Sanbalat orang Horon

Sanbalat orang Horon atau Horoni (bahasa Inggris: Sanballat the Horonite; oleh sejarawan disebut Sanballat I; dalam bahasa Aram Neo-Asyria: Sinballidh atau "dewa Sin telah menghidupkan") adalah seorang pemimpin Samaria dan pejabat kerajaan Persia (Kekaisaran Akhemeniyah) yang disebut dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia hidup pada pertengahan sampai akhir abad ke-5 SM dan sezaman dengan Nehemia.[1] Menurut Yitzakh Magen, Sanbalat tampaknya adalah keturunan keluarga Samaria sisa Israel yang berasal dari kota Horon (atau Harran), kemungkinan sama dengan desa Hawara di kaki gunung Gerizim.[2]

Musuh Yahudi

sunting

Terutama dikenal dari Kitab Nehemia, ia disebut sebagai salah satu musuh utama orang Yahudi pada zaman gubernur Nehemia. Dalam 10 kali penyebutan di kitab tersebut, Sanbalat terus berusaha menghalang-halangi orang Yahudi untuk hidup aman di Yerusalem dan sekitarnya setelah kembali dari pembuangan ke Babel.

  • Ketika Sanbalat dan sekutunya, Tobia orang Amon, mendengar Nehemia diutus oleh raja Artahsasta ke Yerusalem untuk membantu pembangunan kota itu, mereka sangat kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel.[3]
  • Ketika Sanbalat, Tobia, dan sekutu yang lain, Gesyem, orang Arab, mendengar Nehemia memulai pembangunan tembok kota Yerusalem, mereka mengolok-olokkan dan menghina serta berkata: "Apa yang kamu lakukan itu? Apa kamu mau berontak terhadap raja (shahanshah)?"[4] Selama pembangunan tembok itu, mereka menjadi marah dan berniat terus menghalangi.
  • Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem maju dan bahwa lubang-lubang tembok mulai tertutup, maka sangat marahlah mereka dan mengadakan persepakatan bersama untuk memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana.[5] Namun rencana itu berhasil diketahui Nehemia dan ketika didengar bahwa rencana mereka sudah diketahui dan bahwa Allah telah menggagalkannya, maka mereka tidak jadi menyerang dan orang Yahudi dapat menyelesaikan tembok Yerusalem.[6]
  • Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh orang Yahudi yang lain mendengar, bahwa Nehemia telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi lubang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum dipasang pintunya, maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepada Nehemia dengan pesan: "Mari, kita mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!" Tetapi mereka berniat mencelakakan Nehemia.[7] Dengan cara yang sama sampai lima kali Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepada Nehemia dengan membawa surat yang terbuka, tetapi Nehemia tetap tidak mau datang.[8] Sanbalat memakai Semaya bin Delaya bin Mehetabeel untuk menjebak Nehemia agar datang ke Bait Suci dengan memberikan nubuat yang menakutkan. Namun, Nehemia mengetahui, bahwa Allah tidak mengutus nabi itu. Ia mengucapkan nubuat itu terhadap Nehemia, karena disuap Tobia dan Sanbalat. Di samping itu masih disebutkan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang lain yang mau menakut-nakutkan Nehemia.[9]

Memimpin Samaria

sunting

Berdasarkan rekonstruksi Yitzakh Magen, kemungkinan Sanbalat adalah pemimpin tentara yang kemudian diangkat menjadi gubernur Samaria, beberapa waktu sebelum Nehemia tiba di Yerusalem pada tahun 444 SM. Untuk mempersatukan Samaria dan penduduknya, ia mendirikan satu tempat suci di wilayah Samaria, yaitu di Gunung Gerizim. Karena imam-imam dari suku Lewi sudah bermigrasi ke Yudea dan penyembahan Baal dianggap berhala, maka ia berusaha memikat satu imam dari keluarga terpandang di Yerusalem, cucu Eliasyib, dengan menikahkan putrinya, untuk memimpin ibadah di Samaria. Dalam kitab Nehemia pasal 13 tertulis:

Seorang dari anak-anak Yoyada bin Elyasib, imam besar itu, adalah menantu Sanbalat, orang Horoni itu. Oleh sebab itu kuusir dia daripadaku.[10]

Karena keturunan Sanbalat kemudian mempunyai darah imam, maka mereka dapat memimpin ibadah di gunung Gerizim.[11]

Sejarawan Flavius Yosefus menggambarkan pembangunan Bait Suci di Samaria, dan mengatakan bangunan itu merupakan tiruan Bait Suci di Yerusalem. Kisah Yosefus ini kemungkinan berdasarkan cerita tradisional asal mulanya Bait Suci Samaria di gunung Gerizim.[12] Juga dicatatnya bahwa banyak orang Israel menikah dengan orang Samaria dan pindah ke Samaria, menimbulkan kehebohan di Yerusalem.[13] Yosefus menulis bahwa putri Sanbalat yang bernama Nikaso, menikah dengan seorang imam asal Yerusalem, Manasseh, saudara laki-laki Imam Besar Yehoiada. Namun, Yosefus menyebutkan Sanbalat hidup pada zaman pemerintahan Darius Codomannus, yang beberapa generasi lebih muda daripada Artahsasta. Tampaknya di sini Yosefus secara keliru menggabungkan kisah keturunan Sanbalat yang kemudian, entah Sanbalat II atau Sanbalat III.

Dari Naskah-naskah Elefantin (Elephantine papyri) Sanbalat diketahui mempunyai dua orang putra, Delaiah bar Sanbalat and Shelemiah bar Sanbalat. Orang-orang Yahudi di Elefantin meminta bantuan putra-putra Sanbalat untuk pembangunan kembali Sinagoge di kota itu yang dirusak oleh para pengacau.

Pemakaian modern

sunting

Dalam pertengahan pertama abad ke-20, penyair nasionalis dan aktivis politik Yahudi Uri Zvi Greenberg - dianggap mentor spiritual gerakan Zionisme Revisionis dan pemukim Israel di Tepi Barat - sering menggunakan istilah "The Sanballats" atau "Gang Sanbalat" ("The Sanballat Gang"; כנופית הסנבלטים) untuk menyebut orang-orang yang melakukan penganiayaan dari pihak Anti-semit dan nasionalis Palestinia serta lawan-lawan politik dari kubu Zionis Sosialis.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Menurut catatan Flavius Yosefus, ia dikirim ke Samaria pada zaman raja Darius III (336-331 SM), tetapi diduga bukan orang yang sama. Yitzakh Magen, 'The Dating of the First Phase of the Samaritan Temple on Mt Gerizim in Light of Archaeological Evidence,' in Oded Lipschitz, Gary N. Knoppers, Rainer Albertz (eds.) Judah and the Judeans in the Fourth Century B.C.E., Eisenbrauns, 2007 pp.157-212,191 n.41
  2. ^ Yitzakh Magen, 'The Dating of the First Phase of the Samaritan Temple on Mt Gerizim in Light of Archaeological Evidence,' in Oded Lipschitz, Gary N. Knoppers, Rainer Albertz (eds.) Judah and the Judeans in the Fourth Century B.C.E., Eisenbrauns, 2007 pp.157-212, p.188
  3. ^ Nehemia 2:10
  4. ^ Nehemia 2:16; 4:1
  5. ^ Nehemia 4:7–8
  6. ^ Nehemia 4:15
  7. ^ Nehemia 6:1–2
  8. ^ Nehemia 6:5
  9. ^ Nehemia 6:12,14
  10. ^ pasal 13:28
  11. ^ Yitzakh Magen, 'The Dating of the First Phase of the Samaritan Temple on Mt Gerizim in Light of Archaeological Evidence,' in Oded Lipschitz, Gary N. Knoppers, Rainer Albertz (eds.) Judah and the Judeans in the Fourth Century B.C.E., Eisenbrauns, 2007 pp.157-212, p.188.
  12. ^ "Ant." xi. 7, § 2.
  13. ^ Josephus,Antiquities of the Jews 11.302-312,322-325

Pranala luar

sunting