. 28.
    27. ^ Tirpak, John A. "Long Arm of the Air Force." Diarsipkan 7 July 2011 di Wayback Machine. Air Force magazine, October 2002. Retrieved: 31 August 2011.
    28. ^ Bolkcom, Christopher. "Air Force FB-22 Bomber Concept." Diarsipkan 9 July 2017 di Wayback Machine. Digital.library.unt.edu. Retrieved: 28 August 2011.
    29. ^ "Quadrennial Defense Review Report" Diarsipkan 28 October 2012 di Wayback Machine.. US Department of Defense, 6 February 2006. Retrieved: 28 August 2011.
    30. ^ Hebert, Adam J. "The 2018 Bomber and Its Friends." Diarsipkan 23 September 2009 di Wayback Machine. Air Force magazine, October 2006. Retrieved: 31 August 2011.
    31. ^ Jenkins, Dennis R., Tony Landis and Jay Miller. "Monographs in Aerospace History, No. 31: American X-Vehicles: An Inventory, X-1 to X-50." Diarsipkan 17 November 2008 di Wayback Machine. NASA, June 2003. Retrieved: 13 June 2010.
    32. ^ "X-Planes Explained". Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2007. Diakses tanggal 1 June 2016.  NASAExplores.com, 9 October 2003. Retrieved: 23 July 2009.
    33. ^ "Lockheed Pitching F-22/F-35 Hybrid to U.S. Air Force". Defense One. 30 August 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 September 2018. Diakses tanggal 3 September 2018. 
    34. ^ "Air Force not considering new F-15 or hybrid F-22/F-35, top civilian says". DefenseNews. 12 September 2018. Diakses tanggal 21 February 2019. 
    35. ^ "Defense Ministry to develop own fighter jet to succeed F-2, may seek int'l project". Mainichi Shimbun. 4 October 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2019. Diakses tanggal 28 April 2019. 
    36. ^ Pawlyk, Oriana (23 June 2020). "Air Force's Reforge Plan Could Put Some Older F-22s in 'Red Air' Role". Military.com. Diakses tanggal 12 November 2020. 
    37. ^ name="Langley">DeMayo, Airman 1st Class Chase S. "Langley receives last Raptor, completes fleet."Diarsipkan 25 April 2016 di Wayback Machine. U.S. Air Force, 19 January 2007.
    38. ^ DeMayo, Airman 1st Class Chase S. "Langley receives last Raptor, completes fleet." Diarsipkan 25 April 2016 di Wayback Machine. U.S. Air Force, 19 January 2007.
    39. ^ "Air Force eyes Langley-Eustis as new F-22 training home". Air Force Times. 28 March 2019. Diakses tanggal 2 April 2020. 
    40. ^ Canfield, Tech. Sgt. Mikal (8 August 2007). "Elmendorf welcomes F-22 Raptor". U.S. Air Force. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2016. Diakses tanggal 11 April 2016. 
    41. ^ "Air Force eyes Langley-Eustis as new F-22 training home". Air Force Times. Diakses tanggal 2 April 2020. 
    42. ^ 301st Fighter Wing > Units > 44th Fighter Group (af.mil)
    43. ^ Home page of the 477th Fighter Group (af.mil)
    44. ^ a b "433d Weapons Squadron." Diarsipkan 22 August 2007 di Wayback Machine. U.S. Air Force. Retrieved: 5 April 2010.
    45. ^ "F-22A Raptor goes operational". U.S. Air Force. 15 December 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2016. Diakses tanggal 11 April 2016. 
    46. ^ Mount, Mike. "Nevada crash grounds F-22 fighters." Diarsipkan 24 January 2012 di Wayback Machine. CNN, 22 December 2004. Retrieved: 28 August 2011.
    47. ^ USAF AIB Report Executive Summary on 20 December 2004 F-22A mishap. Diarsipkan 16 February 2013 di Wayback Machine.
    48. ^ "Raptors cleared to fly again." af.mil, 6 January 2005. Archived from original.
    49. ^ "F-22 Crash Linked To G-Forces". The Washington Post, 5 August 2009, p. 2.
    50. ^ USAF AIB Report on 25 March 2009 F-22A mishap. Diarsipkan 31 March 2019 di Wayback Machine. Retrieved: 31 May 2014.
    51. ^ Fontaine, Scott and Dave Majumdar. "Air Force grounds entire F-22 fleet." Military Times, 5 May 2011.
    52. ^ USAF AIB Report on 16 November 2010 F-22A mishap. Diarsipkan 14 July 2014 di Wayback Machine. Retrieved: 1 July 2014.
    53. ^ Bouboushian, Jack. "Pilot's Widow Calls F-22 Raptor Defective." Diarsipkan 30 April 2012 di Wayback Machine. Courthouse News Service, 12 March 2012.
    54. ^ Majumdar, Dave (13 August 2012). Settlement reached in Haney F-22 crash lawsuit. Flightglobal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 October 2013. Diakses tanggal 30 October 2013. 
    55. ^ "H.A.S.C. No. 112-154, F-22 pilot physiological issues." Diarsipkan 25 September 2018 di Wayback Machine. GPO. Retrieved: 16 August 2013.
    56. ^ "Fatal crash leads to change in F-22's backup oxygen system". The Los Angeles Times. 20 March 2012. hlm. B1. Diakses tanggal 13 November 2020 – via Newspapers.com. 
    57. ^ Majumdar, Dave (8 November 2012). "USAF awards Lockheed second F-22 back-up oxygen supply contract". Flight Global. Diakses tanggal 13 November 2020. 
    58. ^ DoD IG report on 16 November 2010 F-22A mishap AIB report. Diarsipkan 15 February 2013 di Wayback Machine.. Retrieved: 11 February 2013.
    59. ^ "Safety paramount as F-22 investigation continues (press release)". U.S. Air Force. 16 November 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 December 2013. Diakses tanggal 16 November 2013. 
    60. ^ Everstine, Brian. "Air Force: Faulty wire brought down F-22." Air Force Times, 19 August 2013. Retrieved: 16 August 2013.
    61. ^ Thompson, Jim (2021-07-28). "A $201M maintenance error: Air Force releases cause of F-22 crash at Eglin AFB in 2020". Northwest Florida Daily News Herald. Diakses tanggal 2021-07-31. 
    62. ^ "Museum adds the world's first stealthy air dominance fighter to collection". National Museum of the U.S. Air Force. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 March 2008. Diakses tanggal 23 July 2009. 
    63. ^ "Factsheets: F-22A Raptor". Air Force Link. United States Air Force. 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-10-21. Diakses tanggal 18 April. 
    64. ^ a b "Flight Test Data". F-22 Raptor Team Website. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-06-18. Diakses tanggal 18 April. 
    65. ^ Angka Mach 2,42 disebutkan oleh pilot Paul Metz. Angkatan Udara AS hanya menyebut "kelas Mach 2"—yang berarti suatu jumlah yang melebihi Mach 2.
    66. ^ "Fortunes of War". Goodreads. Diakses tanggal 30 Juli 2017. 
    67. ^ Miles, Donna (21 Juni 2007). "Movie makers team with military to create realism". United States Air Force. American Forces Press Service. Diakses tanggal 28 Mei 2013. 
    68. ^ Michael Bay's DVD audio commentary for Transformers. 2007. Paramount/DreamWorks.
    69. ^ "The F22 Raptor heads to the screen". CraveOnline. 25 September 2007. Diakses tanggal 17 Januari 2010.  [pranala nonaktif permanen]
    70. ^ "Claw Slash Ramjet" (PDF). Hasbro. 2007. Diakses tanggal 9 Desember 2009. 
    71. ^ Vandom, D. (April 1997). "Transformers Machine Wars". Dave's Transformers Page. Diakses tanggal 4 Januari 2010. 
    72. ^ Sarto, Dan (3 April 2013). "More VFX than Meets the Eye in Olympus Has Fallen". Animation World Network. Diakses tanggal 30 Juni 2013. 
    73. ^ "F-22 Interceptor". Mean Machines. November 1991. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-19. Diakses tanggal 2021-08-29. 

    Daftar pustaka

    sunting

    Bacaan lanjutan

    sunting

    Pranala luar

    sunting