Eurofighter Typhoon

Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur multiperan bermesin kembar dan bersayap delta kanard yang berasal dari Eropa.[6][7] Typhoon pada mulanya dirancang sebagai pesawat tempur superioritas udara[8] dan dibangun oleh konsorsium Airbus, BAE Systems, dan Leonardo yang menjalankan sebagian besar projek ini melalui perusahaan induk bersama, bernama Eurofighter GmbH. NETMA mengelola proyek ini dan merupakan konsumen utama.[9]

Eurofighter Typhoon
Typhoon T1 milik Britania Raya
TipePesawat tempur multifungsi
Terbang perdana27 Maret 1994[1]
Diperkenalkan4 Agustus 2003
StatusAktif
Pengguna utamaBritania Raya
Jerman
Italia
Spanyol
Pengguna lainAustria
Saudi Arabia
Kuwait
Qatar
Oman
Jumlah produksi589[2]
Harga satuan
  • €90 juta (Rp1,53 Triliun) (Sistem Tranche 3A, TA 2009)[3]
  • €142 juta (Rp2,41 Triliun) (Tranche 4, TA 2020)[4]
  • €125 juta (Rp2,12 Triliun) (termasuk biaya produksi + pengembangan, TA 2011)[5]
Acuan dasarBritish Aerospace EAP

Pengembangan pesawat ini secara efektif dimulai pada tahun 1983 dengan program Pesawat Tempur Eropa Masa Depan, kerjasama lima negara; yaitu Britania Raya, Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol. Ketidaksepakatan akan otoritas desain dan persyaratan operasional telah menyebabkan Prancis meninggalkan konsorsium ini dan mengembangkan Dassault Rafale secara mandiri. Pesawat peraga teknologi untuk proyek ini, British Aerospace EAP, melakukan terbang perdana pada 6 Agustus 1986; selanjutnya purwarupa utuh pertama dari Eurofighter melakukan terbang perdana pada 27 Maret 1994. Nama pesawat terbang ini, Typhoon, diadopsi pada September 1998 dan kontrak produksi pertama juga ditandatangani pada tahun itu.

Akhir Perang Dingin yang lebih lekas daripada yang diperkirakan telah mengurangi keperluan Eropa akan pesawat tempur dan memicu perdebatan akan biaya dan pembagian pengerjaan pesawat ini, dengan demikian turut mengulur pembangunannya: Typhoon mulai bertugas sejak tahun 2003 dan kini digunakan oleh angkatan-angkatan udara Austria, Italia, Jerman, Britania Raya, Spanyol, Saudi Arabia, dan Oman. Kuwait dan Qatar juga memesan pesawat tempur ini, menjadikan seluruh pengadaan sebanyak 623 pesawat hingga 2019.

Eurofighter Typhoon adalah pesawat yang amat lincah, dirancang untuk menjadi petempur jarak dekat yang efektif dan unggul.[10] Pesawat keluaran berikutnya semakin diperlengkapi dengan lebih baik untuk menjalani misi serangan dari udara ke permukaan dan supaya cocok dengan kian beranekarupanya persenjataan dan peralatan, termasuk misil Storm Shadow dan Brimstone. Typhoon menjalani tempur perdananya pada intervensi militer di Libya 2011, ketika itu Angkatan Udara Britania Raya dan Angkatan Udara Italia, melakukan misi pengintaian dan pencegatan. Pesawat jenis ini juga terutama bertanggung jawab untuk tugas-tugas pertahanan udara bagi sebagian besar negara pengguna.

Deskripsi

sunting

Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur sayap delta buatan empat negara, berkemampuan melihat diluar batas pandang (BVR), pesawat tempur superioritas udara jarak dekat, dengan kemampuan serangan permukaan, dan dapat beroperasi dalam waktu yang lama (sampai 2040). Eurofighter telah memiliki kemampuan supercruise; dapat menembus kecepatan 1 Mach tanpa menggunakan After Burner.

Pengembangan pesawat telah dilakukan oleh Eurofighter GmbH, yang berbasis di Munich dan dimiliki sepenuhnya oleh BAE Systems dari Inggris, Alenia Aeronautica Italia dan EADS Deutschland (sebelumnya DaimlerChrysler) dan EADS Spanyol (sebelumnya CASA). Pada bulan Januari 2003, Norwegia menandatangani perjanjian untuk partisipasi industri dalam proyek, tetapi belum berkomitmen untuk membeli pesawat tempur tersebut.

Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur multirole generasi keempat dengan desain sayap Delta dan Canard buatan konsorsium bersama negara-negara Eropa dalam Eurofighter GmbH, Holding Company Eurofighter GmbH terdiri atas tiga perusahaan aeronautical ternama seperti Alenia Aeronautica (Itali), BAE System (United Kingdom), EADS ( Prancis, Jerman dan Spanyol) yang dibentuk mulai tahun 1986. Proyek tersebut dikelola oleh NATO Eurofighter and Tornado Management Agency. Sampai saat ini Typoon sudah dipakai di British Royal Air Force, German Luftwaffe, Italian Air Force, Spanish Air Force dan Austrian Air Force serta Saudi Arabia telah meneken kontrak pembelian senilai U.S$ 9.5 billion untuk 72 unit pesawat berbeda dengan Dassault Rafale yang belum menghasilkan kontrak di satu negarapun meskipun pengembangannya dilakukan bersama-sama pada awalnya.

Eurofighter sendiri merupakan pesawat tempur multi fungsi, kelasnya mungkin dapat disetarakan dengan keluarga SU-27 Flanker dari Russia atau keluarga F-15 Eagle dari Amerika Serikat. Proyek pembuatan Eurofighter sendiri diawali sejak tahun 1971. Pada awalnya proyek Eurofighter merupakan proyek kerja bareng antara Inggris, Itali, Jerman, Spanyol, dan Prancis untuk membuat pesawat tempur. Pada tahun 1985 Prancis meninggalkan proyek tersebut, dan memutuskan untuk membangun pesawat tempurnya sendiri. Pada Tahun 1994 akhirnya Eurofighter Typhoon melaksanakan penerbangan pertamanya di Bavaria, Jerman.

Jika kita melihat spesifikasi teknisnya maka dapat disimpulkan bahwa pesawat ini merupakan salah satu yang tercanggih di kelasnya. Sebagai dapur pacu, dua mesin Eurojet EJ200, yang dapat melesatkan pesawat ini hingga mencapai Mach 2. Selain itu Eurofighter juga mampu melakukan terbang di atas kecepatan suara, dengan membawa persenjataan, dan secara konstan tanpa menggunakan afterburner/supercruise. Untuk perangkat elektronik pencari lawan, Eurofighter dibekali Radar Euroradar CAPTOR, yang dapat memandu rudal jarak jauh di luar jarak visual (Beyond Visual Range Air To Air Missile), serta berbagai senjata untuk menyerang sasaran di darat. Selain itu Eurofighter juga dilengkapi Infra Red Search And Track System seperti pada keluarga Su-27 Flanker, sehingga Eurofighter dapat memandu misilnya tanpa menggunakan radar. Kemampuan manuvernya pun terbilang luar biasa, hal tersebut terbukti pada latihan gabungan Indra-Dhanush exercise antara AU India dan inggris. Pada latihan melalui antisipasi dan persiapan oleh pihak AU Inggris, Pesawat tempur Eurofighter dapat mengimbangi manuver SU-30 MKI milik India.

Pengembangan

sunting

Permulaan

sunting
Demonstrasi penerbangan pada WTD61 Jerman
Eurofighter EF2000 pada Paris Air Show 2009.

Britania Raya telah mengenali keperluan bagi pesawat tempur baru sejak tahun 1971. Spesifikasi 403 Air Staff Target (AST) pada tahun 1972 mengarah pada desain "berekor" konvensional P.96 yang dipamerkan pada akhir dasawarsa 1970-an. Sementara desain itu memenuhi persyaratan "Air Staff", industri dirgantara Britania Raya memiliki keberatan, karena ia sangat serupa dengan McDonnell Douglas F/A-18 Hornet, yang kemudian sangat maju dalam pengembangannya. Desain P.96 memiliki sedikit potensi untuk bertumbuh kembang, dan ketika ia memasuki tahap produksi, ia akan mengamankan sedikit ekspor dalam pasar mapan Hornet.[11] Namun demikian, persyaratan serempak Jerman Barat untuk pesawat tempur baru pada tahun 1979 mengarah pada pengembangan konsep TKF-90.[12][13] Ini adalah desain sayap delta bergerak dengan kendali kanard-kopel-dekat terusan dan kestabilan buatan. Meskipun para perancang British Aerospace menolak beberapa fitur canggih seperti pemvektoran dorong mesin dan kendali tepi belakang sayap pelepasan, sebentuk kendali lapisan perbatasan, mereka setuju dengan keseluruhan konfigurasi.[11]

Pada tahun 1979, Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) dan British Aerospace (BAe) menyajikan ajuan resmi kepada masing-masing pemerintah untuk ECF, European Collaborative Fighter (Pesawat Tempur Kolaboratif Eropa)[14] atau European Combat Fighter (Pesawat Tempur Eropa).[13] Pada bulan Oktober 1979 Dassault menggabungi tim ECF untuk pengkajian tiga-negara, yang akan dikenali sebagai European Combat Aircraft (Pesawat Perang Eropa).[14] Pada tahap pengembangan ini, nama Eurofighter mulai disandangkan pada pesawat.[15] Pengembangan purwarupa masing-masing negara dilanjutkan. Prancis menghasilkan ACX. Britania Raya menghasilkan dua desain; P.106[N 1] merupakan pesawat tempur ringan bermesin tunggal, sekilas mirip JAS 39 Gripen, P.110 adalah pesawat tempur bermesin kembar. Angkatan Udara Britania Raya menolak konsep P.106 dengan alasan bahwa ia memiliki "setengah keefektifan dari pesawat bermesin dua pada dua per tiga biaya".[11] Jerman Barat berlanjut memurnikan konsep TKF-90.[13] Proyek ECA runtuh pada tahun 1981 untuk beberapa alasan, termasuk keperluan yang berbeda, Dassault ingin menjadi "pemimpin desain" dan Britania Raya lebih menyukai versi baru RB199 untuk dijadikan mesin pacu pesawat ini berbanding Perancis yang lebih menyukai Snecma M88 yang baru.[15]

 
British Aerospace EAP ZF534 (untuk "Program Pesawat Eksperimen") pada Pameran Dirgantara Farnborough, 1986

Sebagai akibatnya, mitra-mitra Panavia yaitu (MBB, BAe, dan Aeritalia) meluncurkan program Pesawat Tempur Lincah (Agile Combat Aircraft, disingkat ACA) pada bulan April 1982.[17] ACA sangat mirip dengan BAe P.110, memiliki sayap delta bergerak, kanard, dan ekor kembar. Satu perbedaan besar pada bagian luar adalah penggantian asupan udara mesin yang dicantelkan di pinggir dengan asupan udara dagu. ACA ditenagai oleh mesin RB199 yang diubah. Pemerintah Jerman Barat dan Italia menghentikan pendanaan, dan Kementerian Pertahanan (MoD) Britania Raya setuju untuk mendanai 50% dari biaya dan sisanya 50% lagi oleh pihak industri. MBB dan Aeritalia bersepakat dengan tujuan membuat dua pesawat, satu oleh Warton dan satu lagi oleh MBB. Pada bulan Mei 1983, BAe mengumumkan kontrak dengan Kementerian Pertahanan untuk pengembangan dan produksi pesawat peraga ACA, Program Pesawat Eksperimen.[17][18]

 
Eurofighter Typhoon pada Paris Air Show 2007

Pada bulan 1983 Italia, Jerman Barat, Prancis, Britania Raya, dan Spanyol meluncurkan program "Pesawat Tempur Eropa Masa Depan" (Future European Fighter Aircraft, disingkat FEFA). Pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek STOL, juga berkemampuan beyond visual range (BVR) (pertempuran melampaui jangkauan mata). Pada tahun 1984, Prancis menginginkan adanya pesawat untuk versi kapal induk dan menuntut peran utama dalam program ini. Italia, Jerman Barat, dan Britania Raya memilih keluar dan merintis program baru EFA.[13] Di Turin pada 2 Agustus 1985, Jerman Barat, Britania Raya, dan Italia setuju untuk meneruskan Eurofighter; dan terkonfirmasi pula bahwa Prancis beserta Spanyol tidak ikut serta menjadi anggota proyek.[19] Meskipun ada tekanan dari Prancis, Spanyol akhirnya ikut gabung ke proyek Eurofighter pada awal bulan September 1985.[20] Prancis secara resmi menarik diri dari proyek itu untuk meneruskan proyek sendiri ACX, yang kelak menjadi Dassault Rafale.

Pada tahun 1986, biaya program itu mencapai £180 juta.[21] Ketika program EAP dimulai, biaya diperkirakan seimbang antara yang disediakan pemerintah dan industri, tetapi pemerintah Jerman Barat dan Italia ragu-ragu terhadap perjanjian dan tiga mitra industri utama harus menyediakan £100 juta untuk menjamin kelangsungan program. Pada bulan April 1986, EAP BAe dibangun di BAe Warton, ketika itu juga sebagiannya didanai oleh MBB, BAe, dan Aeritalia.[21] EAP terbang perdana pada tanggal 6 Agustus 1986.[22] Tampilan Eurofighter sangat mirip dengan EAP. Pengerjaan desain berlanjut sampai lima tahun kemudian menggunakan data dari EAP. Keperluan mula-mula adalah: Britania Raya: 250 pesawat, Jerman Barat: 250, Italia: 165, dan Spanyol: 100. Pembagian kerja produksi telah diatur bagi negara peserta dengan proporsi perkiraan pembelian – BAe (33%), DASA (33%), Aeritalia (21%), dan Construcciones Aeronáuticas SA (CASA) (13%).

Konsorsium Eurofighter Jagdflugzeug GmbH yang berbasis di Munich telah didirikan pada tahun 1986 untuk mengelola pengembangan proyek[23] dan EuroJet Turbo GmbH, persekutuan Rolls-Royce, MTU Aero Engines, FiatAvio (kini Avio), dan ITP untuk pengembangan mesin EJ200. Pesawat ini dikenali sebagai Eurofighter EFA sejak akhir dasawarsa 1980-an hingga kemudian diubah sebutannya menjadi EF 2000 pada tahun 1992.[24]

Pada tahun 1990, pemilihan radar pesawat telah menjadi batu sandungan utama. Britania Raya, Italia, dan Spanyol menyokong ECR-90 yang dipimpin Sistem Pertahanan Ferranti, sedangkan Jerman Barat lebih menyukai MSD2000 yang berbasis APG-65 (kerjasama antara Hughes, AEG, dan GEC-Marconi). Sebuah perjanjian telah dicapai setelah Menteri Pertahanan Britania Raya Tom King menjamin mitranya dari Jerman Barat Gerhard Stoltenberg bahwa pemerintah Britania Raya akan menyetujui proyek ini dan membolehkan Marconi Electronic Systems, anak perusahaan GEC, untuk mendapatkan Sistem Pertahanan Ferranti dari perusahaan induknya, Grup Ferranti, yang tengah mengalami masalah keuangan dan hukum. GEC dengan demikian menarik dukungannya terhadap MSD2000.[25]

 
Eurofighter Typhoon di Farnborough Air Show, 2006

Akhirnya Peter Weger kepala tes pilot Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) dapat menerbangkan prototipe pesawat ini (kemudian dikenal sebagai Eurofighter EF 2000) pada 27 Maret 1994 di Bavaria setelah pada tahun 90-an kita melihat pertentangan-pertentangan hebat dalam pembangunan pesawat ini. Pertentangan itu meliputi banyak hal, contohnya adalah masalah pembagian pekerjaan, spesifikasi pesawat dan bahkan partisipasi tiap negara dalam proyek ini.

Ketika kontrak produksi final ditandatangani pada 1997, pembelian total adalah sebagai berikut: Inggris 232, Jerman 180, Itali 121, and Spanyol 87. Produksi kemudian juga dialokasikan menurut jumlah pembelian: British Aerospace (37%), DASA (29%), Aeritalia (19.5%), dan CASA (14%).

Ringkasan Produksi
Negara Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Total
Austria 0 18* 0 18
Jerman 44 68 68 180
Italia 29 46 46 121
Arab Saudi 0 48 24 72
Spanyol 20 33 34 87
Inggris 55 89 88 232
TOTAL 148 302 260 710

*) Kelihatannya Austria akan memerima 6 pesawat Tahap 1, dan kemudian 12 pesawat Tahap 2.

Pada Mei 2007 Eurofighter Development Aircraft 5 berhasil terbang perdana menggunakan CAESAR Demonstrator yang merupakan pengembangan dari Euroradar CAPTOR digabung dengan teknologi AESA (Active Electronically Scanned Array). Penerbangan perdana IPA7 telah lengkap dalam tahap kedua di lapangan terbang EADs Manching pada 16 januari 2008. Produksi Versi radar CAPTOR-E sedang diusulkan untuk tahap ketiga produksi Typoon mulai tahun 2012, tahap kedua tidak menggunakan AESA, mekanikal scan radar CAPTOR-M mencakup ketentuan berat dan ruang yang memungkinkan untuk meng-upgrade CAESAR(AESA) Standart pada masa depan. Angkatan Udara Italia meragukan bahwa radar AESA akan siap pada tahap ketiga produksi, pada bulan juli 2010 Eurofighter mengungumkan bahwa radar AESA akan mulai digunakan pada tahun 2015.

Kontrak produksi pertama di tandatangani pada tanggal 30 januari 1998 antara Eurofighter GmbH, Eurojet dan NETMA, jumlah total pengadaan adalah sebagai berikut: Inggris 232 unit, jerman 180 unit, Italia 121 unit dan Spanyol 87 unit. Produksi kembali di alokasikan menurut pengadaan, BAe (37%), DASA (29%), Aeritalia (19,5%) dan CASA (14%). Pada tanggal 2 september 1998 Upacara penamaan diadakan di Farnborough Inggris, diberi nama resmi Typhoon tetapi hanya versi export saja pada awalnya tetapi ditentang oleh Jerman karena sama dengan nama pesawat Hawker Typoon pesawat pembom RAF waktu perang WWII dengan Nazi jerman, diusulkan lagi nama Splitfire namun ditolak lagi dengan alasan ada nama pesawat yang sama. Pada September 1998 ditandatangani kontrak untuk produksi 148 unit pesawat pada tranche (tahap produksi) pertama dan pengadaan barang yang relatif lama sampai Tranche kedua, pada bulan maret 2008 pesawat terakhir dari tranch pertama telah dikirim berturut-turut ke Luftwaffe Jerman sebelum tranche kedua dan pada 21 oktober 2008 pesawat pertama dari order 91 pesawat pada tranche kedua telah dikirim ke RAF Coningsby. Pada bulan oktober 2008 negara -negara anggota Eurofighter mempertimbangkan untuk membagi 236 unit pesawat dalam Tranche ketiga menjadi dua tahap di bulan juni 2009. Marsekal Udara RAF Sir Glenn Torpy menyarankan bahwa armada RAF mungkin hanya 123 jet dari 232 unit yang direncanakan, dalam menanggapi pengurangan jumlah pesawat PM Inggris Gordon Brown menegaskan Inggris akan bergerak maju pada pembelian batch ketiga. Sebuah kontrak untuk bagian pertama tranche 3a ditandatangani di akhir juli 2009 untuk 112 split pesawat untuk empat negara mitra, Inggris 40 unit, Jerman 31 unit, Italia 21 unit dan Spanyol 20 unit. 40 pesawat ini dikatakan menutupi saham Inggris dalam proyek oleh Komodor Udara Chris Bushell dikarenakan biaya lebih yang diberikan dalam proyek. Pada tahun 1988 Parlemen di bawah sekretaris negara angkatan bersenjata inggris mengatakan kepada House of Commons bahwa Eurofighter akan menjadi proyek besar, biaya inggris sebesar £7 milliar namun perkiraan realistisnya sekitar £13 milliar, terdiri atas £3.3 miliiar biaya pengembangan plus £30 juta per pesawat, pada tahun 1997 perkiraan biaya adalah £17 milliar, tahun 2003 £20 milliar dihitung dari pengiriman pesawat pertama ke RAF selama 54 bulan namun pada tahun 2003 Departemen pertahanan menolak untuk merilis perkiraan biaya dengan alasan ketidaketisan.

Penangguhan

sunting

Beban keuangan yang menimpa Jerman setelah reunifikasi menyebabkan Helmut Kohl mengutarakan janji pemilunya untuk membatalkan Eurofighter. Pada permulaan sampai pertengahan tahun 1991 Menteri Pertahanan Jerman Volker Rühe meminta Jerman untuk menarik diri dari proyek ini, dan sebagai gantinya akan menerapkan teknologi Eurofighter dalam pembuatan pesawat yang lebih ringan. Karena sejumlah uang telah dikucurkan, sejumlah pekerjaan juga bergantung pada proyek, dan adanya kemufakatan yang mengikat pada tiap-tiap mitra pemerintah, Kohl tidak bisa menarik diri; "pendahulu Rühe telah mengunci diri ke dalam proyek ini dengan sebuah sistem penalti yang menghukum perancangan sendiri."[26]

 
RAF Typhoon FGR4 ZK356 menunjukkan sayap deltanya, Juli 2016.

Pada tahun 1995 muncullah kerisauan akan pembagian kerja. Sejak pembentukan Eurofighter pembagian kerja disepakati dengan porsi 33/33/21/13 (Britania Raya/Jerman Barat/Italia/Spanyol) berdasarkan banyaknya pesawat yang dipesan oleh tiap-tiap negara peserta, semua negara ini kemudian mengurangi pesanan masing-masing. Britania Raya menurunkan pesanannya dari 250 menjadi 232, Jerman dari 250 menjadi 140, Italia dari 165 menjadi 121, dan Spanyol dari 100 menjadi 87.[26] Menurut peringkat pesanan ini, pembagian kerja haruslah menjadi 39/24/22/15 Britania Raya/Jerman/Italia/Spanyol, tetapi Jerman tidak segera setuju pada pembagian kerja yang besar ini.[26] Pada bulan Januari 1996, setelah seringnya tawar-menawar antara mitra Jerman dan Britania Raya, sebuah kompromi dicapai di mana Jerma akan membeli 40 pesawat lagi.[26] Pembagian kerja kemudian menjadi 37,42% (Britania Raya), 29,03% (Jerman), 19,52% (Italia), dan 14,03% (Spanyol).

Pada Pameran Dirgantara Farnborough 1996, Britania Raya mengumumkan pendanaan untuk fase pengembangan proyek ini.[27] Pada tanggal 22 Desember 1997 para menteri pertahanan dari empat negara mitra menandatangani kontrak produksi Eurofighter.[28]

Pengujian

sunting
 
Pemandangan dekat Typhoon F2 ZJ910 Angkatan Udara Britania Raya, menunjukkan permukaan kendali kanard yang dibelokkan tepat di bawah pilot

Penerbangan perdana purwarupa Eurofighter dilakukan di Bavaria pada tanggal 27 Maret 1994, diterbangkan oleh kepala pilot uji DASA, Peter Weger.[1] Pada bulan Desember 2004, Eurofighter Typhoon IPA4 memulai tiga bulan Uji Lingkungan Dingin (Cold Environmental Trials, disingkat CET) di Pangkalan Udara Vidsel di Swedia, tujuannya untuk memeriksa perilaku operasional pesawat dan sistemnya pada selang suhu −25 sampai 31 °C.[29] Penerbangan Perdana Pesawat Produksi Terinstrumentasi 7 (IPA7), pesawat Tranche 2 yang diperlengkapi sepenuhnya, dilakukan di lapangan terbang EADS, Manching, pada tanggal 16 Januar1 2008.[30]

Pengadaan, produksi, dan biaya

sunting

Kontrak produksi pertama ditandatangani pada 30 Januari 1998 antara Eurofighter GmbH, Eurojet, dan NETMA.[31] Keseluruhan pengadaannya adalah sebagai berikut: Britania Raya 232, Jerman 180, Italia 121, dan Spanyol 87. Pengerjaannya dijatah menurut pembelian: BAe (37,42%), DASA (29,03%), Aeritalia (19,52%), dan CASA (14,03%).

Pada tanggal 2 September 1998, sebuah upacara pemberian nama diselenggarakan di Farnborough, Britania Raya. Sejak itulah nama Typhoon resmi digunakan, mulanya hanya untuk pesawat ekspor. Nama Typhoon melanjutkan tema badai yang diawali oleh Panavia Tornado. Dilaporkan bahwa nama ini ditentang oleh Jerman; Hawker Typhoon adalah pesawat tempur-pengebom yang digunakan oleh Angkatan Udara Britania Raya pada Perang Dunia II untuk menyerang target-target di Jerman.[32] Nama "Spitfire II" (setelah pesawat tempur Britania pada Perang Dunia II, Supermarine Spitfire) juga dipertimbangkan dan ditolak juga dengan alasan serupa ketika program pengembangan mulai dirintis.[33] Pada bulan September 1998, kontrak ditandatangani untuk pembuatan 148 pesawat Tranche 1 dan pembelian jangka panjang untuk pesawat Tranche 2.[34] Pada bulan Maret 2008, pesawat terakhir Tranche 1 dikirimkan kepada Angkatan Udara Jerman.[35] Pada tanggal 21 Oktober 2008, dua pertama dari 91 pesawat Tranche 2 untuk Angkatan Udara Britania Raya, dikirimkan ke Pangkalan Udara Coningsby.[36]

Pada bulan Juli 2009, setelah hampir dua tahun negosiasi, pembelian Tranche 3 yang direncanakan kemudian dipecah menjadi dua bagian dan kontrak Tranche 3A ditandatangani oleh negara-negara mitra.[37] Pesanan "Tranche 3B" tidak ditindaklanjut.[38]

Eurofighter Typhoon adalah unik dalam pesawat tempur modern, yaitu dalam hal terdapat empat lini perakitan terpisah. Tiap-tiap perusahaan mitra merakit masing-masing pesawat negaranya sendiri, tetapi membangun bagian-bagian yang sama untuk semua pesawat (termasuk ekspor); Premium AEROTEC (badan tengah utama,[39] EADS CASA (sayap kanan, bilah tepi muka sayap), BAE Systems (BAE) (badan depan (termasuk kanard), kanopi, punggung pesawat, sirip ekor, flaperon dalam, bagian badan belakang) dan Leonardo (sayap kiri, flaperon luar, bagian badan belakang).

Produksi dibagi menjadi tiga tranche (lihat tabel di bawah). Tranche adalah perbedaan pendanaan/produksi, dan bukan berarti peningkatan bertahap dalam hal kemampuan tiap-tiap tranche. Tranche 3 didasarkan pada pesawat terakhir tranche 2 dengan penyempurnaan yang ditambahkan. Tranche 3 dibagi menjadi bagian A dan B.[40] Tranche kemudian dibagi menjadi blok kemampuan/standar produksi dan pengadaan/pendanaan, meskipun ini tidak kebetulan, dan bukan hal yang sama; misalnya, Eurofighter varian FGR4 oleh Angkatan Udara Britania Raya adalah Tranche 1, blok 5. Batch 1 meliputi blok 1, tetapi batch 2 meliputi blok 2, 2B, dan 5. Pada tanggal 25 Mei 2011 produksi ke-100 pesawat, ZK315, meluncur dari lini produksi di Warton.[41]

Ikhtisar produksi yang diharapkan
Tranche   Austria   Jerman   Italia   Kuwait   Oman   Arab Saudi   Spanyol   Britania Raya   Qatar Total
Tranche 1 15[N 2] 33 28 0 0 0 19 53 0 148
Tranche 2[42] 0 79 47 0 0 48 34 67[N 3] 0 275
Tranche 3A[40] 0 31 21 28 12 24 20 40 24 200
Tranche 4 0 38[44] 0 0 0 0 0 0 0 38
Total 15 181 96 28 12 72 73 160 24 661

Pada tahun 1985 taksasi biaya 250 pesawat Britania Raya adalah sebesar £7 miliar. Pada tahun 1997 taksasi biaya adalah sebesar £17 miliar; pada tahun 2003, £20 miliar, dan tanggal dinas (operasional) (2003, didefinisi sebagai tanggal pengiriman pesawat pertama kepada Angkatan Udara Britania Raya) adalah terlambat 54 bulan.[45] Setelah tahun 2003, Kementerian Pertahanan menolak mengumumkan taksasi biaya terbaru, di atas dasar sensitivitas komersial.[46] Bagaimanapun, pada tahun 2011, Kantor Audit Nasional memperkirakan, yang terjadi di Britania Raya, "biaya penilaian, pengembangan, produksi, dan pemutakhiran sebenarnya menyentuh angka £22,9 miliar" dan keseluruhan biaya program dapat menyentuh £37 miliar.[5]

Pada tahun 2007, Jerman memperkirakan biaya sistem (pesawat dan pelatihan, ditambah suku cadang) senilai €120 juta dan mengatakan itu terus meningkat.[47] Pada tanggal 17 Juni 2009, Jerman memesan 31 pesawat Tranche 3A senilai €2,8 miliar, mengarah pada sistem biaya senilai €90 juta per pesawat.[3] Komite Akun Publik Britania Raya melaporkan bahwa kesalah-urusan proyek telah membantu meningkatkan biaya tiap-tiap pesawat sebesar 75 persen.[48] Kementerian Pertahanan Spanyol menaruh biaya proyek Typhoon mereka sampai bulan Desember 2010 sebesar €11,718 miliar, naik dari angka semula €9,255 miliar dan menyiratkan biaya sistem untuk 73 pesawat mereka sebesar €160 juta.[49]

Pada tanggal 31 Maret 2009, satu pesawat Eurofighter Typhoon menembakkan AIM-120 AMRAAM ketika radarnya dalam modus pasif untuk kali pertama; data target penting untuk misil itu didapatkan oleh radar Eurofighter Typhoon kedua dan dikirimkan menggunakan MIDS (Sistem Distribusi Informasi Multifungsi).[50] Keseluruhan penerbangan Typhoon melampaui 500.000 jam terbang pada tahun 2018.[51] Pada bulan Agustus 2019, seluruh 623 pesanan telah diterima, dan 560 diantaranya telah dikirimkan.[52]

Pada bulan Juli 2016, dukungan sepuluh tahun Typhoon Total Availability Enterprise (TyTAN) antara Angkatan Udara Britania Raya dan mitra industri BAE dan Leonardo telah diumumkan yang bertujuan untuk mengurangi biaya operasional Typhoon per jam sebesar 30 sampai 40 persen.[53] Ini setara dengan penghematan paling sedikit £550 juta ($712 juta), yang mana "akan didaur-ulang ke dalam program" dan, menurut BAE, akan menghasilkan biaya operasional Typhoon per jam yang "setara dengan F-16".[54]

Pemutakhiran

sunting

Pada tahun 2000, Britania Raya memilih Meteor dari MBDA sebagai persenjataan peluru kendali udara-ke-udara berjangkauan panjang untuk Typhoon-nya dengan tanggal dinas (in-service date, disingkat ISD) pada bulan Desember 2011.[55] Pada bulan Desember 2002, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Swedia menggabungi Britania dalam kontrak senilai $1,9 miliar untuk Meteor pada Typhoon, Dassault Rafale, dan Saab Gripen.[55] Negosiasi kontrak yang berlarut-larut telah mendorong ISD ke bulan Agustus 2012,[55] dan itu lebih jauh tertahan oleh kegagalan Eurofighter untuk menyediakan pesawat percobaan kepada mitra Meteor.[56] Pada tahun 2014 "unsur kedua dari paket Peningkatan Fase 1 dikenal sebagai 'P1Eb'" telah diumumkan, membolehkan "Typhoon untuk mewujudkan kemampuan udara-ke-udara dan udara-ke-permukaannya secara penuh".[57]

Pada tahun 2011 Flight International melaporkan bahwa tekanan anggaran yang dialami oleh empat negara mitra pertama telah membatasi pemutakhiran.[58] Misalnya, empat negara mitra pertama berkeberatan pada tahapan itu untuk mendanai peningkatan yang memperluas kemampuan udara-ke-darat pesawat, seperti integrasi peluru kendali jelajah Storm Shadow-nya MBDA.[59]

Peningkatan ESM/ECM pesawat Tranche 3 difokuskan pada perbaikan daya ganggu radiasi dengan pengubahan antena, sementara itu EuroDASS dilaporkan menawarkan berbagai kemampuan baru, termasuk diantaranya penambahan penerima digital, perluasan cakupan pita sampai frekuensi rendah (VHF/UHF) dan pengenalan penerima interferometrik dengan fungsionalitas geolokasi yang sangat tepat. Di sisi pengacakan, EuroDASS mencari pengacakan pita rendah[60] (VHF/UHF), antena yang lebih kuat, teknik ECM baru, sementara perlindungan terhadap peluru kendali harus ditingkatkan melalui MWS pasif baru di samping perangkat aktif yang sudah ada di pesawat. Bagaimanapun, dukungan terbaru untuk perlindungan-diri akan berasal dari radar AESA baru yang menggantikan sistem Captor, tersedia dalam program spiral dengan kemampuan RF peperangan siber, aktif, dan pasif. Selex ES telah mengembangkan pengacak Digital Radio Frequency Memory (DRFM) yang serba lengkap dan minimalis untuk pesawat jet yang cepat, dikenali sebagai BriteCloud yang sedang dipelajari untuk diterapkan pada Typhoon.[61]

 
Purwarupa TVC EJ200

Eurojet berusaha mencari dana untuk menguji pipa emisi kendali pemvektoran semburan gas buang (thrust vectoring control, disingkat TVC) pada peraga penerbangan.[62] Pada bulan April 2014, BAE mengumumkan pengujian terowongan angin baru untuk mengetahui sifat aerodinamika tanki bahan bakar konformal (CFT). CFT, yang dapat dipasang pada pesawat Tranche 3, dapat mengangkut 1.500 liter untuk menambah radius tempur Typhoon dengan faktor 25% sampai 1.500 mil laut (2.778 km).[63]

BAE telah menyelesaikan pengembangan Helmet-Mounted Display (Layar Tampilan pada Helm) Striker II yang dibangun di atas kemampuan Helmet-Mounted Display (Layar Tampilan pada Helm) Striker yang asli, yang sudah digunakan pada Typhoon.[64] Striker II menampilkan tampilan baru dengan lebih banyak warna dan dapat bertransisi antara siang dan malam tanpa hambatan sehingga tidak perlu lagi kacamata penglihatan malam. Selain itu, helm dapat memantau posisi kepala pilot dengan tepat sehingga selalu mengetahui informasi apa yang akan ditampilkan.[65] Sistem ini kompatibel dengan kendali derau aktif, sistem ancaman audio 3-D dan komunikasi 3-D; ini tersedia sebagai opsi pengguna.[66] Pada 2015, BAE dianugerahi kontrak senilai £ 1,7 juta untuk mempelajari kelayakan peluncur senjata umum yang dapat membawa banyak senjata dan jenis senjata pada satu tiang.[67]

 
AMK Leading Edge Root Extension

Juga pada tahun 2015, penerbangan Airbus menguji paket upgrade aerodinamis untuk Eurofighter yang dikenal sebagai Aerodynamic Modification Kit (AMK) yang terdiri dari strake badan pesawat yang dibentuk ulang (delta), flaperon tepi trailing yang diperpanjang, dan Leading-edge extension. Ini meningkatkan daya angkat sayap sebesar 25% sehingga menghasilkan peningkatan kecepatan belok, radius belokan yang lebih ketat, dan meningkatkan kemampuan mengarahkan hidung pada kecepatan rendah dengan nilai sudut serangan sekitar 45% lebih besar dan kecepatan putar hingga 100% lebih tinggi.[68][69][70] Laurie Hilditch dari Eurofighter mengatakan peningkatan ini akan meningkatkan tingkat pergantian subsonik sebesar 15% dan memberikan Eurofighter semacam kemampuan memutar "pertarungan pisau di kotak telepon" yang dinikmati oleh saingan seperti Boeing F/A-18E/F atau Lockheed Martin F-16, tanpa mengorbankan ketangkasan transonik dan supersonik bertenaga tinggi yang melekat pada konfigurasi kanard sayap delta-nya.[71] Pilot Proyek Eurofighter Jerman Raffaele Beltrame berkata: "Kualitas penanganan tampaknya sangat meningkat, memberikan lebih banyak kemampuan manuver, ketangkasan dan presisi saat melakukan tugas yang mewakili operasi dalam layanan. Dan sangat menarik untuk mempertimbangkan manfaat potensial dalam konfigurasi udara-ke-permukaan berkat peningkatan variasi dan fleksibilitas penyimpanan yang dapat dibawa."[72]

Pada bulan April 2016, Finmeccanica (sekarang Leonardo) mendemonstrasikan kemampuan udara-ke-darat dari sistem Mode 5 Reverse-Identifikasi teman atau lawan yang menunjukkan bahwa pilot dapat memberikan kemampuan untuk membedakan antara platform kawan dan musuh dalam cara yang sederhana menggunakan transponder yang ada di pesawat.[73] Finmeccanica mengatakan NATO sedang mempertimbangkan sistem tersebut sebagai solusi jangka pendek hingga menengah untuk identifikasi udara-ke-permukaan pasukan sahabat dan dengan demikian menghindari kerusakan tambahan karena tembakan teman selama operasi dukungan udara dekat.[73]

Pemutakhiran Proyek Centurion Britania Raya

sunting

Dengan tanggal pengunduran diri yang telah dikonfirmasi pada Maret 2019 untuk RAF Tornado GR4s, pada tahun 2014 Inggris memulai program pemutakhiran yang pada akhirnya akan menjadi Proyek Centurion senilai £425 juta untuk memastikan Typhoon dapat melakukan tugas serangan presisi dari Tornado yang menua. Pemutakhiran tersebut dilakukan dalam fase yang berbeda:[61]

  • Fase 0 – peningkatan multiperan awal.
  • Fase 1/P2EA – Integrasi MBDA Meteor dan Kemampuan Storm Shadow awal.
  • Fase 2/P3EA – Kemampuan Full Storm Shadow serta integrasi Brimstone.

Pesawat standar fase 1 digunakan secara operasional untuk pertama kalinya sebagai bagian dari Operasi Shader di udara Irak dan Suriah pada tahun 2018. Pada 18 Desember 2018 Angkatan Udara Britania Raya menyetujui rilis ke layanan untuk paket Project Centurion lengkap.[61]

Usulan pemutakhiran untuk pengganti Tornado Jerman

sunting

Pada 24 April 2018, Airbus mengumumkan tawarannya untuk menggantikan armada Panavia Tornado Jerman, mengusulkan integrasi persenjataan baru, peningkatan kinerja dan kemampuan tambahan untuk Eurofighter Typhoon.[74] Ini serupa dengan yang dilakukan sebagai bagian dari Proyek Centurion Britania Raya. Integrasi senjata udara-ke-darat sudah dimulai pada Typhoon Jerman sebagai bagian dari Proyek Odin. Di antara senjata yang ditawarkan adalah Kongsberg Joint Strike Missile untuk misi anti-kapal dan rudal jelajah Taurus.

Konsorsium sangat ingin memanfaatkan potensi pertumbuhan mesin untuk meningkatkan daya dorong sekitar 15% serta meningkatkan efisiensi bahan bakar dan jangkauan. Ini akan dipadukan dengan desain baru dan tangki bahan bakar 1.800 liter yang diperbesar. Pesawat saat ini dilengkapi dengan tangki bahan bakar 1.000 liter. Modifikasi lainnya akan mencakup Kit Modifikasi Aerodinamis, uji terbang pada tahun 2014, untuk meningkatkan kemampuan manuver dan penanganan, terutama dengan muatan senjata berat. Eurofighter mengatakan itu nyaman dengan pengiriman integrasi senjata nuklir B61 Amerika Serikat kepada pesawat tempur, sebuah proses yang membutuhkan sertifikasi Amerika Serikat. Paltzo mengatakan dia yakin pemerintah Amerika Serikat tidak akan menggunakan persyaratan sertifikasi senjata sebagai "pengaruh" untuk memaksa Jerman menuju platform AS. Paket peperangan elektronik generasi berikutnya telah direncanakan oleh konsorsium empat negara.[75]

Pada November 2019 Airbus mengusulkan kemampuan Penumpasan Pertahanan Udara Musuh bagi pesawat tempur, peran yang saat ini dilakukan oleh Tornado ECR dalam layanan Jerman. ECR Typhoon akan dikonfigurasi dengan dua pod Escort Jammer di bawah sayap dan dua Sistem Lokasi Emitter di ujung sayap. Konfigurasi persenjataan akan mencakup empat MBDA Meteor, dua IRIS-T, dan enam SPEAR 3 selain tiga drop tank.[76]

Pada 5 November 2020 Pemerintah Jerman menyetujui pesanan 38 Tranche 4 dengan kemampuan serangan darat untuk penggantian unit Tranche 1 dalam layanan Jerman.[77]

Penggantian

sunting

Jerman akan mengganti Eurofighter dengan Future Combat Air System (Sistem Udara Tempur Masa Depan), dikembangkan bersama Prancis dan Spanyol.[78] BAE Systems Tempest adalah pesawat tempur ‘generasi ke-6’ dibayangkan sebagai pengganti bagi Angkatan Udara Britania Raya dan Angkatan Udara Italia.[78]

Desain

sunting

Pesawat terbuat dari komposit serat karbon, glass-reinforced plastic, aluminium lithium, titanium dan aluminium casting. Fitur teknologi siluman termasuk radar frontal penampang rendah, sensor pasif dan kemampuan supercruise.

Konfigurasi foreplane / delta sengaja aerodinamis tidak stabil yang menyediakan kelincahan tingkat tinggi (terutama pada kecepatan supersonik), low drag dan meningkatkan daya angkat. Pilot mengendalikan pesawat melalui digital komputerisasi fly-by-wire system yang menyediakan buatan stabilisasi dan embusan elevasi untuk memberikan karakteristik kontrol yang baik di seluruh penerbangan.

Typhoon menggunakan konfigurasi canard delta dikombinasikan dengan area sayap mirip dengan F-15, dan kapasitas bahan bakar internal yang sama, tetapi pesawat memiliki berat kosong sekitar £ 24.250, seperti model akhir F/A-18C. Berat kosong yang sangat baik dari Typhoon dalam kaitannya dengan ukuran sayap adalah sebanyak hasil dari konfigurasi kompak, karena penggunaan komposit serat karbon di badan pesawat dan sayap pesawat. Canards Titanium dan permukaan kontrol luar, dan tepi terkemuka paduan Aluminium Lithium yang digunakan untuk mengurangi berat badan belum mencapai kekuatan struktural yang tinggi.

Gabungan konfigurasi canard delta dan 538 ukuran sayap ft2 pembebanan pada bahan bakar internal 50%, dan dioptimalkan untuk manuver transonik dan kinerja dasbor supersonik. Kombinasi sudut menyapu dan gigi belakang tidak stabil jelas dimaksudkan untuk meminimalkan drag supersonik, dan sebanding dengan pencegat supersonik klasik seperti seri Mirage, tetapi lebih sederhana daripada "supercruiser" 72° menyapu bagian sayap kapal dari F-16XL / E.

Airframe dan avionik

sunting

Typhoon adalah pesawat yang sangat lincah baik pada kecepatan supersonik dan rendah, dicapai melalui desain stabilitas. Memiliki quadruplex digital sistem kontrol fly-by-wire memberikan stabilitas buatan, operasi manual saja tidak bisa mengimbangi ketidakstabilan yang melekat. System fly-by-wire digambarkan sebagai "riang", dan mencegah pilot dari melebihi manuver diizinkan. Kontrol roll terutama dicapai dengan penggunaan flaperons sayap. Kontrol pitch adalah dengan operasi foreplanes dan flaperons, kontrol yaw adalah dengan rudder. Kontrol permukaan dipindahkan melalui dua sistem hidraulis independen, yang juga menyediakan berbagai barang-barang lainnya, seperti kanopi, rem dan bagian bawah. didukung oleh mesin gearbox driven 4000 psi.

Navigasi adalah melalui kedua GPS dan sistem navigasi inersia. Typhoon dapat menggunakan Instrument Landing System (ILS) untuk mendarat dalam cuaca buruk. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem peringatan kedekatan tanah berdasarkan TERPROM Terrain Referensi Navigation (TRN) sistem yang digunakan oleh Panavia Tornado. Informasi Sistem Distribusi multifungsi (MIDS) menyediakan link data link 16.

Pesawat mempekerjakan Defensive Aids Sub-System yang canggih dan sangat terintegrasi bernama Praetorian (sebelumnya disebut EuroDASS). Monitor Praetorian dan merespon secara otomatis terhadap ancaman udara dan permukaan, memberikan penilaian serba diprioritaskan, dan dapat merespon beberapa ancaman secara bersamaan. Metode deteksi ancaman termasuk Receiver Radar Warning (RWR), Sistem Peringatan Missile (MWS) dan Receiver Laser Warning (LWR, hanya Typhoon di Inggris). Penanggulangan pelindung terdiri dari sekam, jaff dan flare, sebuah penanggulangan elektronik (ECM) suite dan radar umpan diderek (TRD). ESM-ECM dan MWS terdiri dari 16 AESA rakitan antena array dan 10 kubah.

Typhoon ini memiliki konstruksi ringan (82% komposit yang terdiri dari 70% komposit serat karbon dan 12% kaca bertulang komposit) dengan umur diperkirakan 6000 jam terbang.

Selex ES telah mengembangkan jammer Radio Frekuensi Digital Memory mandiri (DRFM) untuk pesawat jet cepat dikenal sebagai BriteCloud, yang akan dilengkapi pada Eurofighters dari pertengahan 2014. Ini akan memberikan kemampuan off-board untuk umpan RF pencari rudal dipandu dan radar pengendalian tembakan, menghasilkan jarak besar dan sudut istirahat, berkat pemrosesan generasi teknik koheren mandiri dan baterai daya tinggi yang memungkinkan setidaknya sepuluh detik kehidupan setelah aktivasi menembak, di samping kemampuan respon cepat. Dibagikan dalam format awal dari standar 55 mm cartridge flare, BriteCloud adalah untuk melengkapi setidaknya tiga platform utama - Eurofighter Typhoon, Saab Gripen dan Panavia Tornado.

Kokpit

sunting

Sistem kontrol pilot adalah throttle suara dan tongkat system (VTAS). Tongkat dan throttle tops rumah 24 kontrol ujung jari untuk sensor dan kontrol senjata, manajemen bantu pertahanan, dan penanganan bertingkat. Input suara langsung memungkinkan pilot untuk melakukan pemilihan mode dan prosedur data entry dengan menggunakan perintah suara.

Sistem kontrol penerbangan quadruplex fly-by-wire memiliki sistem pemulihan kecepatan rendah otomatis (ALSR) yang menyediakan pilot dengan peringatan kecepatan rendah visual dan audio dan akan, jika perlu, secara otomatis mengambil alih kendali pesawat dan kembali ke penerbangan yang aman.

Sistem simbologi striker helm-mount (HMS) BAE Systems dan kepala up display menampilkan data referensi penerbangan, senjata membidik dan isyarat, dan citra FLIR. sistem peringatan darat BAE Systems TERPROM kedekatan sedang dipasang.

Kokpit memiliki tiga warna multifungsi kepala di bawah display (MHDD) yang menunjukkan situasi taktis, status sistem dan EADS menampilkan peta digital. Sebuah konsorsium internasional EuroMIDS, yang mencakup Data Link Solusi dari AS, memasok MIDS terminal volume rendah memberikan kemampuan Link 16 untuk transfer data yang aman.

Raytheon Systems Ltd memasok anti-jam global positioning system (GPS) untuk tranche 2.

Northrop Grumman dianugerahi kontrak pada bulan Agustus 2010 untuk unit pengukuran inersia (IMU) untuk dipasang di 3A tranche. IMU akan dilengkapi dengan sensor inersia dan built-in redundansi. Ini dibangun sebagai bagian dari sistem kontrol penerbangan pesawat.

Senjata

sunting

Pada internal dipasang senapan Mauser BK27mm adalah sistem senjata revolver dengan sistem umpan amunisi linkless tertutup. Eurofighter Typhoon memiliki 13 poin keras untuk senjata, empat di bawah setiap sayap dan lima di bawah badan pesawat. Sebuah sistem kontrol persenjataan (ACS) mengelola pemilihan senjata dan menembak dan memantau status senjata.

Tergantung pada peran, pesawat tempur dapat membawa campuran rudal berikut:

  • Air-superiority - enam BVRAAM (di luar jangkauan visual) / AMRAAM rudal udara-ke-udara pada semi-tersembunyi stasiun pesawat dan dua ASRAAM jarak pendek udara-ke-udara rudal pada tiang luar
  • Air interdiction - empat AMRAAM, dua ASRAAM, dua rudal jelajah dan dua rudal anti-radar (ARM)
  • SEAD (suppression of enemy air defences) - empat AMRAAM, dua ASRAAM, enam rudal anti-radar
  • Multirole - tiga AMRAAM, dua ASRAAM, dua ARM dan dua GBU-24 Paveway III / IV
  • Close air support - empat AMRAAM, dua ASRAAM, 18 rudal anti-armor Brimstone
  • Serangan maritim - empat AMRAAM, dua ASRAAM, enam rudal anti-kapal

RAF Inggris telah memilih MBDA Meteor untuk kebutuhan BVRAAM dan Raytheon AMRAAM sampai Meteor memasuki layanan. Meteor menggunakan ramjet bermotor baru untuk meningkatkan jangkauan dan manuver. Meteor akan dipasang dari sekitar tahun 2013.

Jerman, Italia dan Spanyol Eurofighters membawa rudal pencitraan inframerah IRIS-T udara-ke-udara yang dikembangkan oleh Diehl BGT Pertahanan Jerman. Pengiriman dimulai pada bulan Desember 2005. Pesawat Jerman dan Spanyol juga dipersenjatai dengan rudal Taurus KEPD 350 stand-off dari EADS / LFK dan Saab Bofors Dynamics, yang memiliki jangkauan lebih dari 350 km.

Inggris RAF Eurofighters membawa rudal jelajah stand-off MBDA Storm Shadow / Scalp EG, yang memasuki layanan operasional pada pesawat Tornado pada Maret 2003, dan MBDA Belerang anti-armor rudal, yang memasuki layanan dengan kemampuan operasional awal (IOC) pada RAF pesawat Tornado GR.Mk4 Maret 2005 pesawat Italia. juga dipersenjatai dengan Storm Shadow.

Countermeasure

sunting

Bantu defensif sub-sistem pesawat (DASS) ditampung dalam struktur pesawat dan terintegrasi dengan sistem avionik.

DASS telah dikembangkan oleh konsorsium EuroDASS - Selex Sensor dan Airborne Systems (sebelumnya BAE Systems Avionics) dari Inggris (kontraktor utama), Elettronica Italia dan Indra Spanyol. Konsorsium ini bergabung kembali pada bulan Oktober 2001 oleh EADS, setelah Kementerian Federal Jerman Pertahanan dikontrak untuk masuk kembali programmme tersebut.

DASS memberikan penilaian serba diprioritaskan ancaman dengan respon otomatis terhadap ancaman tunggal atau ganda.

DASS mencakup sistem elektronik langkah-langkah penanggulangan / support (ECM / ESM), depan dan belakang peringatan adanya ancaman rudal, supersonically mampu sistem umpan ditarik, penerima peringatan laser dan SaabTech Electronics BOL sekam dan suar sistem dispensing. Sistem avionik didasarkan pada databus standar NATO dengan jalan raya serat optik.

Selex Galileo dianugerahi kontrak pada bulan September 2010 untuk memberikan Praetorian DASS untuk tranche 3A dengan biaya £ 400m ($ 616m). Sistem ini akan menggabungkan ECM / ESM dan elemen pendekatan peringatan (MAW) rudal. DASS pertama akan dikirimkan pada tahun 2012.

Eurofighter dan Euroradar mulai bersama-sama mengembangkan radar elektronik dipindai aktif array yang canggih (AESA) pada bulan Juli 2010. Radar ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2015. Ini akan memenuhi persyaratan dari negara-negara mitra Eurofighter dan pelanggan ekspor. Deteksi dan pelacakan jangkauan radar telah diperbaiki.

Performance

sunting

Kinerja tempur Typhoon, dibandingkan dengan F-22 Raptor dan F-35 Lightning II yang akan datang dan Prancis Dassault Rafale, telah menjadi subyek dari banyak diskusi. Pada bulan Maret 2005, Angkatan Udara Amerika Serikat Kepala Staf Umum John P. Jumper, maka satu-satunya orang yang telah terbang baik Eurofighter Typhoon dan Raptor, berbicara dengan Angkatan Udara tentang kedua pesawat. Dia mengatakan,

Eurofighter adalah baik lincah dan canggih, namun masih sulit untuk dibandingkan dengan F/A-22 Raptor. Mereka adalah berbagai jenis pesawat untuk memulai dengan; itu seperti meminta kita untuk membandingkan mobil NASCAR dengan mobil Formula Satu. Mereka berdua menarik dengan cara yang berbeda, tetapi mereka dirancang untuk berbagai tingkat kinerja. ... Eurofighter tentu, sejauh kelancaran kontrol dan kemampuan untuk menarik (dan mempertahankan g tinggi), sangat mengesankan. Itulah apa yang dirancang untuk melakukan, terutama versi terbang saya, dengan avionik, menampilkan warna bergerak peta, dll - semua benar atas takik. Manuver pesawat di dalam pertempuran dekat juga sangat mengesankan.

Pada bulan Juli 2007, Su-30MKI Angkatan Udara India berpartisipasi dalam latihan Indra-Dhanush dengan Royal Air Force Typhoon. Ini adalah pertama kalinya bahwa dua jet telah mengambil bagian dalam latihan tersebut. IAF tidak memungkinkan pilot untuk menggunakan radar MKI selama latihan untuk melindungi Bar N011M yang sangat rahasia. Pilot RAF Tornado menyatakan Su-30MKI memiliki manuver unggul, tetapi pilot IAF juga terkesan dengan kelincahan angin topan.

Typhoon ini mampu terbang jelajah supersonik tanpa menggunakan afterburner (disebut sebagai supercruise). Angkatan Udara memberikan kecepatan supercruise maksimum Mach 1.1 untuk versi RAF FGR4 multirole. EADS menggambarkan kemampuan kecepatan supercruise rata-rata sekitar Mach 1,5 dalam peran 'kepolisian udara'. Seperti dengan F-22, Eurofighter bisa meluncurkan senjata sementara di bawah supercruise untuk memperpanjang rentang "mulai berjalan".

Konsorsium Eurofighter menyatakan tempur mereka memiliki tingkat berkelanjutan gilirannya subsonic tinggi, berkelanjutan tingkat turn supersonik, dan lebih cepat percepatan pada Mach 0,9 pada 6.100 meter (20.000 kaki) dari Grumman F-14 Tomcat, McDonnell Douglas F-15 Eagle, General Dynamics F -16 Fighting Falcon, McDonnell Douglas F/A-18 Hornet, Dassault Mirage 2000, Dassault Rafale, Sukhoi Su-27, dan Mikoyan MiG-29.

Dalam evaluasi Singapura tahun 2005, Typhoon memenangkan semua tiga tes tempur, termasuk satu di mana Typhoon tunggal mengalahkan tiga RSAF F-16, dan andal menyelesaikan semua tes penerbangan yang direncanakan. Pada bulan Juli 2009, Mantan Kepala Staf Air untuk Royal Air Force, Marsekal Udara Sir Glenn Torpy, mengatakan bahwa "The Eurofighter Typhoon adalah pesawat yang sangat baik. Ini akan menjadi tulang punggung dari Royal Air Force bersama dengan JSF".

Sensor

sunting

Pesawat ini dilengkapi dengan radar X-band multimode pulsa Doppler (ECR 90), yang dikembangkan oleh konsorsium Euroradar. Radar multimode memiliki tiga saluran pengolahan. Saluran ketiga digunakan untuk klasifikasi jammer, gangguan blanking dan sidelobe nulling. Euroradar dipimpin oleh Selex Sensor dan Airborne Systems, dengan Indra dari Spanyol, FIAR Italia dan EADS Defence Electronics Jerman.

Pada bulan Mei 2007, sebuah array yang aktif secara elektronik pemindaian (AESA) versi CAPTOR, yang dikembangkan oleh Euroradar, itu berhasil uji-terbang pada Eurofighter. Radar disebut CAESAR (AESA CAPTOR).

PIRATE (passive infrared airborne track equipment) yang dipasang di sisi kiri pesawat, ke depan dari kaca depan. PIRATE dikembangkan oleh konsorsium EUROFIRST Galileo Avionica (FIAR) Italia (kontraktor utama), Thales Optronics dari Inggris (sistem otoritas teknis) dan Tecnobit Spanyol.

PIRATE beroperasi pada 3-5 dan 8-11 micron spectral band. Bila digunakan dengan radar dalam peran udara-ke-udara, berfungsi sebagai pencarian dan melacak sistem inframerah (IRST), menyediakan deteksi target pasif dan pelacakan.

Dalam peran udara-ke-permukaan, ia melakukan akuisisi multiple target dan identifikasi, serta menyediakan navigasi dan bantuan pendaratan. PIRATE menyediakan gambar steerable untuk menampilkan helm-mount pilot.

"RAF Eurofighters Inggris akan membawa rudal stand-off MBDA Storm Shadow/Scalp EG."

Pada bulan September 2005, Ultra Electronics dikontrak untuk memasok Rafael LITENING EF Laser penargetan pod untuk Inggris RAF Typhoon. Pesawat AF Jerman juga sedang dilengkapi dengan pod LITENING.

Eurofighter dilengkapi dengan dua mesin Eurojet EJ200, dorong masing-masing memberikan dari 90 kN di reheat penuh dan 60 kN dalam mode daya kering. Turbin satu tahap berkendara kipas tiga tahap dan lima tahap HP kompresor. Mesin EJ200 telah dikembangkan oleh Eurojet, di Munich.

Fitur mesin: kontrol digital; aerofoils chord lebar dan turbine blade single crystal; exhaust nozzle konvergen / divergent, dan pemantau kesehatan terpadu.

Riwayat Tempur

sunting

Pada bulan juli 2007 Eurofighter Typhoon RAF diikutsertakan dalam latihan Indra-dhanush di India melawan pesawat tempur Sukhoi 30-MKI milik Angkatan Udara India namun IAF melarang pilot untuk menggunakan radar MKI dengan alasan sangat rahasia, dan RAF mengakui bahwa manuver sukhoi lebih baik dari typhoon karena mereka sudah mempelajarinya sebelumnya dan pilot IAF pun terkesan dengan kelincahan Typhoon di udara.

Typhoon mampu mencapai kecepatan supersonik tanpa afterburner, ini disebut supercruise. menurut website resmi dari Angkatan Udara Jerman dan Austria Typhoon mampu mencapai kecepatan maksimum Match 1,2 dan 1,5 tanpa rehat sekalipun dan hasil test dari RAF terhadap pesawatnya mampu mencapai Match 1,1 supercruise namun itu hanya sugesti dan menurut laporan sumber lain mengatakan bahwa kecepatan itu hanya bisa dicapai karena pesawat dalam keadaan kosong tanpa muatan namun mereka membantah bahwa faktanya tidak semua senjata perlu bersertifikat untuk penerbangan supersonik sekalipun dengan afterburner.

Konsorsium Eurofighter memiliki tingkat kecepatan subsonik dan supersonik yang lebih besar, akselerasi yang lebih cepat Match 0,9 pada ketinggian 20.000 kaki daripada F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, Mirage 2000, Rafale, Sukhoi SU-27 maupun Mikoyan Mig-29.

Pada 2005 trainer Typhoon T1 dilaporkan terlibat dogfight dengan dua F-15 US Air Force dekat new england dan menang meskipun perlu verifikasi tentang berita ini, dan di Singapura 2005 juga Typhoon memenangkan tiga test pertempuran dengan tiga F-16 RSAF, perlu verifikasi juga. namun Singapura tetap melanjutkan pembelian F-15 karena ketidakpastian pengiriman Tranche kedua. Dengan kemampuan air to ground capabilty RAF menggunakan Rafael (Ultra Electronics Litening III Laser Designator) dan Enhanced Paveway II/III Laser Guided Bomb serta Paveway IV EGBU-16 Bombs dalam “Austere” program.

Meskipun bukan pesawat siluman Typhoon berusaha untuk mengurangi Radar Cross Section (RCS) terutama dari bagian depan, sebagai contoh adalah adanya lubang jet yang menyembunyikan bagian depan mesin jet, desain canard, sayap dan sirip tepian sayap yang bertugas menyapu penerimaan radar, beberapa senjata eksternal dipasang di bagian semi tersembunyi di dalam badan pesawat sebagian juga berfungsi sebagai perisai rudal, Radar Absorbent Materials (RAM) dikembangkan oleh EADS/DASA melindungi banyak reflektor penting seperti wing leading edges, intake edges and interior, rudder surround, strakes dll.

Typhoon tidak menggunakan penyimpanan senjata internal tetapi menggunakan External mounting points yang berfungsi untk meminimalkan penerimaan radar tetapi juga bisa membawa muatan lebih banyak. Eurofighter menggunakan Automatic Emission Control (EMCON) untuk mengurangi emisi elektro magnetic dari arus mekanis pemindai radar, Captor-M adalah radar pertama NATO dengan tiga dari dua chanel yang bekerja salah satunya berfungsi mengenali Jammer dan menekan jamming.

Rencana jerman dalam BW-Plan 2009 mengindikasikan bahwa jerman akan membekali atau meretrofit Eurofigternya dengan AESA-Captor-E mulai 2012, inovasi ini juga untuk memenuhi persyaratan RAF untuk memindai bidang yang lebih luas tetapi tetap dibatasi sampai 120 derajat di Azimut dan elevasi. Menurut RAF RCS Eurofighter lebih baik dari persyaratan yang ditentukan oleh RAF, komentar dari BAE System menunjukkan kembalinya radar sekitar seperempat dari Tornado. Eurofighter diperkirakan memiliki RCS kurang dari satu meter persegi dalam konfigurasi bersih oleh penulis Doug Ricardson meskipun tidak ada nilai resmi tersedia, hal ini dibandingan dengan estimasi RCS Rafale dari dua meter persegi, 20 meter persegi dari Sukhoi SU-30MKI, 1 meter persegi dari Sukhoi SU-35BM dan 0,025 persegi dari F-117.

Para produsen telah melakukan test pada Eurofighter Prototipe awal untuk mengoptimalkan karakteristik observability rendah pesawat pada awal 1990-an. Pengujian di fasilitas BAE Warton pada prototipe DA4 mengukur RCS pesawat terbang dan meneliti efek dari berbagai lapisan RAM, ukuran lain untuk mengurangi penemuan adalah penggunaan sensor pasif yang dapat meminimalkan radiasi emisi elektronik berbahaya sementara canard umumnya memiliki sedikit karakteristik siluman. Sistem kontrol penerbangan dirancang untuk meminimalkan RCS dalam penerbangan, mempertahankan elevon trim dan canard disudut untuk meminimalkan RCS.

Pada tanggal 4 Agustus 2003 Jerman menerima seri produksi Eurofighter pertama (GT003) juga pada tahun itu Spanyol mengambil pengiriman pesawat produksi pertama dan pada 16 desember 2005 Typhoon mencapai kemampuan operasional awal atau IOC dengan angkatan udara Italia, Typhoon pun sudah bertugas sebagai pesawat tempur di Grosseto Air Base dan segera ditugaskan sebagai pemukul cepat siaga di base yang sama. Pada tanggal 9 agustus 2007 Departemen Pertahan Inggris melaporkan bahwa Skuadron no XI dari RAF berdiri sebagai skuadron pertama Typhoon pada tanggal 27 maret 2007 telah menerima pengiriman dua pesawat pertama, dua pesawat dari skuadron XI dikirim untuk mencegat Tupolev TU-95 Rusia mendekati wilayah udara Inggris pada 17 agustus 2007.

Typhoon RAF telah dinyatakan siap tempur untuk misi udara ke darat pada 1 juli 2008 dan di proyeksikan akan siap untuk digunakan dalam operasi pada pertengahan 2008, pada 25 april 2008 Typhoon dari Skuadron 17 di RAF Coningsby yang beroperasi di U.S Naval Air Weapons Station China Lake Test Center di California dilaporkan mengalami kerusakan parah saat mendarat ketika landing gear tetapi perusahaan memberitakannya dan sebuah dewan penerangan dibentuk untuk menyelidiki kejadian tersebut dan menyatakan penyebab kecelakan pada kesalahan pilot semata. Pada tanggal 11 september 2008 dilakukan program test penerbangan yang diikuti oleh lima mitra angkatan udara dan industri di mana pesawat telah melampaui 50.000 jam penerbangan. pada tanggal 31 maret 2009 Typhoon pertama kali meluncurkan Rudal AMRAAM dengan radar pada mode pasif, data sasaran yang diperlukan untuk rudal tersebut diperoleh dari radar Typhoon kedua dan dikirimkan menggunakan Multi Functional Information Distribution System ( MIDS). Pada tanggal 17 juli 2009 Eurofigter Angkatan Udara Italia dikerahkan untuk melindungi wilayah udara Albania dan pada september 2009 4 Typhoon RAF dikerahkan RAF Mount Pleasant menggantikan F3 Tornado untuk membela kepulauan Falkland dan pemerintah Argentina pun mengeluarkan protest resmi.

Pada tanggal 24 agustus 2010 proyek Eurofighter terancam berakhir dikarenakan adanya insiden kecelakaan jatuhnya pesawat Typhoon dua kursi yang menewaskan seorang Pilot Angkatan Udara Saudi Arabia yang duduk dikursi depan tanpa ada alasan yang jelas saat lepas landas di Moron Air Base Spanyol dan dugaan ahli adanya serangan burung yang menyebabkan kerusakan pada sensor penting pesawat, Pilot Instruktur dari spanyol selamat setelah berhasil meloloskan diri lewat kursi lontar setelah kejadian itu Angkatan Udara Jerman menggrounded sekitar 55 pesawat Typhoonnya pada 16 september 2010 dan pada 17 september 2010 RAF mengistirahatkan sementara program latihan Typhoon namun unit pemukul cepat tetap disiagakan. Pada 21 september 2010 RAF melakukan pembenahan pada sistem keselamatannya untuk tetap melakukan penerbangan rutin di RAF Coningsby. Angkatan Udara Austria juga tidak terpengaruh dengan kejadian tersebut dan tetap mensiagakan Typhoonnya untuk terbang.

Varian

sunting

Eurofighter Typhoon diproduksi dalam dua varian, varian kursi tunggal dan kursi ganda namun varian kursi ganda hanya untuk versi trainer saja. Pesawat diproduksi dalam tiga standar utama, Tujuh Development Aircraft (DA), Tujuh produksi standart Instrumented Production Aircraft (IPA) untuk pengembangan lebih lanjut dan Seri Pesawat Produksi. Produksi pesawat dilakukan di Empat negara mitra dan industri. Tranche pertama produksi pesawat dimulai dari tahun 2000 dan kemampuan pesawat meningkat secara bertahap dengan upgrade masing-masing Software yang menghasilkan standar yang berbeda-beda dan dikenal sebagai Block, dengan diperkenalkannya standart Block 5, retrofit program R2 akan membawa semua pesawat ke model standart.

Operator

sunting
 
Eurofighter Typhoon Italia
 
Eurofighter Typhoon Spanyol

Spesifikasi

sunting
 

 

Karakteristik umum

sunting
  • Kru: 1 (pesawat operasional) atau 2 (pesawat latih)
  • Panjang: 15.96 m (52.4 ft)
  • Lebar sayap: 10.95 m (35,9 ft)
  • Tinggi: 5.28 m (17.3 ft)
  • Area sayap: 51,2 m² [ 250 ] (551 sq ft)
  • Berat kosong: 11.150 kg (£ 24.600)
  • Loaded Berat: 16.000 kg [ 250 ] [ 251 ] (£ 35.000)
  • Max. berat lepas landas: 23.500 kg (£ 52.000)
  • Powerplant: 2 × dorojet EJ200 afterburning turbofan
  • Dorong kering: 60 kN (20.000 lbf) masing-masing
  • Dorongan dengan afterburner: 89 kN (22.000 lbf) masing-masing
  • Kapasitas bahan bakar: 5.500 kg (£ 9900) internal yang [ 250 ]

Prestasi

sunting
  • Kecepatan maksimum: 2.495 km/jam
  • Pada ketinggian: Mach 2 (2.124 km / jam atau 1.320 mph) [ 252 ] [ 253 ] [ 254 ]
  • Pada permukaan laut: Mach 1.2 [ 249 ] (1.470 km / jam atau 910 mph) [ 255 ]
  • Supercruise: Mach 1.5 [ 256 ]
  • Rentang: 2.900 km (1.800 mil)
  • Memerangi radius:
  • Serangan darat, lo-lo-lo: 601 km (325 nm)
  • Serangan darat, hi-lo-hi: 1.389 km (750 nm)
  • Pertahanan udara dengan 3-jam patroli tempur udara: 185 km (100 nm)
  • Pertahanan udara dengan 10-min. berkeliaran: 1.389 km (750 nm) [ 250 ] [ 257 ]
  • Kisaran Ferry: 3.790 km (2.350 mil (dengan 3 tetes tangki))
  • Layanan langit-langit: 16.765 m [ 258 ] (55.003 ft)
  • Absolute langit-langit: 19.812 m [ 258 ] (65.000 ft)
  • Tingkat panjat: > 315 m / s [ 259 ] [ 260 ] (62.000 ft / min [ 261 ] )
  • Loading sayap: 312 kg / m² [ 250 ] (£ 64,0 / ft ² 262 kg / m² dengan 50% bahan bakar)
  • Thrust / weight: 1.07 (100% bahan bakar, 2 IRIS-T, 4 MBDA Meteor)
  • g -batas: +9 / -3 g [ 262 ]

Author by Difajrin Septiawan.

Persenjataan

sunting
  • Senjata: 1 × 27 mm Mauser BK-27 Revolver meriam dengan 150 putaran
  • Cantelan: Total 13: 8 × Pylon bawah sayap, dan 5 × Pylon di bawah badan pesawat, memegang hingga 9,000 kg (19,800 Ib) dari muatan
  • Rudal:
Rudal udara-ke-udara
Rudal udara-ke-permukaan
Bom
Lainnya
  • Damocles (Pod penargetan)
  • Flare / inframerah umpan dispenser pod
  • Penangkal elektronik (ECM)
  • LITENING III Laser penargetan pod
  • SNIPER (Pod penargetan)
  • Sampai dengan 3 drop tank untuk penerbangan feri atau jangkauan / berkeliaran waktu yang panjang.

Avionics

sunting

Lihat pula

sunting

Pengembangan yang berhubungan
Pesawat sebanding dalam peran, konfigurasi, dan era

Catatan

sunting
  1. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama maiden
  2. ^ Jennings, Gareth (26 October 2020). "Italy receives final Eurofighter, closing core nation programme of record". Janes. Diakses tanggal 28 October 2020. 
  3. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama kunden
  4. ^ https://www.flugrevue.de/militaer/haushaltsausschuss-billigt-quadriga-programm-mehr-eurofighter-fuer-die-luftwaffe/
  5. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NAO
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama firstline
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama first2
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama first3
  9. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NETMA
  10. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama JDW
  11. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Boot
  12. ^ Buttler 2000, pp. 131–34.
  13. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama efcuk
  14. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama butl2
  15. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama butler3
  16. ^ Boot 1990, pp. 79–82.
  17. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama butler4
  18. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama KEY1
  19. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama LEWIS
  20. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SPAININ
  21. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FI
  22. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FAIRH
  23. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama COWTON
  24. ^ Spick 2000, p. 438.
  25. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama RADAR1
  26. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama BBCwomc
  27. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Farn96
  28. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CON97
  29. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama hastings
  30. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama T2MAIDEN
  31. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama BBC
  32. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NAMING
  33. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SPITFIRE
  34. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CON98
  35. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama holm
  36. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama RAFt1
  37. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CON09
  38. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NOT3
  39. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama BUILD
  40. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FI3A
  41. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ZK315
  42. ^ Hoyle, Craig. "Britania Raya menerima Eurofighter Typhoons Tranche 2 perdana." Flightglobal.com, 21 Oktober 2008. Diakses: 7 Juli 2012.
  43. ^ "Der Darabos-Deal." Airpower.at, 2 April 2007. Diakses: 28 November 2009.
  44. ^ https://www.janes.com/defence-news/news-detail/germany-signs-for-quadriga-eurofighters
  45. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama LATE54
  46. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama COMM
  47. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama DEUCOST
  48. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama PACCOST
  49. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama PEAs
  50. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama MIDSF
  51. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama HOURS
  52. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama airbus
  53. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama TYTAN
  54. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama OPCOST
  55. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Meteorcontract
  56. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama METTRIAL
  57. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama P1Eb
  58. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FILIMIT
  59. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama MEU
  60. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama DASS0
  61. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama centurion
  62. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FITV
  63. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CFT
  64. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama STRIKER
  65. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama STRIKER2
  66. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama STRIKER3
  67. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CL
  68. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AMK
  69. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AMK4
  70. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AMK5
  71. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AMK2
  72. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AMK3
  73. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama RIFF
  74. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FG.COM
  75. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NEWEW
  76. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SEAD
  77. ^ https://www.dw.com/en/germany-approves-billion-euro-purchase-of-38-eurofighter-jets/a-55513389
  78. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NGFTEMPEST

Referensi

sunting
  • Spick, Mike (2002). The Illustrated Directory of Fighters. Salamander Press. ISBN 1-84065-384-1.
  • Boot, Roy. From Spitfire to Eurofighter: 45 years of Combat Aircraft Design. Shrewsbury, UK: AirLife Publishing Ltd., 1990. ISBN 1-85310-093-5.
  • Buttler, Tony. British Secret Projects: Jet Fighters Since 1950. Hinckley, UK: Midland Publishing, 2000. ISBN 1-85780-095-8.
  • Eden, Paul, ed. (2006-06-01). The Encyclopedia of Modern Military Aircraft. London, UK: Amber Books, 2004. ISBN 1-904687-84-9. 
  • Harkins, Hugh. Eurofighter 2000, Europe`s Fighter for the New Millennium (Aerofax 6). Earl Shilton, UK: Midland Publishing, 2006, First edition 1997. ISBN 1-85780-068-0.
  • Matthews, Henry. Prelude to Eurofighter: EAP (Experimental Aircraft Programme) (X-Planes Profile-1). Beirut, Lebanon: HPM (Henry Paul Matthews) Publications, 2000.
  • Richardson, Doug. Stealth Warplanes: Deception, Evasion and Concealment in the Air. London: Salamander, 2001. ISBN 0-7603-1051-3.
  • Spick, Mike. "Eurofighter EF 2000 Typhoon". Brassey's Modern Fighters: The Ultimate Guide to In-Flight Tactics, Technology, Weapons, and Equipment. Washington, DC: Potomac Books Inc, 2002. ISBN 1-57488-462-X.
  • Spick, Mike. "Eurofighter Typhoon." The Great Book of Modern Warplanes. St. Paul, Minnesota USA: MBI Publishing Company, 2000. ISBN 0-7603-0893-4.
  • Williams, Mel, ed. "Dassault Rafale". Superfighters, The Next Generation of Combat Aircraft. London: AIRtime, 2002. ISBN 1-880588-53-6.

Pranala luar

sunting


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "N", tapi tidak ditemukan tag <references group="N"/> yang berkaitan