Sauropsida ("wajah kadal") adalah klad amniota, secara luas setara dengan kelas Reptilia, meskipun biasanya digunakan dalam arti yang lebih luas termasuk baik kerabat kelompok batang dari reptil modern, maupun burung (yang, sebagai dinosaurus theropoda, termasuk reptil karena lebih dekat ke crocodilia ketimbang kadal atau kura-kura).[1]. Definisi yang paling populer menyatakan bahwa Sauropsida adalah takson saudara Synapsida, klad amniota yang berisi mamalia sebagai satu-satunya representatif modern. Meskipun synapsida awal secara historis telah dirujuk sebagai "reptil mirip mamalia", seluruh synapsida lebih dekat kekerabatannya ke mamalia ketimbang reptil modern. Di sisi lain, sauropsida mengandung seluruh amniota yang lebih dekat ke reptil modern ketimbang mamalia. Ini termasuk Aves (burung), yang sekarang dikenal sebagai subkelompok reptil archosauria meskipun aslinya dinamai sebagai kelas terpisah di taksonomi Linnaeus.

Sauropsida
Periode PennsylvanianSekarang, 312–0 jtyl

Rekaman
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
Tanpa nilaiSauropsida
Watson, 1956
Subklad

Dasar Sauropsida terbagi menjadi dua kelompok "reptil" utama: Eureptilia ("reptil sejati") dan Parareptilia ("di sebelah reptil"). Eureptilia meliputi seluruh reptil hidup (termasuk burung), juga berbagai kelompok punah. Parareptilia biasanya dipertimbangkan sebagai kelompok punah secara menyeluruh, meskipun beberapa hipotesis untuk asal kura-kura menunjukkan bahwa mereka termasuk parareptil. Istilah "Sauropsida" berasal dari 1864 dengan Thomas Henry Huxley,[2] yang mengelompokkan burung dengan reptil berdasarkan bukti fosil.

Sejarah klasifikasi sunting

Huxley dan celah dalam fosil sunting

 
Spesimen Berlin Archaeopteryx lithographica, sebuah fosil penting secara historis yang membantu menetapkan burung sebagai komponen dari silsilah reptil

Istilah Sauropsida ("wajah kadal") memiliki sejarah yang panjang, bermula dari Thomas Henry Huxley, dan opininya yang menyatakan bahwa burung berasal dari dinosaurus. Ia mendasarkan opininya terutama dari fosil-fosil Hesperornis dan Archaeopteryx, yang mulai diketahui pada saat itu.[3] Dalam ceramah Hunterian yang disampaikan pada Royal College of Surgeons tahun 1863, Huxley mengelompokkan kelas-kelas vertebrata secara informal menjadi binatang menyusui, sauroid, and ichthyoid (yang terakhir mengandung anamniotes), berdasarkan celah dalam ciri-ciri fisiologis dan kurangnya fosil transisi ada di antara ketiga kelompok. Di awal tahun berikutnya ia mengusulkan nama Sauropsida dan Ichthyopsida untuk yang dua terakhir.[4] Namun Huxley memasukkan kelompok-kelompok pada garis mamalia (Synapsida) seperti Dicynodon di antara Sauropsida. Oleh karenanya, dalam pengertian asalnya, Sauropsida tidak hanya berisi kelompok yang pada hari ini biasanya dihubungkan dengannya, namun juga beberapa kelompok yang pada hari ini dikenal berada dalam sisi mamalia pada silsilahnya.[5]

Mendefinisikan ulang Sauropsida sunting

Pada awal abad ke-20, fosil-fosil sinapsida Perem dari Afrika Selatan telah menjadi terkenal, memungkinkan para paleontolog untuk mengikuti jejak evolusi sinapsida dengan jauh lebih detail. Istilah Sauropsida digunakan oleh E.S. Goodrich pada tahun 1916 seperti Huxley, memasukkan kadal, burung dan kerabat-kerabatnya. Ia memisahkannya dari binatang menyusui dan kerabat-kerabatnya yang sudah punah, yang ia masukkan dalam kelompok saudari Theropsida (sekarang umumnya diganti dengan nama Synapsida). Dengan demikian, klasifikasi Goodrich agak berbeda dengan Huxley, yang dimana sinapsida non-mamalia (atau setidaknya dicynodontia) dimasukkan dalam Sauropsida. Goodrich mendukung pembagian ini oleh sifat jantung dan pembuluh darah di masing-masing kelompok, dan ciri-ciri lain seperti struktur otak depan. Menurut Goodrich, Kedua garis silsilah berevolusi dari kelompok batang yang lebih awal, yaitu Protosauria ("kadal pertama"), yang termasuk amfibi-amfibi dari era Paleozoikum dan juga reptil-reptil awal mendahului pemecahan sauropsida/sinapsida (oleh karena itu bukan sauropsida sejati).[5]

Merinci silsilah reptil sunting

Pada tahun 1956, D.M.S. Watson mengamati bahwa sauropsida dan sinapsida bercabang sangat awal dalam sejarah evolusi reptil, sehingga ia membagi Protosauria milik Goodrich di antara dua kelompok tersebut. Ia juga menafsirkan ulang Sauropsida dan Theropsida untuk mengecualikan burung dan mamalia berturut-turut, membuatnya parafiletik, tidak seperti dalam definisi Goodrich. Oleh karena itu, menurut definisi Watson Sauropsida berisi Procolophonia, Eosuchia, Millerosauria, Chelonia (kura-kura), Squamata[6] (kadal dan ular), Rhynchocephalia, Crocodilia, "Thecodontia" (Archosauria parafiletik basal), dinosaurus non-avian, pterosaurus, Ichthyosauria, dan Sauropterygia.[7]

Kladistika dan Sauropsida sunting

Kelas Reptilia telah dikenal sebagai grada evolusioner ketimbang klad selama evolusi telah diakui. Mengklasifikasi ulang reptil telah menjadi salah satu tujuan utama dari nomenklatur filogenetis.[8] Istilah Sauropsida telah digunakan sejak abad ke-20 untuk menunjukkan semua spesies yang tidak berada pada sisi Synapsida setelah pemisahan Synapsida/Sauropsida, sebuah klad berbasis cabang. Kelompok ini meliputi seluruh reptil yang saat masih hidup dan juga burung, dan dengan demikian sebanding dengan klasifikasi Goodrich, perbedaannya ialah resolusi yang lebih baik dari silsilah amniota awal telah memisahkan sebagian besar "Protosauria" milik Goodrich, meskipun definisi-definisi Sauropsida yang pada dasarnya identik dengan definisi Huxley (yakni memasukkan reptil-reptil mirip mamalia) juga diteruskan.[9][10] Beberapa karya kladistika yang lebih terikini telah menggunakan Sauropsida dengan lebih ketat, untuk menandakan kelompok mahkota, yaitu semua keturunan nenek moyang terakhir dari reptil dan burung yang masih ada. Sejumlah definisi batang filogenetis, simpul dan mahkota telah diterbitkan, berjangkar di berbagai fosil dan organisme yang masih ada, sehingga saat ini tidak ada konsensus mengenai definisi sebenarnya (dan dengan demikian isi) dari Sauropsida sebagai unit filogenetik.[11]

Beberapa taksonom, seperti Benton (2004), telah mengkooptasi istilah agar sesuai dengan klasifikasi berbasis tingkatan tradisional, menjadikan Sauropsida dan Synapsida taksa tingkat kelas untuk menggantikan kelas tradisional Reptilia, sementara Modesto dan Anderson (2004), menggunakan standar PhyloCode, telah mengusulkan mengganti nama Sauropsida dengan redefinisi Reptilia mereka, dengan alasan bahwa yang terakhir jauh lebih dikenal dan harus diprioritaskan.[11]

Definisi kladistik Sauropsida termasuk:

  • Sauropsida sebagai kelompok total reptil: “Reptil termasuk semua amniota lain yang lebih berkerabat ke reptil dibanding ke mamalia” (Gauthier, 1994).[1] Ini adalah definisi kelompok total berbasis cabang. Gauthier (1994) menganggap kura-kura sebagai keturunan parareptil, maka ia mendefinisikan Reptilia sebagai kelompok mahkota yang lebih terbatas meliputi diapsida dan parareptil (selain Mesosauria, ia menganggapnya sebagai cabang sauropsida paling basal).
    • Sauropsida sebagai kelompok total, bersinonim dengan Reptilia sensu lato: “Klad paling inklusif termasuk Lacerta agilis dan Crocodylus niloticus, namun tidak dengan Homo sapiens” (Modesto & Anderson, 2004).[11] Definisi kelompok total ini meninggalkan misteri mengenai moyang kura-kura yang belum terpecahkan.
  • Sauropsida sebagai kelompok berbasis node: “Nenek moyang bersama terakhir dari mesosauria, testudines dan diapsida, dan seluruh keturunannya” (Laurin & Reisz, 1995).[12] Meskipun diformulasikan secara berbeda, pengelompokan ini memiliki cakupan dan tujuan yang serupa dengan definisi milik Gauthier (1994).

Referensi sunting

  1. ^ a b Gauthier J.A. (1994): The diversification of the amniotes. In: D.R. Prothero and R.M. Schoch (ed.) Major Features of Vertebrate Evolution: 129–159. Knoxville, Tennessee: The Paleontological Society.
  2. ^ Huxley, T.H. (1863): The Structure and Classification of the Mammalia. Hunterian lectures, presented in Medical Times and Gazette, 1863. original text
  3. ^ "Lectures on Evolution (1877)". aleph0.clarku.edu. Diakses tanggal 2023-03-16. 
  4. ^ "The Structure and Classification of the Mammalia (1864)". aleph0.clarku.edu. Diakses tanggal 2023-03-16. 
  5. ^ a b Goodrich, E.S. (1916). "On the classification of the Reptilia". Proceedings of the Royal Society of London. 89B (615): 261–276. Bibcode:1916RSPSB..89..261G. doi:10.1098/rspb.1916.0012 . 
  6. ^ Reeder, Tod W.; Townsend, Ted M.; Mulcahy, Daniel G.; Noonan, Brice P.; Jr, Perry L. Wood; Sites, Jack W. Jr.; Wiens, John J. (24 March 2015). "Integrated Analyses Resolve Conflicts over Squamate Reptile Phylogeny and Reveal Unexpected Placements for Fossil Taxa". PLOS ONE. 10 (3): e0118199. Bibcode:2015PLoSO..1018199R. doi:10.1371/journal.pone.0118199 . PMC 4372529 . PMID 25803280. 
  7. ^ Watson, D.M.S. (1957). "On Millerosaurus and the early history of the sauropsid reptiles". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences. 240 (673): 325–400. Bibcode:1957RSPTB.240..325W. doi:10.1098/rstb.1957.0003 . 
  8. ^ Gauthier, .A., Kluge, A.G & Rowe, T. (1988). The early evolution of the Amniota. Pages 103–155 in Michael J. Benton (ed.): The Phylogeny and Classification of the Tetrapods, Volume 1: Amphibians, Reptiles, Birds. Syst. Ass. Spec. Vol. 35A. Clarendon Press, Oxford.
  9. ^ Laurin, Michel; Gauthier, Jacques (January 1996). "Amniota. Mammals, reptiles (turtles, lizards, Sphenodon, crocodiles, birds) and their extinct relatives". Tree of Life Web Project. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 April 2006. Diakses tanggal 2023-03-16. 
  10. ^ Pearse, A.S. (ed, 1947): Zoological Names: a List of Phyla, Classes, and Orders. Prepared for Section F, American Association for the Advancement of Science. Second edition. Durham, North Carolina, U.S.A., pp. 1-22
  11. ^ a b c Modesto, S.P.; Anderson, J.S. (2004). "The phylogenetic definition of Reptilia". Systematic Biology. 53 (5): 815–821. doi:10.1080/10635150490503026 . PMID 15545258. 
  12. ^ Laurin, Michel; Reisz, Robert R. (1995). "A reevaluation of early amniote phylogeny". Zoological Journal of the Linnean Society (dalam bahasa Inggris). 113 (2): 165–223. doi:10.1111/j.1096-3642.1995.tb00932.x.