Mara tapen

pohon pionir di hutan pegunungan
(Dialihkan dari Macaranga rhizinoides)
Mara Tapen
Mara, Macaranga rhizinoides
tumbuh liar di hutan pegunungan G. Tangkuban Parahu
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Macaranga rhizinoides
Nama binomial
Macaranga rhizinoides
Sinonim
  • Zanthoxylum rhizinoides Blume[2] (basionym)
  • Tanarius rhizinoides (Blume) Kuntze
  • Mappa denticulata Blume var. tomentosa Moritzi ex Zoll.
  • Macaranga blumeana Müll.Arg. ex Pax & K.Hoffm. (nom.nudum)

Sumber:

Mara tapen[2] atau mara bener (Macaranga rhizinoides), juga dikenal dengan nama umum mara, adalah sejenis pohon kecil atau perdu penyusun hutan sekunder di pegunungan, anggota suku Euphorbiaceae. Kayunya lunak, berwarna putih dan berkualitas rendah; tidak banyak dipergunakan. Menyebar terbatas di Jawa dan Sumatra;[3] nama-nama lokalnya, di antaranya, mara, mara bener, calik angin, huru angin (Sd.); tutup, tutup awu, tutup sruwa (Jw.); dan totop (Md.).[4]:488

Pengenalan sunting

 
Kuncup dan daun penumpu
 
Daun-daun dengan beberapa kelenjar nektar (merah tua) di dekat ujung dan pangkal pertulangan daun
 
Sisi bawah daun

Pohon kecil hingga sedang, tinggi 15-40 m. Ranting-ranting muda, dan juga bagian-bagian muda yang lainnya, tertutupi oleh rambut-rambut balig yang kaku rapat; bagian ujung ranting acap menyegi, menyudut, atau beralur. Daun penumpu tebal seperti jangat, bundar telur, lk 10 × 3 mm, ujungnya lancip, akhirnya melengkung membalik, tertutup rapat oleh rambut-rambut balig kemerahan, agak lekas rontok.[3]

Daun-daun bertangkai panjang silindris, 9–12 cm, ramping, tipis tertutupi oleh rambut-rambut balig, mengerut dekat pangkalnya. Helaian daun bundar telur menyegitiga lebar hingga bundar telur, 12–20 × 8–7 cm, tebal menjangat; pangkalnya bundar melebar atau rompang, bangun perisai (peltata) dengan sibir 1–1,5 cm atau hampir-hampir bangun jantung (cordata); tepiannya beringgit dangkal tak menentu, hingga bergigi dengan kelenjar nektar di sebelah bawah; ujungnya runcing; permukaan bawah daun dengan rambut-rambut balig keputihan, dan pertulangan yang menonjol berpola jala; permukaan atas daun gundul.[3]

Perbungaan terletak di ketiak, berkelamin tunggal. Karangan bunga jantan berupa tandan, 5–11 cm, bertangkai 2,5 cm; cabang-cabangnya lentur, membentang, berambut pendek merah karat; daun pelindung 2–7 mm, bergigi lemah, berambut pendek, lekas rontok. Bunga jantan dalam kelompok rapat hingga 10 kuntum; garis tengah lk. 1,5 mm; kelopak 2 atau 3, luarnya berambut pendek; tangkai sari 7–14. Karangan bunga betina bentuk tandan, 9 × 6 cm; tangkainya agak memipih, garis tengah lk. 3 mm, luarnya berambut pendek kemerahan karat; cabang-cabang hingga 3 cm; daun pelindung tidak rontok, menyegitiga, lk. 2 mm, tepinya rata tak bergigi bergerigi, ujungnya lancip, melengkung membalik, berambut pendek kemerahan.[3]

Buah biasanya tunggal, kadang-kadang berpasangan; miring hampir bulat, 3 mm, halus, tipis mengayu; bertangkai 5 mm; kelopak 2 keping bentuk segitiga, tinggi 1 mm, tidak rontok; sisa kepala putik seperti piringan kecil, di ujung buah, rontok. Biji bulat, halus, berkerenyut permukaannya, terlindung oleh sarcotesta.[3]

Agihan dan ekologi sunting

 
Daun muda dengan bintik-bintik kelenjar di tepinya

Macaranga rhizinoides menyebar terbatas di Sumatra (tidak umum dijumpai) dan Jawa, di mana ia tumbuh melimpah.[3] Di Jawa, ia ditemukan mulai dari barat hingga timur pulau, terutama di wilayah pegunungan: di G. Pulosari antara ketinggian 700-1.050 m dpl.; Cibodas (1.450 m dpl.) di lereng G. Gede; Cigenteng (1.400-1.600 m dpl.) di lereng G. Patuha; Pangencongan (1.300-1.600 m dpl.) di lereng G. Talaga Bodas; ketinggian 1.250-1.500 m dpl. di lereng G. Slamet di wilayah Tegal; Surjo (1.400 m dpl.) di lereng G. Prahu; G. Telomoyo dekat Salatiga; G. Andong dekat Magelang pada ketinggian 1.200 m dpl.; G. Sindoro dekat Temanggung pada ketinggian 1.400 m dpl.; di sekitar wilayah Ngebel (700—1.450 m dpl.) di lereng G. Wilis; Tosari pada ketinggian 1.650 m dpl. di lereng G. Bromo; di lereng G. Arjuno pada ketinggian 2.100-2.400 m dpl.; serta Pancur (1000 m dpl.) di lereng G. Ijen.[4]:487 Tercatat pula dari wilayah G. Salak.[5]

Mara tapen ditemukan baik di di hutan tinggi yang heterogen, maupun di hutan muda (hutan sekunder); sering di jurang-jurang, baik di atas tanah liat ataupun tanah berpasir, dan kadang-kadang di daerah yang agak kering. Spesies pohon yang sangat umum ditemukan di daerah pegunungan.[4]:487-8

Tumbuhan ini tercatat berbunga di bulan Januari (di Pangencongan); Februari dan Mei (Cibodas); Juni dan Juli (Cigenteng); Oktober dan November (Ngebel); serta November di G. Telomoyo, G. Arjuno dan di Pancur. Buah tercatat dari bulan Januari (Cigenteng); serta Januari, Februari dan Agustus di Pangencongan.[4]:488

Manfaat sunting

 
Tumbuh di lereng gunung di hutan pegunungan

Mara tapen menghasilkan kayu yang ringan, yang tidak seberapa kuat ataupun awet; termasuk dalam kelompok kayu mahang.[6] Pada umumnya kayunya tidak seberapa digunakan untuk perabot atau kayu ramuan, kecuali untuk pembuatan peti-peti pengemas teh.[7] Akan tetapi di daerah Pangencongan kayunya dianggap sama baiknya dengan kayu huru (suku Lauraceae). Di Cigenteng bahkan pohon ini disebut dengan nama huru angin.[4]:488

Marga Macaranga diketahui menghasilkan sejumlah senyawa fenol, khususnya flavonoid dan stilbenoid. Penelitian pada beberapa tahun yang silam mengungkapkan bahwa ekstrak daun M. rhizinoides diketahui memiliki kandungan dua macam senyawa flavonol, yaitu salah satu bentuk senyawa turunan flavonoid, yang dikenali sebagai macarhizinoidin A dan B. Kedua macam senyawa flavonol ini terdeteksi memiliki efek sitotoksik terhadap leukemia pada hewan percobaan tikus.[5]

Jenis yang serupa sunting

Macaranga rhizinoides memiliki perawakan dan bentuk daun yang serupa dengan M. denticulata. Kedua spesies ini dapat dibedakan salah satunya dengan melihat bentuk daun penumpunya yang berlainan. Daun penumpu (stipulae) M. rhizinoides berbentuk bundar telur hingga jorong (elips), lk. 10 × 3 mm, sementara daun penumpu M. denticulata berbentuk jorong sempit, 3–6(–10) × 1–2(–3) mm. M. denticulata menyebar luas di Asia (India hingga Asia Tenggara) hingga Sumatra dan Jawa.[3]

Catatan kaki sunting

  1. ^ Candolle, A. de. 1866. Prodromus Systematis Naturalis Regni Vegetabilis ... pars 15(2): 1011. Parisii :Victoris Masson &f.
  2. ^ a b Blume. 1825. "Kruidkundige waarnemingen". Bijdragen tot de Flora van Nederlandsch Indie. 5: 248. Batavia :Ter Lands Drukkerij, 1825 [20 Sep-7 Dec 1825].
  3. ^ a b c d e f g Whitmore, T.C. et al. (nd). "67. Macaranga". in: Malesian Euphorbiaceae Descriptions of Flora Malesiana (Prodromus).
  4. ^ a b c d e Koorders, S.H. & Th. Valeton. 1910. "Bijdrage no. 12 tot de kennis der boomsoorten op Java". Mededeelingen uitgaande van het Departement van Landbouw. v.10: 485-9. Batavia:G. Kolff & co. [1894-1914].
  5. ^ a b Tanjung, M., D. Mujahidin, E.H. Hakim, A. Darmawan, & Y.M. Syah. 2010. "Geranylated flavonols from Macaranga rhizinoides". Nat. Prod. Commun. 5(8): 1209-11. (Aug 2010)
  6. ^ Lim, S.C. 1998. "Macaranga Thouars". in MSM. Sosef, LT. Hong, & S. Prawirohatmodjo (Eds.) Plant Resources of South-East Asia 5(3) (Timber trees: Lesser-known timbers): 340-4. Bogor: PROSEA Foundation.
  7. ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 2: 1165. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda -1917- 3:87)

Pranala luar sunting