Korea Prasejarah

(Dialihkan dari Prasejarah Korea)

Ini adalah artikel tentang prasejarah semenanjung Korea, dari tahun 500.000 SM - 300 SM. Lihat pula sejarah Korea.

Korea Prasejarah adalah zaman yang tidak memiliki bukti-bukti dokumenter dan merupakan bagian terbesar dari sejarah Korea. Prasejarah Korea adalah objek studi utama dalam disiplin arkeologi, geologi, dan palaentologi.

Globular, artefak tembikar berkerah tinggi

Prasejarah geologis sunting

Prasejarah geologis adalah bagian yang paling tua dari sejarah Korea. Batuan tertua yang ditemukan di Korea ditaksir berasal dari zaman Prekambrium. Sistem Yeoncheon sama dengan sistem prekambrium dan tersebar di sekitar Seoul sampai Yeoncheon-gun di wilayah timur laut. Sistem Yeoncheon terbagi atas batuan biotit, kwarsa-feldspar-schist (batuan metamorfosa), marmer, silikat lime, quartzit (batuan metamorfosa dari bentukan batu pasir), batuan augen gneiss, dan batuan granit bertipe garnet. Semenanjung Korea memiliki prasejarah yang aktif pada zaman Mesozoikum, ketika banyak barisan pegunungan tercipta, dan perlahan menjadi lebih aktif pada zaman Cenozoikum. Formasi utama dari Mesozoikum termasuk Gyeongsang Supergroup, dimana ditemukannya lapisan granit, batuan lumpur (shale), batu pasir, batu konglomerat, batu andesit, batu basal, batu rhyolit (batu vulkanik), serta batu tuff di sebagian besar wilayah provinsi Gyeongsang-do, Korea Selatan.

Sisa dari artikel ini adalah penjelasan mengenai prasejarah manusia di semenanjung Korea.

Periode prasejarah manusia di Korea sunting

 
Situs-situs permukiman Mumun yang disebut dalam teks di artikel ini.

Zaman Palaeolitikum sunting

Awak mula zaman palaeloitik di Korea masih belum jelas, tetapi bukti keberadaan awal manusia di Korea sudah ada sekitar tahun 500.000 SM. Arkeolog Yi dan Clark agak ragu untuk memasukkan periode ini ke dalam zaman Palaeolitikum Awal.[1] Zaman Palaeolitikum berakhir ketika kebudayaan tembikar muncul di Korea sekitar tahun 8000 SM.

Penelitian radiokarbon menunjukkan bahwa awal mula manusia mendiami semenanjung Korea adalah antara tahun 40.000-30.000 SM.[2] Jika zaman manusia purba (hominid) dimulai tahun 500.000 SM, tampaknya pada saat itu Homo erectus sudah menempati semenanjung Korea.

Di Seokjang-ni, sebuah situs dekat Gongju, provinsi Chungcheong Selatan, ditemukan artefak yang memiliki kesamaan dengan peralatan batu zaman Palaelitik Awal pada level bawah dari situs tersebut. Beberapa artefak yang ditemukan adalah benda pemotong dan kapak tangan.

Di situs Jeommal di dekat Jecheon serta di situs Durubong dekat Cheongju ditemukan bukti bahwa hominid pada zaman Palaelitik Tengah tinggal dalam gua. Dari kedua situs ini ditemukan pula fosil-fosil hewan seperti badak, beruang, hyena, serta rusa (Pseudaxi gray var.), serta fosil hewan-hewan yang sudah punah.

Pada situs Seokjang-ni dan situs-situs yang berada dekat sungai, ditemukan peralatan batu yang menguatkan bukti zaman Palaelotitik seperti peralatan yang dibuat dari bebatuan bagus dan indah seperti quarzit, phorphyry, obsidian, rijang, pegmatit, dan felsit yang mencirikan karakteristik Acheulian, Mousteroid, dan Levalloisian. Peralatan ini contohnya pemotong yang berbentuk sederhana dan mempunyai sumbing. Pada lapisan tengah situs Seokjang-ni, ditemukan juga senjata untuk berburu yang terbuat dari batu.

Di situs ini, para arkeolog mengklaim telah menemukan pula bukti zaman Palaelitikum Akhir, yaitu rambut manusia berras Mongoloid berpigmen limonitik dan mangan di dekat tempat yang diduga digunakan sebagai perapian. Beberapa figur binatang buatan manusia juga ditemukan seperti patung batu anjing, kura-kura dan beruang. Penelitian karbon menunjukkan bahwa artefak-artefak tersebut berasal dari 20.000 tahun yang lalu.

Periode Tembikar Jeulmun sunting

 
Artefak tembikar Jeulmun klasik dengan pola sisir di seluruh permukaan tembikar dari situs Amsa-dong, Seoul, bertarikh 4000 SM, British Museum.

Zaman Tembikar Korea diperkirakan dimulai sekitar tahun 8000 SM (atau bahkan sebelumnya). Era tembikar waktu ini disebut juga Kebudayaan Tembikar Yunggimun (ko:융기문토기) yang dtemukan tersebar di sebagian besar Semenanjung Korea. Contoh situs-situs dari zaman ini adalah situs Gosan-ni di Pulau Jeju dan Ubong-ni di dekat Ulsan. Periode Tembikar Jeulmun (즐문토기) atau Zaman Tembikar berpola sisir bermula setelah tahun 7000 SM. Sedangkan tembikar dengan pola sisir pada keseluruhan sisinya bermula dari tahun 3200-2000 SM ditemukan di banyak situs di wilayah barat dan tengah Korea, yaitu pada saat munculnya beberapa permukiman manusia seperti pada situs Amsa-dong dan Chitam-ni. Pola tembikar Jeulmun memiliki desain yang sama dengan pola tembikar yang ditemukan di provinsi Maritim Rusia, Mongolia, serta pada lembah Sungai Amur dan Sungai Sungari di Manchuria.

Masyarakat Jeulmun diketahui hidup dengan berburu, mengumpulkan makanan, serta membudidayakan tanaman liar dengan skala kecil. Pada zaman Jeulmun ini diperkirakan metode penanaman millet (sejenis padi-padian) dan tanaman padi telah diperkenalkan dari daratan Asia (Cina).

 
Bukti arkeologis dari Igeum-dong
 
Representasi dari belati (kanan) dan 2 figur manusia, salah satunya sedang berlutut (kiri), yang diukir di dinding di Situs Pemakaman Megalitikum no.5, Orim-dong, Yeosu.

Periode Tembikar Mumun sunting

Masyarakat agrikultur dan bentuk kehidupan sosial-politik yang kompleks paling awal berkembang pada zaman Tembikar Mumun (1500-300 SM). Masyarakat di Korea bagian selatan memulai penanaman padi dan kegiatan berladang pada zaman Mumun Awal (1500 - 850 SM). Pada zaman Mumun Tengah (850 - 550 SM) masyarakatnya mulai dipimpin oleh pemimpin atau kepala suku dan pada zaman Mumun Akhir (550 - 300 Sm), bukti arkeologis menunjukkan adanya upacara penguburan mewah untuk kalangan atas. Produksi barang-barang dari perunggu dimulai secara intensif pada zaman Mumun Tengah dan menjadi semakin banyak dalam berbagai kegiatan upacara dan politik setelah tahun 700 SM. Pada zaman Tembikar Mumun, untuk pertama kalinya muncul permukiman manusia yang semakin berkembang dan akhirnya runtuh: beberapa contohnya ada di situs Songgung-ni, Daepyeong, dan Igeum-dong. Berakhirnya periode Mumun sekitar tahun 300 SM ditandai dengan meningkatnya pertukaran budaya, terjadinya konflik lokal, serta adanya introduksi metalurgi perunggu dan besi.

Periode yang dimulai setelah tahun 300 SM disebutkan sebagai periode prehistoris, periode dimana beberapa sumber dokumenter muncul dan menjelaskan keadaan masyarakat di Semenanjung Korea, seperti teks kuno Samguk Sagi. Periode prehistoris Korea tercatat sebagai awal munculnya Tiga Kerajaan Korea yang secara arkeologis menunjukkan bukti keberadaan masyarakat dan negaranya.

Perspektif dalam prasejarah Korea dari disiplin Sejarah sunting

Teks kuno seperti Samguk Sagi, Samguk Yusa, Hou Han Shou (Buku Sejarah Dinasti Han Akhir) dan sebagainya adalah sumber-sumber yang digunakan untuk menjelaskan secara tradisional bagian-bagian dari prasejarah Korea. Versi paling terkenal adalah cerita pendirian yang menjelaskan asal usul etnis Korea, yaitu munculnya Dangun sebagai pemimpin pada tahun 2333 SM. Penyelidikan sejarah yang signifikan selama abad ke 20 untuk menguak interpretasi dari catatan sejarah kuno yang menyebutkan pendirian Gojoseon (2333-108 SM), Gija Joseon (323-194 SM), Wiman Joseon (194-108 SM) dan kerajaan-kerajaan lainnya.

Penelitian sejarah secara arkeologis dengan intensif telah dilakukan sejak pertengahan 1950-an di Korea Utara dan Selatan, tetapi tidak ditemukan bukti arkeologis yang mendukung keberadaan bagian-bagian dari teks-teks tersebut. Bahkan susah untuk menarik garis penghubung yang berupa bukti arkeologis antara Gojoseon dengan yang lainnya. Hubungan antara data arkeologis dan teks sejarah sangat lemah.

Bagaimanapun juga pada tahun 1990-an, media Korea Utara melaporkan penemuan makam pendiri Gojoseon, Dangun dan sedang dalam usaha penggalian. Para arkeolog dan sejarawan kebanyakan dari luar Korea Utara tidak mempercayai metode penanggalan yang dilakukan Korea Utara, karena pemerintahnya tidak mengizinkan dilakukan akses dan testing dari luar. Selain itu, hal ini menyisakan kejanggalan karena situs makam yang digali dilaporkan berskala besar, sementara situs-situs yang berasal dari sebelum tahun 2000 SM ditemukan dengan ciri-ciri permukiman yang kecil dan terisolasi serta berhubungan dengan tempat sampah makanan, contohnya sampah gundukan kulit kerang.

Penggunaan Sistem Tiga Zaman dalam periodisasi sunting

Sejarawan di Korea menggunakan sistem Tiga Zaman (Three Age System) untuk mengklasifikasikan prasejarah Korea. Bagaimanapun juga sistem ini digunakan untuk mengklasifikasikan rangkaian prasejarah Eropa, tidak tepat untuk Korea. Sistem Tiga Zaman dipergunakan dalam masa setelah pendudukan Jepang (setelah 1945) untuk meluruskan klaim salah yang dibuat arkeolog kolonial Jepang yang menyatakan bahwa Korea tidak mempunyai zaman perunggu.[3] Penggunaan Sistem Tiga Zaman masih dilakukan sampai tahun 1990-an meskipun faktanya tidak sesuai dengan alur prasejarah Korea yang sangat rumit. Sebagai contoh, baru-baru ini skema periodisasi prasejarah oleh para arkeolog Korea dirumuskan, bahwa zaman Neolitikum di Korea baru dimulai pada tahun 1500 SM dan berakhir sampai 800 SM. Faktanya penelitian palaetnobotani secara jelas membuktikan bahwa peradaban yang lebih maju tidaklah terbentuk sampai sekitar tahun 3500 SM. Lebih jauh, para arkeolog mencoba mengklaim bahwa zaman perunggu dimulai pada tahun 1500 SM atau 1000 SM dan berlangsung sampai 400 SM. Periodisasi ini bagaimanapun juga telah disangkal karena teknologi pembuatan barang-barang dari perunggu tidak diadopsi oleh masyarakat di semenanjung Korea bagian selatan sampai sekitar 700 SM. Bukti arkeologis juga dengan jelas menunjukkan bahwa benda-benda perunggu tidak dipergunakan dalam jumlah besar sampai setelah 400 SM. Walaupun jelas tidak sesuai dengan prasejarah Korea, para sejarawan yang ahli dalam sejarah Korea awal (300 SM - 668 M) tetap menggunakan konsep ini. Sementara para arkeolog prasejarah lain mulai membuat skema periodisasi berdasarkan perubahan yang terjadi pada desain dan teknologi pembuatan tembikar, yaitu Zaman Jeulmun (8000-1500 SM), dan Mumun (1500-300 SM).

Referensi sunting

  1. ^ Yi, Seon-bok and G.A. Clark. 1983 Observations on the Lower and Middle Paleolithic of Northeast Asia. Current Anthropology 24(2): 181–202.
  2. ^ Bae, Kidong. 2002 Radiocarbon Dates from Palaeolithic Sites in Korea. Radiocarbon 44(2): 473–476.
  3. ^ Kim, Seung Og. 1996 Political Competition and Social Transformation: The Development of Residence, Residential Ward, and Community in Prehistoric Taegongni of Southwestern Korea. PhD dissertation, University of Michigan, Ann Arbor. Proquest, Ann Arbor.

Pustaka sunting

  • Ahn, Jae-ho.
2000 Hanguk Nonggyeongsahoe-ui Seongnip [The Formation of Agricultural Society in Korea]. Hanguk Kogo-Hakbo [Journal of the Korean Archaeological Society] 43: 41–66. ISSN 1015-373X
  • Bale, Martin T.
2001 Archaeology of Early Agriculture in Korea: An Update on Recent Developments. Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association 21(5): 77–84. ISSN 0156-1316
  • Bale, Martin T. and Min-jung Ko
2006 Craft Production and Social Change in Mumun Period Korea. Asian Perspectives 45(2): 159–187.
  • Choe, C.P. and Martin T. Bale
2002 Current Perspectives on Settlement, Subsistence, and Cultivation in Prehistoric Korea. Arctic Anthropology 39(1–2): 95–121. ISSN 0066-6939
  • Crawford, Gary W. and Gyoung–Ah Lee
2003 Agricultural Origins in the Korean Peninsula. Antiquity 77(295): 87–95.
  • Im, Hyo-jae
2000 Hanguk Sinseokgi Munhwa [Neolithic Culture in Korea]. Jibmundang, Seoul. ISBN 89-303-0257-2
  • Kim, Jangsuk
2003 Land-use Conflict and the Rate of Transition to Agricultural Economy: A Comparative Study of Southern Scandinavia and Central-western Korea. Journal of Archaeological Method and Theory 10(3): 277–321.
  • Kuzmin, Yaroslav V.
2006 Chronology of the Earliest Pottery in East Asia: Progress and Pitfalls. Antiquity 80: 362–371.
  • Nelson, Sarah M.
1993 The Archaeology of Korea. Cambridge University Press, Cambridge. ISBN 0-521-40783-4
  • Nelson, Sarah M
1999 Megalithic Monuments and the Introduction of Rice into Korea. In The Prehistory of Food: Appetites for Change, edited by C. Gosden and J. Hather, pp. 147–165. Routledge, London.
  • Rhee, S. N. and M. L. Choi
1992 Emergence of Complex Society in Prehistoric Korea. Journal of World Prehistory 6: 51–95.