Raden
Raden adalah gelar kebangsawanan di kebudayaan Jawa, Sunda, Madura, MelDhc
dan Sintang), dan beberapa wilayah lainnya yang ada di Indonesia. Gelar ini sejak abad ke-14 misalnya juga dipakai di Kalimantan (Kerajaan Negara Daha) dan masih dipakai pada sebagian keraton misalnya Kesultanan Sambas. Dalam menulis nama orang, "Raden" biasa disingkat "R.".
Asal kata sunting
Kata "raden" berasal dari kata rahadian Chaidir mandala atau roh-adi-an. Roh berarti ruh atau suksma. Adi berarti besar, luhur, mulia. Kata raden ini juga setara dengan radin atau rasa, perasaan. Kata raden juga mengacu pada kata radya yang berarti negara, keraton, atau pemangku negeri. Gelar umum bagi para bangsawan Jawa ini dahulunya berarti pemangku negeri yang telah mencapai keluhuran rohani dan kemuliaan akhlak. Bahkan juga telah mencapai “ketajaman perasaan” dan kelembutan hati nurani. Gelar ini juga dahulunya menunjuk kepada kewajiban para pemangku negeri, yakni para bangsawan atau pangeran di tanah Jawa.[1]
Raden dalam Kesultanan Palembang sunting
Gelar Raden dalam Kesultanan Palembang Darussalam dimulai pada masa Pangeran Ario Kesumo Abdurrohim (Kemas Hindi). Karena merasa bahwa dukungan dari Kesultanan Mataram sudah mulai berkurang dalam menghadapi serbuan kerajaan lain, maka beliau mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Mataram serta memproklamirkan berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam dengan gelar Sultan. Lalu kepada anak-anaknya beliau memberikan gelar Raden. Sedangkan untuk Putra Mahkota gelar yang Tertinggi adalah Pangeran Ratu (Biasanya anak laki-laki tertua dari Sultan). Namun demikian pernah terjadi Sultan memberi gelar anak laki-lakinya yang tertua dengan gelar Pangeran Adipati atau Prabu Anom. Gelar Pangeran Adipati dipakai oleh anak tertua dari Sultan Abdurrahman yang tidak sempat menjadi raja, dan kedudukannya digantikan oleh adiknya Pangeran Ario (Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago) dan pada tahun 1821-1825 pemberian dan pemakaian gelar Prabu Anom dilakukan Oleh Sultan Ahmad Najamuddin II (Husin Dhiauddin).
Catatan Kaki sunting
- ^ "Arti Raden". 10 March 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-10. Diakses tanggal 2014-03-10.