Suku Madura Pendalungan
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Suku Pendalungan (Jawa: Wong Pandhalungan), (Madura: Orèng Pendhalungan) adalah sebuah suku campuran yang mendiami daerah Tapal Kuda di Jawa Timur. Suku Pendalungan merupakan sub-etnis dari suku Madura yang lahir akibat percampuran dengan suku Jawa, juga sebaliknya. Suku Pendalungan populasinya sekitar 60% atau sekitar 6.000.000 jiwa lebih di daerah Tapal Kuda, Jawa Timur.[butuh rujukan][2] Orang Pendalungan di wilayah Tapal Kuda menggunakan bahasa Madura Pendalungan yakni dialek bahasa Madura dengan sedikit pengaruh bahasa Jawa.[3] Sebagian orang Pendalungan merupakan peranakan hasil kawin campur antara orang Madura dengan Jawa. Kendati demikian sebagian dari orang Pendalungan tidak bisa berbahasa Jawa dan hanya fasih berbahasa Madura.
![]() | |
Jumlah populasi | |
6.000.000[butuh rujukan][1] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
![]() Kota Pasuruan Kabupaten Pasuruan Kota Probolinggo Kabupaten Probolinggo Kabupaten Lumajang Kabupaten Jember Kabupaten Situbondo Kabupaten Bondowoso Kabupaten Banyuwangi | |
Bahasa | |
Madura (dominan), Jawa | |
Agama | |
Islam (dominan), Kristen, Katolik | |
Kelompok etnik terkait | |
Madura, Bawean |
Etimologi
Istilah Pendalungan berasal dari kata "dalung" atau "dhalung", yang berarti "periuk besar dari logam." Istilah ini digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan suatu daerah yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai kelompok etnik dengan latar budaya yang beragam, sehingga memunculkan proses asimilasi budaya.[4]
Sejarah
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Menurut sejarah, terbentuknya masyarakat Pendalungan berawal pada awal abad 19 di Tapal Kuda. Berawal ketika pasukan dari Madura yang selalu menyerang Jawa sejak abad 17, karena dari generasi ke generasi Dinasti Cakraningrat dari Madura selalu gagal menyerang untuk menguasai Jawa, karena disetiap agresi Madura selalu berhadapan dengan pasukan dari Ponorogo, Sehingga membuat Pangeran Cakraningrat dari Sampang memutuskan untuk memindahkan sebanyak 250.000 orang Madura ke pulau Jawa bagian Tapal Kuda yang dikenal saat ini untuk menguasai sebagian pulau Jawa.
Ternyata di wilayah pemindahan tersebut banyak juga ditemui orang-orang Jawa dari wilayah Ponorogo yang datang pada era Mataram Islam, maupun orang-orang Jawa Arekan yang telah mendiami wilayah Tapal Kuda sejak era kerajaan Kahuripan, sehingga Jawa bagian timur yang disebut Tapal Kuda ini tidak sepenuhnya dapat dikuasai oleh Madura.[5] Pada daerah Tapal Kuda telah terjadi percampuran Suku Madura dan Jawa sehingga memunculkan etnis Pendalungan.
Berdasarkan Arsip Sumenep dalam Genggaman Tiga Fase [6] wilayah Tapal Kuda dahulu merupakan bagian dari wilayah Sumenep yang kemudian ditukar dengan kepulauan Sumenep oleh pemerintah kolonial Belanda pada era Panembahan Somala. Sehingga meskipun bukan lagi bagian dari Sumenep, secara budaya dan bahasa Madura masih melekat hingga kini di Tapal Kuda.
Sementara itu dalam kisah asal usul Bondowoso [7] pembabat alas Bondowoso adalah seorang bangsawan dari Madura beserta para pengawal.
Budaya
Budaya masyarakat Pendalungan adalah budaya pembauran antara budaya Madura dengan budaya Jawa Mataraman dan Jawa Arekan.
Adapun seni budaya yang turut dilestarikan oleh masyarakat Pendalungan seperti Macan-Macanan, Reog Ponorogo, Jaran Kencak, Tari Glipang, Singo Ulung, Topeng Kaliwungu, Karapan Sapi Brujul, Ludruk Pendalungan, Wayang Kulit, Jaran Bodhag, dan sebagainya.
Populasi
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Secara historis, orang Madura mendiami Pulau Madura dan terletak di sebelah timurnya, gugusan pulau-pulau kecil di Laut Jawa seperti Pulau Bawean dan Kepulauan Kangean. Di sini mereka berjumlah sekitar 3,3 juta orang, yang merupakan lebih dari 90% populasi di wilayah ini. Kurang lebih sama jumlah orang Madura yang tinggal di daerah Tapal Kuda, Jawa Timur, dan lebih dari 400.000 jiwa di berbagai belahan Indonesia. Selain itu, puluhan ribu orang Madura tinggal di wilayah lain di Indonesia; khususnya, ada komunitas Madura yang signifikan di ibu kota Jakarta (sekitar 80.000 orang), di Bali (sekitar 30.000 orang) dan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (lebih dari 15.000 orang). Ada juga komunitas kecil Madura di negara-negara Asia Tenggara yang berbatasan dengan Indonesia, khususnya di Singapura.[8]
Referensi
- ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia – Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175.
- ^ http://bpad.jogjaprov.go.id/coe/article/mengenal-budaya-pendalungan-jawa-timur-984
- ^ https://www.lontarmadura.com/sekilas-masyarakat-pandalungan/3/
- ^ "Mengenal Budaya Pendalungan". balaiyanpus.jogja.prov.go.id. 23 Oktober 2019. Diakses tanggal 31 Januari 2025.
- ^ BPS (1996). Stastistik Indonesia Bagian Jawa Timur. Jakarta. Pemeliharaan CS1: Lokasi tanpa penerbit (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ "Wilayah Sumenep Dalam Genggaman Tiga Fase". sumenepkab.go.id. Diakses tanggal 2024-04-16.
- ^ Widarsha, Chuk Shatu. "Kisah Ki Ronggo, Tokoh Legendaris Pembuka Wilayah Bondowoso". detikjatim. Diakses tanggal 2024-04-16.
- ^ https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/15/1921/jumlah-penduduk-dan-rasio-jenis-kelamin-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-2017-.html