Sandiwara Sunda Miss Tjitjih

Sandiwara Sunda Miss Tjitjih adalah Sandiwara Sunda dengan nama seorang Diva Sandiwara Sunda pada tahun 1928 asal Sumedang, yaitu Miss Tjitjih. Pada tahun 1926 seorang gadis cantik bernama Nyi Tjitjih yang biasa bermain sandiwara berbahasa Sunda ditemukan oleh Aboebakar Bafaqih, seseorang keturunan Arab-Indonesia kelahiran Bangil (Jawa Timur) pemilik Sandiwara Keliling atau Komedie Stamboel 1891-1903) yang sedang mengadakan pertunjukan keliling di Jawa Barat. Di daerah Sumedang Bafaqih menemukan Nyi Tjitjih yang pada saat itu berusia 18 tahun dan sedang bermain dengan Tonil Sunda. Bafaqih langsung tertarik mengajaknya masuk ke dalam perkumpulan sandiwara bentukannya, Opera Valencia. Ajakan Bafaqih tersebut disambut baik Nyi Tjitjih. Mulai saat itu Nyi Tjitjih menjadi bagian dari Opera Valencia.[1]

Awal Sejarah Sandiwara Sunda Miss Tjitjih

sunting

Nyi Tjitjih Asal Sumedang 1923

sunting

Gadis Cantik bernama Tjitjih adalah kelahiran Sumedang tahun 1908. Ia mulai terkenal bernama Nyi Tjitjih pada tahun 1923 sebagai pemain sandiwara di daerah Sumedang (pada usia 15 tahun). Ia merupakan seorang pemain multitalenta (berakting, menyanyi, menari, dan cantik), dan sangat terkenal pada waktu itu di Sumedang. Ia hanya bisa berbahasa Sunda, dan tidak bisa bahasa melayu.

Opera Valencia Batavia 1926

sunting

Pada tahun 1926, sebuah Sandiwara Keliling asal Jawa Timur pimpinan Sayyed Aboebakar Bafaqih mengadakan perjalanan di Jawa Barat, dan pada waktu singgah di Sumedang, Bafaqih bertemu dengan Nyi Tjitjih yang sangat multitalenta serta cantik, bermain dan menyanyi dalam kelompok Sandiwara local di Sumedang. Kemudian Bafaqih minta Nyi Tjitjih bergabung dengan dia, dan dibentuk sebuah sandiwara keliling baru bernama Opera Valencia (ketika itu tahun 1926 Nyi Tjihtjih baru berusia 18 tahun). Rupa-rupanya Opera Valencia sangat berkembang dengan Primadona Nyi Tjitjih meskipun ia hanya bisa bahasa Sunda.

Miss Tjitjih Toneel Gezelschap Batavia 1928

sunting

Pada tahun 1928, Opera Valencia sampai di Batavia dan pada tahun itu juga Nyi Tjitjih dipersunting oleh Bafaqih sebagai isteri kedua. Kemudian isteri pertama Bafaqih, bernama Nuriah yang memberi 6 anak kepada Aboebakar, kemudian dicerai, dan Opera Valencia berubah nama sebagai Miss Tjitjih Toneel Gezelschap, dan menempati gedung sebelah Rivoli Kramat Raya, Pasar Senen – Weltevreden, Batavia. Ternyata di kemudian hari Miss Tjitjih tidak mempunyai keturunan dari Bafaqih. Seperti diketahui, bahwa di Batavia pada waktu itu telah berdiri Sandiwara Miss Riboet Orion dan sangat terkenal sejak tahun 1925, dan juga Sandiwara Dardanela yang berdiri tahun 1927. Namun kedua kelompok ini dengan pentas bahasa Melayu, sedangkan Miss Tjitjih dengan pentas bahasa Sunda.

Akhir Sandiwara Miss Tjitjih Kramat 1936

sunting

Sandiwara Miss Tjitjih pernah diundang main di Istana Bogor pada tahun 1931. Selain main di Gedung Kramat Raya, maka Sandiwara Miss Tjitjih juga mempunyai jadwal tetap di Pasar Baroe, hingga di Pasar Baroe ditutup tahun 1936. Seperti diketahui Miss Tjitjih kemudian mengidap penyakit TBC.

Pada tahun 1936, ketika keliling dan main di Tjikampek, Miss Tjitjih terjatuh pada suatu akhir pertunjukan, dan dikira itu merupakan salah satu adegan. Meskipun dalam keadaan sakit-sakitan, namun Miss Tjitjih tetap manggung, dan penyakitnya makin menggerogoti tubuhnya, sehingga pada tahun 1936 ia pulang ke Sumedang, namun jiwanya tidak tertolong dan meninggal di kampung halamannya.

Sepeninggal Miss Tjitjih, Aboebakar tetap melajutkan kelompok sandiwaranya, terutama dalam bahasa Sunda seperti diinginkan dan dirintis oleh Miss Tjitjih. Sekitar tahun 1957 gedung Miss Tjitjih yang ada di Kramat dijual dan hasilnya dibagi rata kepada para pemain. Salah satu anak ke-3 Aboebakar yang bernama Sayyed Harun Bafaqih adalah yang peduli akan kelompok sandiwara peninggalan Aboebakar, sehingga setelah itu warisan rumah Aboebakar yang terletak di Matraman kemudian dijual dan dipakai untuk modal membangun Gedung yang terbuat dari papan dan seng di Angke.[2]

Pindah Lokasi

sunting

Sandiwara Sunda Miss Tjitjih Angke

sunting

Pada tahun sekitar 1960-an, setelah Gedung selesai dibangun, kelompok pentas dipindahkan ke Gedung Angke, tepatnya di sebelah Stasiun Tanah Abang. Mereka tetap mementaskan sandiwara dalam bahasa Sunda. Para penonton selalu penuh, meski berbahasa Sunda, maklum lokasinya memang menguntungkan. Namun pada tahun 1987 mereka tergusur.

Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih Cempaka Putih

sunting

Setelah itu dibentuk Yayasan, dan oleh Pemerintah DKI kemudian dibangunkan Gedung Kesenian Miss Tjitjih di daerah Cempaka Baru, Kemayoran. Hingga kini Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih masih berkibar dengan pentas khas bahasa Sunda, seperti yang dirintis oleh Miss Tjitjih. Salah satu sutradara adalah Ibu Imas Darsih, anak dari salah satu pemain yang bernama Pak Tebah.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ "Artikel "Sandiwara Miss Tjitjih" - Ensiklopedia Sastra Indonesia". ensiklopedia.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2020-09-24. 
  2. ^ "SEBUAH PERJALANAN – Miss Tjitjih 1928". Diakses tanggal 2020-09-24. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Yayasan Untuk Indonesia.; Jakarta Raya (Indonesia). Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. (2005). Ensiklopedi Jakarta : culture & heritage = budaya & warisan sejarah. [Jakarta]: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman. ISBN 9798682491. OCLC 70850252.