Michael Rockefeller

Michael Clark Rockefeller (18 Mei 1938 – diduga meninggal 19 November 1961) adalah anak kelima dari Gubernur negara bagian New York dan Wakil Presiden Amerika Serikat, Nelson Rockefeller, dan merupakan generasi keempat anggota Keluarga Rockefeller. Michael Rockefeller menghilang selama ekspedisi di wilayah suku Asmat, tepatnya di barat daya Nugini Belanda (sekarang Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Indonesia). Pada 2014, Carl Hoffman menerbitkan sebuah buku yang menjelaskan secara terperinci tentang pemeriksaan resmi atas pembunuhan terhadap Rockefeller, yang diakui oleh penduduk desa dan tetua suku bahwa Rockefeller dibunuh setelah berenang ke tepi sungai pada tahun 1961.[1] Terlepas dari klaim-klaim tersebut, tidak ada bukti yang pernah ditemukan atas kematiannya.

Michael Rockefeller
LahirMichael Clark Rockefeller
(1938-05-18)18 Mei 1938
Menghilang19 November 1961 (pada umur 23 tahun)
Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Indonesia
StatusDinyatakan meninggal secara resmi pada 1964 – 1938; umur -27–-26 tahun
Sebab meninggalBeberapa isu/rumor dimakan oleh para kanibal Asmat atau diduga tenggelam
Penemuan jasadTidak ditemukan
KebangsaanAmerika Serikat
PendidikanAkademi Phillips Exeter
Universitas Harvard
Karya terkenalDead Birds (film 1963)
Orang tuaNelson Rockefeller
Mary Clark

Masa muda sunting

Rockefeller adalah anak kelima dan bungsu dari Mary Todhunter Rockefeller. Dia adalah putra ketiga dari tujuh bersaudara dari Nelson Rockefeller, dan dia memiliki saudara kembar bernama Mary.

Sempat bersekolah di The Buckley School di Kota New York, dan lulus dari Akademi Phillips Exeter di New Hampshire, Rockefeller sempat menjadi ketua siswa intra sekolah dan pegulat di masa kuliahnya. Rockefeller lulus cum laude dari Universitas Harvard dengan gelar BA dalam sejarah dan ekonomi.[1] Pada tahun 1960, ia bertugas selama enam bulan sebagai tamtama di Angkatan Darat AS dan kemudian melakukan ekspedisi ke Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody Harvard untuk mempelajari antropolgi Suku Dani di Nugini Belanda. Ekspedisi ini memfilmkan Dead Birds, sebuah film dokumenter etnografis yang diproduksi oleh Robert Gardner, dan Rockefeller bertugas sebagai perekam suara.[1] Rockefeller dan seorang temannya tidak mengembangkan penelitian tersebut dan beralih mempelajari Suku Asmat selatan Papua. Setelah selesai dari tugas penelitian di Museum Peabody, Rockefeller kembali ke Papua untuk mempelajari Asmat dan mengumpulkan barang kesenian Asmat. Rockefeller sangat menikmati kegiatannya sebagai etnografer[1][2]

Dia menghabiskan waktunya di Nugini Belanda dan aktif terlibat dengan budaya serta kesenian sambil mengambil data etnografi. Dalam salah satu suratnya di rumah ia menulis:

"Saya menjalani waktu yang melelahkan tetapi sangat menyenangkan di sini. . . Asmat seperti puzzle besar dengan variasi dalam seremoni dan corak seni yang membentuk potongan-potongan. Perjalanan ini memungkinkan saya untuk memahami (hanya secara dangkal dan belum sempurna) sifat dari puzzle ini. . ."[3]

Hilang sunting

Pada 17 November 1961, Rockefeller dan antropolog Belanda, René Wassing berada di sampan selebar 12 meter, yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari tepian ketika sampan mereka bocor dan terbalik.[4] Dua pemandu lokal yang menemani mereka meminta bantuan, tetapi terlambat datang. Setelah hanyut selama beberapa waktu, pada 19 November,[1] Rockefeller berkata kepada Wassing; "Saya pikir saya bisa melakukannya dan berenang ke pantai." Kapal itu diperkirakan sejauh 19 km dari pantai ketika dia berusaha berenang ke tempat yang aman, mendukung salah satu teori bahwa dia mati karena kelelahan, atau tenggelam.[5] Wassing diselamatkan pada hari berikutnya, sementara Rockefeller tidak pernah terlihat lagi, meskipun ada upaya untuk pencarian lebih lanjut. Pada saat itu, hilangnya Rockefeller menjadi topik berita utama di berbagai belahan dunia. Mayatnya tidak pernah ditemukan.[6] Rockefeller dinyatakan mati secara hukum pada tahun 1964.[7][8]

Dugaan sunting

Diyakini bahwa Rockefeller tenggelam atau diserang oleh buaya atau hiu. Karena praktik pemburuan kepala dan kanibalisme masih ada di beberapa wilayah Asmat pada tahun 1961, beberapa orang berspekulasi bahwa Rockefeller mungkin telah dibunuh dan dimakan oleh orang-orang Suku Asmat.[9]

Pada tahun 1969, jurnalis Milt Machlin melakukan perjalanan ke Papua untuk menyelidiki hilangnya Rockefeller. Machlin menolak beberapa laporan yang menduga Rockefeller yang masih hidup sebagai tawanan atau sebagai sosok mirip Kurtz di hutan, tetapi Machlin berargumen bahwa bukti tidak langsung mendukung pendapat bahwa dia telah dibunuh.[10] Acenep (Otsjanep), suatu tempat yang diperkirakan menjadi tempat berlabuh Rockefeller bila berhasil sampai ke pantai, para tetuanya telah dibunuh oleh polisi Nugini Belanda pada tahun 1958, sehingga menjadi alasan bagi orang-orang asmat membalas dendam kepada orang-orang kulit putih. Baik kanibalisme maupun pemburuan kepala di Asmat hanya menjadi bagian dari siklus balas dendam yang menjadi tradisi suku-suku di Papua. Ada kemungkinan bahwa Rockefeller menemukan dirinya sendiri sebagai korban tak sengaja dari motif balas dendam semacam itu yang dimulai oleh polisi Nugini Belanda. Insiden ini dijelaskan dalam "Dance of the Warriors", volume kedua dari seri dokumenter Ring of Fire oleh Blair bersaudara.[11]

Sebuah buku berjudul Rocky Goes West oleh penulis Paul Toohey mengklaim bahwa, pada 1979, ibu Rockefeller menyewa seorang penyelidik swasta untuk pergi ke Papua dan mencoba menyelesaikan misteri hilangnya Rockefeller. Keabsahan cerita telah dipertanyakan, tetapi Toohey mengklaim bahwa penyelidik swasta membarter mesin perahu dengan tengkorak tiga lelaki yang diklaim suku Asmat sebagai satu-satunya lelaki kulit putih yang pernah dibunuh. Penyelidik kembali ke Kota New York dan menyerahkan tengkorak-tengkorak ini kepada keluarga, yakin bahwa salah satunya adalah tengkorak Rockefeller. Jika peristiwa ini benar-benar terjadi, keluarga tidak pernah mengomentarinya. Namun, program History Channel Vanishings melaporkan bahwa ibu Rockefeller membayar hadiah sebesar US$250.000 kepada penyelidik yang menawarkan bukti akhir apaka Michael Rockefeller masih hidup atau mati.[12]

Dalam film dokumenter Keep the River on Your Right, Tobias Schneebaum menyatakan bahwa ia berbicara dengan para kanibal Asmat yang mengaku menemukan Rockefeller di tepi sungai dan memakannya.[13]

Buku 2014 tentang kehilangan Rockefeller sunting

Pada tahun 2014, Carl Hoffman menerbitkan buku berjudul Savage Harvest: A Tale of Cannibals, Colonialism, and Michael Rockefeller's Tragic Quest for Primitive Art, yang membahas tentang penelitian tentang kehilangan Rockefeller secara misterius dan diduga telah mati.[14] Selama beberapa kunjungan ke desa-desa di daerah itu, Hoffman mendengar beberapa cerita tentang orang-orang dari Otsjanep yang membunuh Rockefeller setelah dia berenang ke pantai. Kisah-kisah yang mirip dengan kesaksian yang dikumpulkan pada 1960-an, kebanyakan hanya menjelaskan tentang segelintir orang-orang Asmat yang berdebat dan akhirnya memutuskan untuk membunuh Rockefeller setelah berenang ke pantai, sebagai aksi balas dendam atas insiden 1958 tentang orang-orang Asmat tewas dibunuh oleh polisi Nugini Belanda.[1] Segera setelah pembunuhan Rockefeller, desa-desa terjangkit wabah kolera dan orang-orang desa itu percaya bahwa itu adalah karma karena membunuh Rockefeller. Ketika Hoffman meninggalkan salah satu desa untuk terakhir kalinya, dia menyaksikan seorang pria memerankan adegan pembunuhan, Hoffman berhenti untuk merekamnya.[15] Ketika diterjemahkan, pria itu mengatakan:

"Jangan menceritakan kisah ini kepada orang lain atau desa lain, karena kisah ini hanya untuk kita. Jangan bicara. Jangan berbicara dan menceritakan kisah ini. Saya harap Anda mengingatnya dan Anda harus menyimpan ini untuk kami. Saya harap. Saya harap. Kisah ini hanya untuk anda. Jangan berbicara dengan siapa pun selamanya kepada orang lain atau desa lain. Jika orang bertanya ke Anda, jangan jawab. Jangan bicara dengan mereka, karena cerita ini hanya untuk Anda. Jika Anda mengatakannya kepada mereka, Anda akan mati. Saya khawatir Anda akan mati. Anda akan mati; orang-orangmu akan mati, jika kamu menceritakan kisah ini. Anda menyimpan cerita ini di rumah Anda; untuk dirimu sendiri, aku berharap, selamanya. Selama-lamanya. . . ." [15]

Pada tahun 1978, seorang ahli geologi Kanada yang mengunjungi Asmat bertemu dengan seorang misionaris bernama Otto Konig yang menunjukkan kepadanya arloji dan kacamata Rockefeller dan menegaskan bahwa ia telah dibunuh dan dimakan.

Artefak dan foto-foto Asmat sunting

Banyak artefak Asmat yang dikumpulkan Rockefeller menjadi bagian dari koleksi Michael C. Rockefeller Wing di Metropolitan Museum of Art di Kota New York.[1] Museum Peabody telah menerbitkan katalog pameran foto-foto yang diambil oleh Rockefeller selama ekspedisi Nugini.[16]

Dalam budaya populer sunting

Pada tahun 1973, National Lampoon Comics memuat sebuah cerita (dengan judul "New Guinea Pig") yang berfokus pada hilangnya Rockefeller sebagai tipu muslihat sehingga ia dapat membunuh semua orang kulit hitam di Papua dan keluarganya dapat mencuri sumber daya alam mereka.[17]

Hilangnya Rockefeller adalah menjaid bagian dari episode #30 di serial televisi In Search of. . . yang awalnya ditayangkan pada 21 Januari 1978.

Band Guadalcanal Diary menulis lagu tentang hilangnya Rockefeller yang disebut "Michael Rockefeller" yang muncul di album 1986 berjudul Jambore .

Dalam buku petualangan perjalanan Ring of Fire: An Indonesian Odyssey, Blair bersaudara mengklaim telah membahas kematian Rockefeller dengan seorang anggota suku yang membunuhnya.[18]

Cerpen Christopher Stokes berjudul "The Man Who Ate Michael Rockefeller", yang diterbitkan dalam edisi ke-23 McSweeney's Quarterly Concern (Spring 2007), menyajikan kisah fiksi kematian Michael muda.

Novel King of America tahun 2004 karya Samantha Gillison sebagian besar berdasarkan kehidupan Michael Rockefeller.[19]

Film 2007 Welcome to the Jungle membahas dua pasangan muda yang berani mengejar Michael Rockefeller (mengira mereka dapat menghasilkan banyak uang jika mereka menemukan bukti Rockefeller) tetapi malah menjadi fenomena kematian yang mengerikan.

Drama Jeff Cohen berjudul The Man Who Ate Michael Rockefeller, berdasarkan cerita pendek oleh Christopher Stokes, tampil perdana di dunia dalam produksi Off Broadway di West End Theatre di Kota New York, disutradarai oleh Alfred Preisser, dari 10 September hingga 3 Oktober 2010.[20]

Pada tahun 2011, Agamemnon Films merilis film dokumenter berjudul The Search for Michael Rockefeller, berdasarkan buku jurnalis Milt Machlin dengan nama yang sama yang dirilis pada tahun 1974.[21] Dalam bukunya, Carl Hoffman menjelaskan penjelasan awal buku Machlin sebagai "bualan omong kosong" tetapi masih tetap menjadi bagian penting dalam membuktikan kisah resmi hilangnya Rockefeller.[22] Film ini membuat teori ketiga, bahwa Rockefeller selamat dan tinggal di antara penduduk setempat. Teori ini didukung oleh klaim lisan tentang kontak yang dilakukan oleh seorang petualang Australia yang misterius, ditambah beberapa frame rekaman film yang memperlihatkan seorang pria kulit putih berjanggut yang mengenakan pakaian lokal di antara pria pribumi.

Pada 2012, saudari kembar Michael yang masih hidup, Mary, menerbitkan sebuah memoar berjudul Beginning with the End: A Memoir of Twin Loss and Healing, bercerita tentang kesedihannya setelah kematian sang kakak.[23] Memoar ini diterbitkan menjadi buku pada tahun 2014 berjudul When Grief Calls Forth the Healing.

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g Hoffmann, Carl (March 2014). "What Really Happened to Michael Rockefeller". Smithsonian Magazine. Diakses tanggal February 25, 2014. 
  2. ^ "Michael, You're Mad"
  3. ^ Excerpt from a letter from Michael Rockefeller, November 13, 1961 Gerbrands, A. A., Ed. (1967). The Asmat of New Guinea: The Michael C. Rockefeller Expeditions 1961. New York, NY: The New York Graphic Society
  4. ^ The Search for Michael Rockefeller Diarsipkan July 14, 2009, di Wayback Machine.
  5. ^ The Michael C. Rockefeller Memorial Fellowship Diarsipkan 2010-12-05 di Wayback Machine.
  6. ^ franca (2007-11-19). "A Death a Day". deathaday.blogspot.com. Diakses tanggal 29 June 2015. 
  7. ^ "1961: Michael Rockefeller (Sohn des Vize-Praesidenten) verschwindet im Kannibalen-Terroritorium Papua-NeuGuinea - Airport1 Blog". airport1.de. Diakses tanggal 29 June 2015. 
  8. ^ 1961 Life Magazine online retrieved March 26, 2010
  9. ^ About the search for Michael Rockefeller, son of New York mayor Nelson Rockefeller, history of his mysterious disappearance.
  10. ^ Lost Scion - Was Michael Rockefeller eaten by cannibals? Diarsipkan 2010-09-19 di Wayback Machine.
  11. ^ Blair, Lawrence; Lorne Blair (1988). Ring of Fire: An Indonesian Odyssey. Bantam. 
  12. ^ In 1961, 23-year-old Michael Rockefeller
  13. ^ Keep the River on Your Right: A Modern Cannibal Tale (2000)
  14. ^ "Cannibal mystery: New evidence in Michael Rockefeller disappearance". BBC News. 2014-04-17. Diakses tanggal 2014-04-17. 
  15. ^ a b Hoffman, Carl (2014). Savage Harvest: A Tale of Cannibals, Colonialism, and Michael Rockefeller's Tragic Quest for Primitive Art. [S.l.]: William Morrow. ISBN 978-0062116154. Diakses tanggal 23 February 2014. 
  16. ^ "Michael Rockefeller". harvard.edu. Diakses tanggal 29 June 2015. 
  17. ^ National Lampoon Comics TPB (1973)
  18. ^ Blair, Lawrence; Blair, Lorne (1988). Ring of Fire: An Indonesian Odyssey. Bantam. ISBN 978-0553052329. 
  19. ^ An unsolved mystery -Samantha Gillison weaves fact and fiction in a mesmerizing new novel - INTERVIEW BY ALDEN MUDGE Diarsipkan 2006-11-10 di Wayback Machine.
  20. ^ "Dog Run Rep Presents THE MAN WHO ATE MICHAEL ROCKEFELLER, 9/10-10/3". Broadway World.com Off-Off-Broadway. 2010-08-26. Diakses tanggal 2014-04-17. 
  21. ^ "The Search for Michael Rockefeller". Searchformichael.com. Diakses tanggal 2014-08-02. 
  22. ^ Hoffman, Carl. Savage Harvest. New York: William Morrow, 2014. Print. 232-232.
  23. ^ Beginning With the End: A Memoir of Twin Loss and Healing: Mary R. Morgan: 9781936467396. ASIN 1936467399. 

Pranala luar sunting