Oto Iskandar di Nata

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
(Dialihkan dari Oto Iskandardinata)

Raden Otto Iskandar di Nata (Sunda: ᮛ᮪ᮓ᮪. ᮇᮒ᮪ᮒᮧ ᮄᮞ᮪ᮊᮔ᮪ᮓᮁᮓᮤᮔᮒ, Latin: Rd. Otto Iskandardinata; 31 Maret 1897 – 20 Desember 1945) yang dikenal sebutan Ottista merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Raden Otto Iskandardinata mendapat julukan "Si Jalak Harupat".

Raden Otto Iskandardinata
Otto Iskandar di Nata saat masih muda
Lahir(1897-03-31)31 Maret 1897
Bojongsoang, Bandung
Meninggal20 Desember 1945(1945-12-20) (umur 48)
Mauk, Tangerang, Banten, Indonesia.
Sebab meninggalDibunuh Laskar Hitam.
Penemuan jasadTidak pernah ditemukan.
MonumenMonumen Pasir Pahlawan, Lembang, Bandung.
Nama lainSi Jalak Harupat
PendidikanHollandsch-Inlandsche School (HIS), Bandung
Kweekschool Onderbouw, Bandung
Hogere Kweekschool, Purworejo, Jawa Tengah.
PekerjaanMenteri Negara pada kabinet yang pertama Republik Indonesia tahun 1945.
Organisasi
  • Budi Utomo, Wakil Ketua Bandung, 1921-1924
  • Budi Utomo, Wakil Ketua Pekalongan, 1924
  • Anggota Gemeenteraad Pekalongan
  • Paguyuban Pasundan, Sekretaris Pengurus Besar, 1928. Ketua 1929-1942.[1]
  • Anggota Volksraad, 1930-1941.
  • Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945)
  • Anggota BPUPKI
  • Anggota PPKI
Kota asalBojongsoang, Kabupaten Bandung
Anak12 (termasuk Dicky dan Ratnati Iskandar Dinata)
KerabatNia Dinata (cucu)
PenghargaanPahlawan Nasional

Kehidupan awal

sunting

Otto Iskandardinata lahir 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Otto merupakan anak bungsu dari pasangan Raden haji Adam Rahmat dan Siti Hidayah.[2]

Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Atas. Setelah itu, ia mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat. Raden Otto Iskandar di Nata mendapat julukan si Jalak Harapat.

Pendidikan

sunting

Otto menempuh pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung, kemudian melanjutkan pendidikan di Kweekschool Onderbouw (Sekolah Guru Bagian Pertama) Bandung, serta di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah selesai, Otto menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah.[2]

Pra Kemerdekaan

sunting

Dalam kegiatan pergerakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924 dan Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad ("Dewan Kota") Pekalongan mewakili Budi Utomo.

Otto juga aktif pada organisasi Budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.[3]

Otto juga menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-1941.

Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja (1942-1945). Ia kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.

Pasca Kemerdekaan

sunting

Setelah proklamasi kemerdekaan, Otto menjabat sebagai Menteri Negara di kabinet pertama Republik Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam periode tugasnya, terdapat ketidakpuasan pada salah satu laskar. Otto menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, Otto kemudian hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Mauk, Tangerang, Banten.[4]

Pahlawan Nasional

sunting

Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Monumen Pasir Pahlawan yang berada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat didirikan untuk mengabadikan perjuangan Otto Iskandardinata. Nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia. Di tanah kelahirannya Kabupaten Bandung Otto Iskandardinata merupakan sosok pahlawan yang sangat dihormati. Namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit di Soreang dan julukannya "Si Jalak Harupat" digunakan sebagai nama stadion.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.
  2. ^ a b Sunarti, Linda, Oto Iskandardinata (Tokoh Pergerakan Nasional dan Paguyuban Pasundan), Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, dalam situs dan juga dosen universitas hartanto departemen Logistik kelautan luckymulyadisejarah.wordpress.com, 15 Juni 2008. Diakses 10 Februari 2011.
  3. ^ Ahsan, Ivan Aulia. "Otto Iskandar Dinata: Misteri Kematian Jagoan dari Bojongsoang". tirto.id. Diakses tanggal 2022-08-25. 
  4. ^ "Misteri Si Jalak Harupat" Diarsipkan 2009-10-12 di Wayback Machine., Tempo, diakses 23 Desember 2008