Sandiwara atau sering disebut juga lakon (dari Bahasa Jawa) adalah suatu jenis cerita, bisa dalam bentuk tertulis ataupun tak tertulis, yang terutama lebih ditujukan untuk dipentaskan daripada dibaca. Sebuah lakon tertulis merupakan suatu jenis karya sastra yang terdiri dari dialog antar para pelakon dan latar belakang kejadian. Lakon tidak tertulis biasanya diambil dari cerita yang sudah umum diketahui dan hanya menjabarkan secara umum jalan cerita dan karakter-karakter dalam cerita tersebut. Contoh karya lakon tertulis yang terkenal misalnya adalah Romeo and Juliet dari William Shakespeare. Sebuah sandiwara bisa berdasarkan naskah (skenario) atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan dengan banyak improvisasi.

Secara umum istilah "sandiwara" dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan drama. Akan tetapi secara khusus istilah sandiwara mengacu kepada kesenian pertunjukan teater drama tradisional rakyat Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Kelompok Sandiwara Sunda atau Sandiwara Indramayu dapat ditemukan di Jawa Barat (terutama sekitar Cirebon dan Indramayu) dan Jakarta, salah satunya yang terkenal adalah kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih di daerah di Cempaka Baru Timur, Jakarta Pusat. Kisah sandiwara ini dapat bersifat percintaan, raben, komedi, horor, tragedi, atau kisah roman sejarah.

Lakon dalam pewayangan sunting

Pengertian lakon dalam pergelaran wayang dapat diartikan sebuah ceritera yang akan disajikan dalam pergelaran tersebut. Lakon itu dapat merujuk pada suatu judul ceritera yang dipentaskan, misalnya Gatotkaca Lahir, Pandu Swargo, Kresna Duta, Brubuh Ngalengka, dan lain sebagainya. Sedangkan lakon dalam perngertian anak-anak muda dapat diartikan sebagai tokoh (peran utama), misalnya dalam suatu judul film yang diputar di televisi.

Lakon dalam pergelaran wayang kulit sering diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabarata, dan juga sumber serat-serat Jawa yang ada, misalnya Serat Arjunasasrabahu, Dewa Ruci, dan ceritera carangan (ceritera karangan dalang) lainnya. Lakon sendiri dibedakan menjadi beberapa macam, yakni Lakon Baku dan Lakon Carangan. Lakon Baku bersumber dari buku-buku pedalangan tententu, sedangkan Lakon Carangan lebih merujuk kepada lakon-lakon yang diciptakan oleh para dalang senior untuk memenuhi kebutuhan penanggap wayang ataupun penguasa (pemerintah) di masanya.

Macam-macam Lakon dalam pewayangan sunting

Lakon menurut jenisnya terdiri dari beberapa macam, di antarannya: lakon lahiran, lakon raben, lakon gugur, lakon wahyu, lakon banjaran, lakon gugat dan lakon broboh.

  • Lakon Lahiran biasanya mengisahkan tentang lahirnya seorang tokoh dalam pewayangan, sebagai contoh lahirnya Dasamuka, lahirnya wisanggeni, lahirnya Gatotkaca, dan sebagainya.
  • Lakon Raben biasanya mengisahkan tentang seorang kesatria yang menyunting seorang puteri untuk dijadikan istrinya. Lakon Raben yang paling terkenal adalah Rabine Premadi.
  • Lakon Gugur biasanya menceriterakan wafatnya seorang tokoh wayang, misalnya Salya Gugur, Bisma Gugur, Duryodana Gugur, dan sebagainya.
  • Lakon Wahyu menceriterakan mengenai keberuntungan seorang kesatria yang mendapatkan anugerah dari dewata karena kesucian hatinya dalam memaknai setiap cita-citanya. Lakon wahyu yang paling terkenal yakni Wahyu Makutharama. Lakon wahyu ini sangat banyak dan tergolong paling disukai masyarakat penggemar wayang. Karena sifatnya yang ringan, banyak humor, berpetuah, dan ramai dalam sajian, serta diyakini akan membawa berkah kebaikan pada penanggap pasca mengadakan pergelaran wayang.
  • Lakon Banjaran merupakan kreativitas baru terutama dari Dalang Ki Timbul Hadiprayitno. Banjaran serupa visualisasi riwayat hidup seorang tokoh, lengkap dari lahir sampai mati. Maka lakon Banjaran Sangkuni menceritakan lahirnya Sangkuni dan nama aslinya, bagaimana ia mendapat jabatan patih di Astina, bagaimana ia menyulut pembakaran para Pandawa, sampai kematian Sangkuni dalam perang Baratayudha. Lakon Banjaran lainnya adalah Banjaran Durna, Banjaran Bhisma, Banjaran Salya, Banjaran Pandu dan sebagainya.
  • Lakon Gugat merupakan semacam representasi visualiasi protes pada keadaan yang tidak beres atau ketidak-adilan. Misalnya, Pandawa Gugat, Pandu Gugat, Gatotkaca Gugat. Walaupun tidak menggunakan kata "gugat" namun lakon Petruk Jadi Ratu merepresentasikan gugatan orang kecil pada majikannya.
  • Lakon Broboh menceritakan hancurnya suatu kerajaan. Maka ada lakon Brubuh Alengka dan Brubuh Astina

Referensi sunting

  • Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 9, 1990.

Pranala luar sunting