Tzitzit [tsitsit] (bahasa Ibrani: ציצית; pelafalan alkitabiah dan Timur Tengah: ṣiṣith; pelafalan Ibrani Ashkenazi dan Yiddish: tzitzis) atau tzitziyot adalah jumbai khusus yang digunakan dalam ritual keagamaan Yahudi. Tzitzit melekat pada empat penjuru kain atau pakaian ibadah yang disebut tallit atau tallit katan.

Seseorang mengenakan tallit katan yang memiliki tzitzit pada keempat sudutnya.

Etimologi

sunting

Kata benda Ibrani tzitzit dianggap berasal dari akar kata Semit N-TZ-H. Akhiran ith adalah akhiran kata bersifat feminin, digunakan di sini untuk membentuk kata benda tunggal feminin. Makna aslinya adalah "jumbai" atau "jambul", seperti dalam Kitab Yehezkiel ketika Yehezkiel dijemput oleh malaikat dan dibawa dengan "jambul" (bahasa Ibrani tzitzit) rambutnya (Yehezkiel 8:3). Dalam teks-teks akademik berbahasa Inggris mengenai benda-benda seremonial Yahudi, istilah ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai show-fringe ('jumbai pamer').[1] Dalam Alkitab Ibrani, digunakan bentuk kata tunggal, tetapi bentuk jamak feminin tzitziyot ditemukan dalam teks-teks selanjutnya. Terjemahan Septuaginta untuk tzitzit adalah "κράσπεδα" (kraspeda) dalam bentuk jamak atau "κράσπεδον" (kraspedon) dalam bentuk tunggal.

Asal di Alkitab

sunting

Taurat menyatakan dalam Kitab Bilangan 15:38, "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan". Mengenakan jumbai-jumbai atau tzitzit ini juga diperintahkan dalam Ulangan 22:12 "Haruslah engkau membuat tali yang terpilin pada keempat punca kain penutup tubuhmu."[2] "Tali yang terpilin" di sini diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani: גדלים‎ (gə·ḏi·lîm), yang merujuk kepada bagian terpilin dari tzitzit.

Tzitziyot kini melekat pada tallit dan tallit katan. Tallit katan sendiri sering disebut sebagai tzitzit. Menurut Taurat, tujuan memakai tzitzit adalah untuk mengingatkan orang-orang Yahudi akan kewajiban agama mereka. Selain itu, tzitzit berfungsi sebagai pengingat keluarnya bangsa Israel dari Mesir (Bilangan 15:40). Talmud menyamakan ketaatan ini dengan memenuhi mitzvot lainnya, sementara Maimonides menganggapnya termasuk sebagai perintah utama bersama dengan sunat dan Korban Paskah.[3]

Orang Yahudi menghitung ada 613 perintah (mitzvot) dalam Taurat dan tzitzit mengingatkan mereka kepada keseluruhan perintah ini karena nilai gematria kata "ציצית" adalah 600; ditambah dengan aturan bahwa ada 8 helai benang dan 5 buah simpul di setiap sudut maka jumlah nilainya adalah 613 -- jumlah seluruh mitzvot dalam Taurat.[4]

Bagian tzitzit yang terpilin secara keseluruhan disebut g'dil (bahasa Inggris: braid, "kepangan, pilinan"; bentuk jamak: gəḏilîm, sebagaimana yang dipakai dalam Ulangan 22:12), sedangkan bagian yang tergantung bebas disebut anaf (bahasa Inggris: fringe; "pinggiran, tepian").[5]

Benang dan simpul

sunting
 
Tzitzit biru-putih tersimpul dalam gaya Sefardim (bawah), sementara yang seluruhnya putih bergaya Ashkenazim (atas). Perhatikan perbedaan lilitan (antarsimpul) berpola 7-8-11-13 dan rata pada tzitzit Ashkenazim, dibandingkan dengan pola 10-5-6-5 dan bergerigi pada tzitzit Sefardim.

Tzitzit di setiap sudut kain terbuat dari empat helai benang, yang harus dibuat dengan bersungguh-sungguh. Keempat helai benang tersebut kemudian dimasukkan ke lubang di sudut kain dan digantung ke bawah sehingga tampak menjadi delapan helai. (Biasanya masing-masing dari keempat helai benang tersebut terbuat dari delapan benang halus, yang dikenal sebagai kaful shemoneh). Keempat helai tersebut dimasukkan ke sebuah lubang (atau menurut sejumlah sumber, dua lubang) yang berjarak 1-2 inci (25 sampai 50 mm) dari sudut kain. Ada banyak kebiasaan sebagai cara untuk mengikat tzitzit. Talmud menjelaskan bahwa Kitab Suci mensyaratkan sebuah simpul atas (kesher elyon) dan sebuah balutan dari tiga lilitan (hulya). Talmud memerintahkan bahwa antara 7 sampai 13 hulyot diikat, dan bahwa "salah satunya harus dimulai dan diakhiri dengan warna kain." Adapun mengenai pembuatan simpul di antara hulyot itu, Talmud tidak menjelaskan rinci, dan poskim (penentu hukum Yahudi) telah menafsirkan persyaratan ini dalam berbagai cara.[6] Talmud menjabarkan cara pengikatan tersebut dengan asumsi penggunaan pewarna tekelet. Namun, setelah sumber pewarna itu lenyap pada abad pertengahan, berbagai kebiasaan mengikat telah diperkenalkan untuk mengkompensasi kurangnya bahan baku tersebut.

Meskipun banyak metode yang ada, salah satu yang memperoleh penerimaan luas dapat digambarkan sebagai berikut:

Empat helai benang tzitzit dimasukkan melewati lubang di dekat empat penjuru kain (Shulchan Aruch Orach Chaim 11:09-11:15) yang terpisah paling jauh (10:01). Empat tzitzyot dimasukkan melewati setiap lubang (11:12-13), dan dua kelompok yang terdiri dari empat ujung helai benang itu disimpul dua kali satu sama lain di tepi kain dekat lubang tersebut (11:14,15). Salah satu dari empat tzitzit dibuat lebih panjang daripada yang lainnya (11:4); ujung panjang dari tzitzit tersebut dililitkan mengelilingi ketujuh ujung lainnya dan disimpul mati; hal ini dilakukan berulang kali sehingga terdapat secara keseluruhan lima simpul mati yang dipisahkan oleh empat bagian lilitan, dengan panjang keseluruhan paling sedikit empat inci dan ujung menggantung bebas yang dua kali lebih panjang (11:14).[7]

Sebelum mengikat dimulai, deklarasi niat dibacakan: L'Shem Mitzvat tzitzit ("demi memenuhi perintah mengenai tzitzit").

Warna benang

sunting

Tekelet

sunting
 
Satu set tzitzyot dengan benang biru tekelet

Tekelet (תכלת, juga dieja tekhelet) adalah bahan pewarna dalam Alkitab Ibrani yang diperintahkan Allah kepada orang-orang Yahudi untuk digunakan dalam satu, dua, atau empat dari delapan ujung benang yang menggantung ke bawah.[8] Pada suatu masa dalam sejarah Yahudi, sumber pewarna itu hilang dan sejak itu, orang-orang Yahudi mengenakan tzitzyot putih polos tanpa pewarna.[9] Tekelet, yang muncul 49 kali dalam Tanakh - diterjemahkan oleh Septuaginta sebagai iakinthinos (bahasa Yunani: ὑακίνθινος, biru) - adalah pewarna biru khusus yang dihasilkan dari makhluk disebut sebagai khilazon (sekarang telah diidentifikasi sebagai Hexaplex trunculus), sedangkan pewarna biru dari sumber lainnya tidak dapat diterima (menurut Tosefta).[10] Beberapa ajaran Yahudi menjelaskan bahwa garis-garis hitam yang ditemukan pada banyak selendang doa tradisional (tallit) menggambarkan hilangnya zat warna ini.[11]

 
Tzitzit yang hanya berwarna putih seluruhnya.

Tekelet hanya digunakan pada satu benang di setiap tzitzit, sisanya dibiarkan putih atau berwarna aslinya. Benang yang diwarnai tekelet ini selalu terbuat dari bahan wol, terlepas dari bahan kain atau benang lainnya.[12]

Benang yang lain

sunting

Benang lainnya pada tzitzit (semua benang yang tidak diwarnai tekelet) digambarkan sebagai "putih". Hal ini dapat diinterpretasikan secara harfiah (oleh Rama) atau sebagai berarti warna yang sama dengan kain utama (Rambam). Biasanya, kain itu sendiri berwarna putih sehingga perbedaan interpretasi tersebut tidak tampak.

Demikian pula, benang yang lain ini dapat dipilih baik dari bahan wol atau bahan yang sama dengan kainnya. Banyak otoritas menyarankan menggunakan kain wol sehingga semua pandangan terhadap masalah ini sama.[13]

Tzitzit Karait

sunting
 
Sepasang tzitzyot milik orang Yahudi Karait.

Orang Yahudi Karait mengenakan tzitzyot dengan benang biru di dalamnya. Berbeda dengan Yudaisme Rabbinik, mereka percaya bahwa tekelet (yang biru), tidak mengacu pada pewarna tertentu.[14] Karena orang Yahudi Karait tidak mengikuti tradisi Yudaisme Rabbinik mengenai pembuatan simpul tzitzit, maka penampilan tzitzit Karait bisa sangat berbeda dari tzitzit Rabbinik.[14] Berlawanan dengan beberapa klaim, orang Yahudi Karait tidak menggantung tzitzit di dinding rumah mereka.[15]

Dalam arkeologi dan studi Alkitab

sunting

Sejumlah arkeolog dan ahli Alkitab berspekulasi tentang sumber tradisi ini. Menurut hipotesis dokumen, referensi untuk tzitzit dalam Kitab Bilangan berasal dari Kode Priestly, sedangkan yang dari Kitab Ulangan berasal dari Kode Deuteronomy, yang masing-masing berasal dari sekitar akhir abad ke-8 SM dan akhir abad ke-7 SM, beberapa lama setelah praktik ini mulai menjadi tradisi,[16] Namun, tradisi ini jelas lebih tua daripada kedua kode tersebut, dan tidak terbatas pada Israel; sejumlah gambar mengenai kebiasaan ini telah ditemukan pada beberapa prasasti Timur Dekat Kuno yang menunjukkan bahwa kebiasaan itu dipraktikkan di seluruh Timur Dekat.[17] Sejumlah ahli meyakini bahwa praktik ini dahulu berasal dari mengenakan kulit binatang, yang memiliki kaki di setiap sudut, dan bahwa kain kemudian melambangkan kehadiran kaki tersebut, pertama dengan menggunakan jimat, dan kemudian dengan menggunakan tzitzit di ajaran Yahudi.[17]

Tradisi Kristen

sunting

Yesus Kristus juga dicatat mengenakan tzitzit, yang dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai kraspedon dan dalam bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru diterjemahkan sebagai "jumbai". Dicatat dalam Matius 9:20 (lihat pula Markus 5:27; atau Lukas 8:44) bahwa seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun membulatkan tekad untuk menjamah "jumbai", yaitu tzitzit, pada "jubah" yang dipakai Yesus, supaya sembuh. Frasa bahasa Yunaninya adalah: "τοῦ κρασπέδου τοῦ ἱματίου αὐτοῦ" (tou kraspedou tou himatiou autou; 'jumbai jubah-Nya'). Demikian pula setelah kejadian itu, orang-orang sakit lainnya, seperti dicatat pada Matius 14:36 dan Markus 6:56 "memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh."[18]

Di bagian lain, Yesus menegur orang-orang munafik yang sengaja mengenakan "jumbai yang panjang" supaya "dilihat orang".[19] Mereka membuat tzitzit ini lebih panjang dari yang sepantasnya, sehingga mereka tampak mengenakan "jubah panjang".[20]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Jacob Neusner (2001) A Theological Commentary to the Midrash: Song of Songs Rabbah, hlm. 243: "The religious duties beautify Israel, now with reference to not shaving, circumcision, and show-fringes. ... The religious duties embody God's love for Israel: show-fringes, phylacteries, Shema', Prayer; then tabernacle, ...."
  2. ^ Ulangan 22:12
  3. ^ Maimonides. Commentary on Pirkei Avot 2:1.
  4. ^ Rashi - Numbers (=Kitab Bilangan) 15:39; dikutip dalam Aish.com Diarsipkan 2020-09-24 di Wayback Machine..
  5. ^ Maimonides (abad ke-12 M), Mishneh Torah, Hilkhot Tsitsit 1:7-8.
  6. ^ Mois Navon, Tekhelet Tying Tools Diarsipkan 2008-03-21 di Wayback Machine., Ptil Tekhelet Organization, diakses 19 Juli 2013.
  7. ^ Rav's Beautiful Ratio: An Excursion into Aesthetics, Mois Navon, B'Or Ha'Torah, Vol. 19, 2009
  8. ^ "Techelet (Blue Thread)". Tzitzit and Tallis. Chabad Media Center. Diakses tanggal 9 April 2013. 
  9. ^ On History, Mesorah and Nignaz http://www.tekhelet.com/pdf/HistoryMesorahNignaz.pdf
  10. ^ False Tekhelet http://www.tekhelet.com/pdf/false.pdf
  11. ^ Simmons, Rabbi Shraga. Tallit stripes Diarsipkan 2005-09-20 di Wayback Machine.
  12. ^ Bilangan 15:38
  13. ^ Orach Chaim 9:2-3; dikutip dalam Aish.com -- Tzitzit Diarsipkan 2020-09-24 di Wayback Machine.
  14. ^ a b "Tzitzit". Karaite Korner. May 22, 2008. 
  15. ^ Freeman, Joshua (July 5, 2012). "Laying down the (Oral) law". Jerusalem Post. 
  16. ^ Richard Elliott Friedman, Who Wrote the Bible?
  17. ^ a b Peake's Commentary on the Bible
  18. ^ Dictionary of Bible Themes Scripture index. 7462 Tassel. copyright Martin H. Manser, 2009.
  19. ^ Matius 23:5
  20. ^ Markus 12:38; Lukas 20:46

Pranala luar

sunting