Sudisman

Politikus Indonesia

Sudisman (lahir di Jember, 1920[butuh rujukan] - meninggal Oktober 1968[3]) adalah Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia (PKI) dan satu-satunya pemimpin PKI yang akan diadili setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dia dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi.[4][5][1]

Sudisman
Sekretaris Jendral Partai Komunis Indonesia
tidak dilantik secara sah
Masa jabatan
22 November 1965 – Desember 1966
PendahuluD.N. Aidit
Penggantipartai dibubarkan
Informasi pribadi
Lahir1920
Jember, Jawa Timur, Hindia Belanda
MeninggalOktober 1968
KebangsaanIndonesia
PekerjaanSekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia[1]
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kita hidup untuk berjuang, dan kita berjuang untuk hidup. Kita hidup bukan hanya demi hidup saja; kita hidup untuk mempertahankan hidup itu dengan keberanian sampai jantung kita berhenti berdetak. Sejak manusia dilahirkan, dari rengekan pertamanya sebagai bayi hingga nafas terakhirnya, hidup adalah perjuangan. Terkadang dia akan menghadapi perjuangan yang sangat sulit, terkadang dia akan menghadapi pertarungan yang sengit. Tidak setiap pertandingan seperti itu dimahkotai dengan kemenangan. Tetapi tujuan hidup adalah memiliki keberanian untuk memasuki pertempuran yang sengit ini dan pada saat yang sama memenangkan kemenangan. Inilah impian setiap orang yang berjuang, tidak terkecuali komunis. Ini juga impian hidupku. Karena tanpa mimpi, tanpa cita-cita, hidup itu tandus dan kosong.

Sudisman[2]

Dia adalah anggota Politbiro Partai Komunis Indonesia yang menduduki jabatan tertinggi keempat, dan merupakan satu-satunya dari lima pemimpin senior PKI yang diadili.[5][3][1] Semua kecuali satu dari sepuluh anggota politbiro PKI terbunuh.[3]

Sudisman mencoba mengorganisir kembali PKI menjadi gerakan bawah tanah setelah para pemimpin senior lainnya ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan. Dia bertindak sebagai pemimpin PKI untuk waktu yang singkat sebelum ditangkap. Dia akhirnya ditangkap pada Desember 1966.[3]

Riwayat Hidup sunting

Masa kecil sunting

Sudisman adalah pejuang yang telah melewati pasang-surut revolusi Indonesia, ia dilahirkan di Jember, 1920. Sejak muda, ia telah berlaku berani menempuh hidup: sebagaimana Sayuti Melik menempelkan Ijazah AMS-nya (SMA) pada blek untuk jual dendeng, demikianlah pula Sudisman, begitu tamat HBS Surabaya tanpa ragu ia bersumpah di depan seorang gurunya bahwa ia tak akan menggunakan ijazah kolonial itu untuk mencari makan. Ia pun lantas terlibat dalam pengorganisiran buruh.[butuh rujukan]

Karier politik sunting

Sudisman juga dikenal sebagai organisator yang jitu dan cerdik. Menurut seorang jurnalis, Soeryono (1927-2000), yang pernah bekerja di Penghela Rakyat di Magelang dan juga anggota Pesindo, menjuluki Sudisman sebagai “the King Maker”, yaitu Amir Syarifuddin dan DN Aidit. Ia juga seorang intelektual yang tekun dan teliti begitulah minimal di mata Joesoef Ishak dan Joesoef pun mengenalnya sebagai orang yang rajin membawa catatan ke mana-mana, dan kebiasaannya tak lain dari mencatat apa-apa yang dikatakan lawan bicaranya. Ia tak ubahnya sebagai “kamus berjalan” yang bisa dimintai bantuannya bila seseorang lupa atau tak mampu mengingat-ingat suatu hal penting yang ingin dikemukakan.[butuh rujukan]

Sejak sebelum pecah perang kemerdekaan 1945, dia aktif di Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) bersama Amir Syarifuddin, Moh. Yamin, Wikana dan A.K. Gani. Pada masa pendudukan Jepang, pada Januari 1943, Sudisman bersama Amir Syarifuddin dan 53 kawannya pun ditangkap. Menurut A.M. Hanafi, Sekretaris Jendral Barisan Pemuda GERINDO sejak masa pendudukan Belanda dan Jepang, Sudisman adalah Ketua Barisan Pemuda GERINDO Cabang Surabaya. Ia pernah dipenjara di Sragen dan pada akhirnya ia dibebaskan oleh pemuda Sidik Arselan, anggota Pemuda GERINDO, bekas PETA, dengan sepasukan Pemuda P.R.I. (yang ketuanya adalah Sumarsono) yang mendatangi penjara Sragen itu. Selain telah membebaskan Amir Sjarifudin dan Sudisman, mereka juga telah membebaskan semua tahanan lainnya. Sudisman, menurut AM Hanafi juga, adalah anggota PKI, kadernya Pamudji yang dibunuh Jepang di penjara Sragen. Dari penilainan Hanafi, Sudisman adalah seorang yang tahu menghormati kaum Soekarnois. Oleh karena itu, sebagai pejuang Sudisman dikenal sebagai seorang nasionalis yang militan.[butuh rujukan]

Pengadilan sunting

Sudisman adalah anggota politbiro PKI dengan jabatan tertinggi yang hadir di hadapan Mahmillub (Mahkamah Militer Luar Biasa),[6] karena anggota-anggota lainnya telah dibunuh. Pengadilan Sudisman diadakan pada bulan Juli 1967.[3]

Kesaksian Sudisman dan para pemimpin PKI lainnya sangat memperkuat kasus yang menimpa mereka dalam persidangan. Mereka kurang lebih mengakui keterlibatan mereka dalam upaya kudeta. Namun, mereka menyatakan bahwa Gerakan 30 September dibenarkan karena memang benar telah terjadi apa yang disebut "Dewan Jenderal" yang berkomplot dengan Soekarno untuk mengambil alih kekuasaan setelah kematiannya, atau menggulingkannya. Mereka menyangkal tuduhan dan interpretasi bahwa PKI adalah satu-satunya pengatur upaya kudeta tersebut.[6] Versi Angkatan Darat dan kejaksaan tentang peristiwa tersebut sangat tidak mungkin, dan inisiatif pertama untuk upaya kudeta mungkin berasal dari perwira angkatan darat yang tidak puas, terlepas dari keterlibatan pimpinan PKI.[6]

Kesaksian Sudisman memberikan penjelasan yang masuk akal bahwa PKI sebagai sebuah organisasi tidak terlibat dalam upaya kudeta, dan Dipa Nusantara Aidit adalah orang yang bertindak atas inisiatif sendiri dan berkomplot dengan para perwira.[1][6] Soeharto berhasil menggunakan tindakan Aidit sebagai pembenaran atas pembantaian di Indonesia 1965-1966. Penghapusan PKI dari politik Indonesia berhasil mencapai tujuan para perwira sayap kanan dan ekstremis Muslim yang didukung oleh Amerika Serikat.[1]

Sudisman dieksekusi pada bulan Oktober 1968.[3]

Lihat pula sunting

Rujukan sunting

  1. ^ a b c d e Robert Manne; Mark Aarons (1 March 2016). "Rivers ran red". The Monthly. 
  2. ^ Benedict R. O'G Anderson (January 2006). Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia. Equinox Publishing. hlm. 269. ISBN 978-979-3780-40-5. 
  3. ^ a b c d e f Guy J. Pauker (February 1969). "The Rise and Fall of the Communist Party of Indonesia" (pdf). RAND Corporation. Memorandum RM-5753-PR. 
  4. ^ "MIA: Encyclopedia of Marxism: Glossary of People: Su". Marxists Internet Archive. Diakses tanggal 9 May 2016. 
  5. ^ a b Helen-Louise Hunter (2007). Sukarno and the Indonesian Coup: The Untold Story. Greenwood Publishing Group. hlm. 49. ISBN 978-0-275-97438-1. 
  6. ^ a b c d Harold Crouch. "Another Look at the Indonesian 'Coup'" (PDF). sukarnoyears.com. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2 November 2013.