Legenda urban Jepang

Legenda urban Jepang (日本の都市伝説, Nihon no toshi densetsu) meliputi cerita rakyat masa kini tentang makhluk supranatural/misterius dan serangan mereka (biasanya) terhadap orang-orang yang tak bersalah, atau mengenai kisah non-supranatural terkait rumor yang beredar dalam budaya populer. Tema yang pertama jarang melibatkan peran makhluk yokai seperti dalam cerita rakyat Jepang dahulu, dan kebanyakan melibatkan onryo, yaitu hantu khas Jepang yang menjadi arwah penasaran dan menyerang siapapun yang terlibat dengannya. Legenda urban Jepang cenderung terkait dengan sekolah-sekolah Jepang dan—seperti halnya legenda yokai—menyisipkan suatu peringatan dalam kisahnya, seperti mengingatkan orang-orang agar tidak melakukan penindasan, tidak pulang malam-malam, atau tidak berbicara kepada orang yang tak dikenal. Meskipun terdapat legenda urban non-supranatural di kota-kota di Jepang, misalnya rumor terowongan rahasia Tokyo[1] atau rumor pekerjaan sebagai pembersih jenazah,[2] artikel ini cenderung membahas kisah-kisah hantu yang masih lestari di Jepang masa kini.

Legenda urban natural sunting

Kebakaran tahun 1932 sunting

Tanggal 16 Desember 1932, kebakaran toserba Shirokiya di Tokyo memakan korban 14 jiwa. Selama kebakaran, banyak pramuniaga wanita berkimono yang terdesak sampai ke atap gedung yang berlantai delapan tersebut. Beredar desas-desus bahwa beberapa pramuniaga menolak untuk terjun ke jaring penyelamat yang disiapkan para pemadam kebakaran di bawah gedung. Secara tradisional, para wanita tidak memakai pakaian dalam jika berkimono, dan mereka takut untuk terjun sebab bagian pribadi tubuh mereka bisa terekspos dan menyebabkan rasa malu, dan sebagai akibatnya mereka tewas dalam kebakaran tersebut.[3][4] Berita ini menarik perhatian hingga ke Eropa. Diduga bahwa setelah kebakaran berakhir, manajemen toserba tersebut menyuruh para pramuniaga wanitanya untuk memakai celana dalam atau pakaian dalam lainnya meskipun berkimono, dan tren itu pun tersebar.[3][4]

Bertentangan dengan kepercayaan tersebut, Shoichi Inoue, profesor budaya dan arsitektur Jepang di Pusat Penelitian Studi Jepang Internasional, menolak kisah tersebut. Menurut Inoue, banyak orang yang diselamatkan oleh pemadam kebakaran, dan kisah para wanita yang lebih memilih mati demi kesopanan hanya dibuat-buat untuk kepentingan orang-orang Barat. Kisah tersebut masih lazim dalam banyak buku referensi, bahkan beberapa diterbitkan oleh Fire Fighting Agency. Selain itu, di Jepang sudah umum dipercaya bahwa kebakaran toserba Shirokiya adalah suatu katalis dalam tradisi berbusana, khususnya tren mengenakan celana dalam ala Barat, meskipun tidak ada bukti untuk memperkuat keyakinan tersebut.[5]

Made in Usa sunting

Tahun 1960-an, ketika perekonomian Jepang masih susah pasca-Perang Dunia II, beredar desas-desus bahwa pemerintah Jepang mengganti nama desa dengan "Usa", sehingga barang-barang ekspor mendapat label sebagai "MADE IN USA, JAPAN". Hal ini diduga demi memperoleh kesan bahwa produk bersangkutan dibuat di U.S.A., yang mungkin dapat mengecoh petugas bea cukai, tetapi yang lebih penting adalah dapat melawan stigma yang menyatakan bahwa produk buatan Jepang bermutu rendah.[6]

Bagaimanapun juga, desa Usa, di Prefektur Ōita, memang bernama demikian sebelum perang dimulai, karena daerah tersebut terkait dengan Kuil Usa sejak abad ke-8.[7] Selain itu, Usa bukanlah pusat besar perekonomian besar.[6]

Legenda urban kutukan sunting

Iklan Kleenex terkutuk sunting

 
Cuplikan tayangan iklan Kleenex yang diduga terkutuk.

Tahun 1980-an, Kleenex merilis tiga iklan berbahasa Jepang untuk produk tisunya, menampilkan seorang wanita berpakaian mirip toga berwarna putih dan seorang anak kecil yang mengenakan kostum oni (setan Jepang), duduk di atas jerami. Iklan tersebut diiringi lagu "It's a Fine Day" oleh Jane & Barton. Banyak pemirsa yang merasa terganggu dengan iklan tersebut. Beberapa mengeluh bahwa lagu yang dimainkan terdengar seperti teluh Jerman,[8] meskipun liriknya berbahasa Inggris. Karena keadaannya yang tidak menyenangkan, beberapa rumor terkait para pelaku di balik layar beredar, seperti kru yang tewas dalam kecelakaan, dan pemeran utamanya, Keiko Matsuzaka dikabarkan meninggal, dibawa ke rumah sakit jiwa, atau mengandung anak setan.[9]

Kutukan Taman Inokashira sunting

Di Taman Inokashira, Tokyo, ada suatu danau dan penyewaan perahu dayung bagi para pengunjung. Diyakini bahwa bila sepasang kekasih menaiki perahu bersama-sama maka hubungan mereka akan segera berakhir.[10] Legenda tersebut dihubungkan dengan suatu kuil di dekatnya yang didedikasikan untuk Benzaiten. Diyakini ia sangat pencemburu dan memutuskan hubungan pasangan kekasih yang menaiki perahu.[11]

Kutukan Kamar Merah sunting

Kisah Kamar Merah adalah legenda internet mengenai pop-up yang muncul di tampilan layar komputer korbannya. Tampilannya hanya menampakkan suatu pintu merah dan rekaman suara "Apakah kamu suka ——?" (あなたは——好きですか?, "Anata wa —— suki desuka?"). Pop-up tersebut terus muncul bahkan bila berusaha ditutup berkali-kali sampai akhirnya pertanyaan terdengar lengkap: "Apakah kamu suka kamar merah?" (あなたは赤い部屋が好きですか?, "Anata wa akai heya ga suki desuka?"). Orang yang melihat pop-up tersebut ditemukan tewas, sementara tembok kamarnya dicat merah dengan menggunakan darahnya sendiri. Legenda tersebut berawal dari animasi flash tentang seorang anak laki-laki yang dikutuk setelah menyaksikan pop-up tersebut, dan menjadi terkenal setelah ditemukan bahwa gadis yang menggorok temannya sendiri di Sasebo tahun 2004 memarkahi situs video tersebut dan menjadi penggemarnya.[12]

Legenda urban supranatural sunting

Gozu (kepala sapi) sunting

Gozu (午頭) atau Kepala Sapi, adalah suatu judul kisah dalam legenda urban Jepang. Legenda tersebut bercerita tentang suatu rombongan murid sekolah yang melakukan perjalanan darmawisata. Saat para murid merasa bosan di tengah perjalanan, seorang guru yang bersemangat untuk menceriakan murid-muridnya memutuskan untuk mengisahkan beberapa cerita seram. Para murid menikmati ceritanya namun saat sang guru mulai kehabisan cerita untuk disampaikan, tiba-tiba ia bertanya apakah ada yang pernah mendengar kisah "Kepala Sapi". Tiada yang mengetahui cerita tersebut. Akhirnya sang guru pun bercerita. Awalnya, para murid menikmati cerita tersebut dengan sungguh-sungguh, tetapi perlahan-lahan, banyak yang ketakutan. Beberapa murid memohon agar sang guru menghentikan ceritanya namun sang guru tampak seperti sedang kesurupan dan tak mau berhenti bercerita. Beberapa saat kemudian, akhirnya sang guru sadar dan mendapati bahwa bus berhenti di tengah jalan. Para murid dalam keadaan kejang, mata mereka menjuling ke atas, mulut mereka berbuih, dan sang sopir mengalami kondisi yang sama. Semuanya masih hidup, tetapi sang guru tak mampu mengingat kisah yang ia ceritakan, dan tak ada yang dapat menceritakan bagaimana kisah "Kepala Sapi" tersebut. Menurut versi lain, siapa pun yang mendengar cerita tersebut tidak akan mampu untuk menceritakannya kembali karena akan segera menemui ajal. Menurut rumor, kisah terkutuk tersebut merupakan sepenggal kisah karya penulis fiksi ilmiah, Sakyo Komatsu yang tak dipublikasikan, tetapi tidak ada bukti bahwa penulis tersebut terlibat dalam legenda Kepala Sapi.[13] Ada cerita rakyat Ukraina yang berjudul Kepala Sapi, tentang gadis yang mendapatkan keberuntungan setelah mempersembahkan makanan dan tempat tinggal kepada kepala sapi yang mengunjunginya di suatu malam,[14] namun kisah tersebut tidak mungkin dapat menimbulkan kepanikan atau histeria bagi para pendengarnya. Ada juga film Jepang tahun 2003 berjudul Gozu, disutradarai oleh Takashi Miike yang meskipun mengumbar kekerasan dan adegan tak masuk akal, tidak ada kaitannya dengan legenda Kepala Sapi tersebut.

Jinmenken (anjing berwajah manusia) sunting

 
Seekor monyet Jepang yang berjalan dengan empat anggota badan, menyerupai hewan berkaki empat. Diduga penampakan monyet Jepang dikelirukan sebagai sosok Jinmenken.

Jinmenken (人面犬) adalah anjing dengan wajah manusia yang diyakini muncul pada malam hari di area pemukiman di Jepang dan berlari menyusuri jalan raya dengan kecepatan luar biasa. Jinmenken juga dapat berbicara, tetapi konon mereka akan berbicara kasar atau meminta agar dibiarkan sendiri. Tidak seperti kebanyakan legenda urban Jepang, anjing berwajah manusia tidak dikenal sebagai pembunuh orang yang berjumpa dengannya, meskipun konon mereka adalah hasil penelitian ilmiah yang berhasil kabur atau hantu dari para korban kecelakaan di jalan.[15] Ada spekulasi bahwa saksi mata yang mengaku telah melihat jinmenken sesungguhnya bertemu dengan monyet Jepang, yang tampak seperti berjalan dengan empat kaki, berbulu seperti anjing, berwajah dan hidung mirip manusia yang mungkin diduga sebagai jinmenken.[15]

Jubah Merah sunting

Jubah Merah (赤マント, Aka manto) adalah hantu yang menghantui kamar mandi, biasanya pada bilik terakhir di kamar mandi perempuan. Beberapa versi menyebutkan bahwa ia mengenakan topeng untuk menutupi wajahnya yang sangat tampan. Saat korban berada di toilet, suara misterius akan bertanya apakah mau kertas merah atau kertas biru. Jika menjawab kertas merah, maka korban akan dibunuh dengan kejam hingga bersimbah darah. Jika menjawab biru, maka korban akan dicekik atau darahnya dikuras sampai habis, sehingga wajah/kulit korban berwarna biru pucat. Jika menjawab dengan warna lainnya maka akan muncul tangan (kadang kala menyembul dari toilet yang sedang dipakai), yang akan menyeret korbannya ke dunia lain. Dalam versi lainnya, si hantu hanya bertanya apakah korbannya mau memakai jubah merah dan bila mengiyakan maka ia akan mencabik kulit korbannya.[16] Ia bisa juga bertanya kepada korbannya apakah mau baju merah atau biru.[17] Jawaban yang dapat menyelamatkan nyawa korbannya adalah dengan menolak tawarannya.

Kokkuri-san sunting

Kokkuri (狐狗狸) adalah permainan Ouija versi Jepang, yang menjadi populer selama zaman Meiji.[18] Para pesertanya menulis huruf-huruf hiragana dan meletakkan tangan mereka pada sekeping uang, sebelum mengajukan pertanyaan kepada 'Kokkuri-san' (こっくりさん). Permainan ini populer di kalangan anak sekolah menengah[19] dan—seperti Ouija—ada beberapa rumor dan legenda terkait dengannya. Ada cerita bahwa Kokkuri-san hanya memberitahu para peserta mengenai tanggal kematian mereka, sementara ada cerita yang menyatakan bahwa Kokkuri-san dapat ditanyai tentang berbagai hal namun peserta harus menamatkan permainan dengan langkah yang benar, dapat dengan cara mengucapkan selamat tinggal kepada Kokkuri-san sebelum meninggalkan meja, atau membuang peralatan permainan kokkuri dalam batas waktu tertentu, seperti membelanjakan uang yang dipakai atau menggunakan pena yang dipakai menulis hiragana. Kegagalan untuk melakukannya akan mengakibatkan kemalangan atau kematian bagi para pemain.

Kuchisake-onna (perempuan bermulut robek) sunting

 
Diagram kemungkinan pembicaraan dengan Kuchisake-onna dan konsekuensinya, menurut legenda.

Di Jepang, anak-anak yang pulang sendirian di malam hari mungkin saja bertemu dengan seorang wanita yang mengenakan masker, tetapi ini merupakan pemandangan yang biasa di sana sebab orang-orang memakainya untuk mencegah penularan pilek dan penyakit lainnya. Namun wanita yang tak lazim akan mencegat dan bertanya, 'Apakah aku cantik?' Bila korban berkata tidak, ia akan membunuh korbannya dengan gunting yang selalu ia bawa, tetapi kebanyakan anak akan berkata iya, yang akhirnya akan muncul pertanyaan 'Meskipun begini?' sembari membuka masker untuk memperlihatkan bahwa ujung mulutnya robek sampai ke telinga. Wanita tersebut dikenal sebagai "Kuchisake-onna" (口裂け女) atau "Wanita bermulut robek". Tak peduli apakah korbannya berkata ya atau tidak, si wanita pasti membunuh mereka. Jika berkata tidak, korbannya akan ditebas, dan jika berkata ya, ia akan merobek mulut korbannya agar menyerupai dirinya.[20] Untuk dapat kabur dari Kuchisake-onna, korban dapat menanggapinya dengan jawaban "Biasa saja" atau "Lumayan", dan korban dapat lari sementara ia kebigungan, atau korban dapat melemparkan beberapa buah atau manisan agar dipungut olehnya, sehingga memberi kesempatan untuk lari bagi para korbannya. Versi lain menyatakan bahwa jika korban mengajukan pertanyaan yang sama maka ia akan bingung lalu pergi.[21]

Penumpang fatal sunting

Kisah ini mengenai seorang sopir taksi yang berkendara mencari penumpang di waktu malam. Menurut cerita, seseorang tiba-tiba muncul di kegelapan malam dan memanggil taksi. Orang tersebut minta diantarkan ke tempat yang belum pernah didengar sebelumnya oleh si sopir. Saat si sopir mengaku tidak tahu, ia diyakinkan oleh si penumpang bahwa jalan menuju ke sana akan diberitahu. Si penumpang menunjukkan arah dan jalan yang sangat berbelit-belit, melewati gang dan jalan kecil, melintasi banyak pemukiman dan bahkan keluar kota hingga menuju wilayah pedesaan. Setelah melakukan perjalanan jauh dan tampaknya tak kunjung dekat dengan tujuan, si sopir merasa gelisah. Ia menoleh ke belakang untuk bertanya mengenai posisi mereka, tetapi merasa terkejut saat tahu bahwa si penumpang telah lenyap. Si sopir kembali menoleh ke depan dan mendapati bahwa mobilnya sedang mengarah ke tepi jurang.[21]

Teke Teke sunting

Teke Teke (テケテケ) adalah hantu gadis yang jatuh di atas rel dan tubuhnya terpotong oleh kereta yang melintas. Setelah menjadi hantu penasaran, ia membawa sabit dan berjalan dengan tangan atau sikunya, dan gesekan tubuhnya saat diseret menghasilkan bunyi teke teke. Jika ia bertemu seseorang di malam hari dan korbannya tidak berlari cukup cepat, ia akan memotong tubuh korbannya jadi dua bagian agar menyerupai bentuk tubuhnya.[17] Dalam suatu versi dikisahkan mengenai seorang siswa yang baru pulang dari sekolah pada malam hari. Ia melihat sesosok gadis bersandar pada sebuah jendela. Saat si gadis menyadari kehadiran siswa tersebut, ia melompat dari jendela lalu jatuh di hadapan pemuda tersebut, dan terungkap bahwa tubuhnya hanya separuh. Kemudian ia memotong tubuh pemuda tersebut menjadi dua.[22]

Toire no Hanako-san (Hanako-san di toilet) sunting

Toire no Hanako-san (トイレの花子さん) adalah legenda terkenal yang berkaitan dengan sekolah dasar di Jepang. Legenda tersebut mengenai hantu yang diduga sebagai arwah seorang murid yang bunuh diri karena ditindas murid lain ("ijime"). Hantu ini juga diketahui hanya muncul tanpa alasan yang jelas. Hanako-san adalah sebuah legenda populer di sekolah dasar di Jepang, dan diyakini menghantui bilik keempat dalam kamar mandi perempuan. Dengan sepasang mata bersinar tajam, hantu tersebut menakut-nakuti setiap orang yang menatapnya. Tidak diketahui apakah jahat atau kejam, Hanako-san hanyalah hantu menyeramkan yang menakut-nakuti korbannya.[21]

Dalam media sunting

Legenda urban populer di Jepang, dan sering disajikan dalam bentuk film, anime, dan manga, menunjukkan bagaimana sosok mereka bertahan dalam imajinasi umum.

Film sunting

Kuchisake-onna

  • Kuchisake-onna (1996)
  • Kannô byôtô: nureta akai kuchibiru (2005)
  • Carved (2007)
  • Kaiki toshi-densetsu - Kuchisake-onna (2008)
  • The Slit-Mouthed Woman 0: The Beginning (2008)

Hanako-san of the Toilet

  • Hanako (1995)
  • Gakkou no Kaidan (1995)
  • Shinsei toire no Hanako-san (1998)

Teketeke

  • Teketeke (2009)
  • Teketeke 2 (2009)
  • Otoshimono (2006) adalah versi lain tentang Teke Teke

Lainnya

Seri televisi sunting

  • Legenda Kuchisake-Onna muncul dalam seri televisi "Guren Onna".
  • Dalam suatu episode "Honto ni Atta Kowai Hanashi" dikisahkan legenda penumpang fatal.

Manga dan anime sunting

Beberapa manga horor, biasanya berupa antologi, memuat legenda urban yang disajikan dalam artikel ini, bersama dengan beberapa rumor tak jelas dan kisah asli.

Manga Kuchisake-onna

  • Kuchisake Onna
  • Kuchisake Onna Densetsu

Legenda lain

Lihat pula sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ http://bldgblog.blogspot.com/2006/03/tokyo-secret-city.html
  2. ^ http://pinktentacle.com/2010/02/now-hiring-part-time-cadaver-cleaners/
  3. ^ a b Richie, Donald (2006). Japanese Portraits: Pictures of Different People. Tuttle Publishing. hlm. 85. ISBN 0804837724. 
  4. ^ a b Dalby, Liza Crihfield (1983). Geisha. University of California Press. hlm. 318. ISBN 0520047427. 
  5. ^ Shōichi, Inoue (2002). パンツが見える。: 羞恥心の現代史 (dalam bahasa Japanese). Asahi shimbun. ISBN 402259800X. 
  6. ^ a b "Made in USA". Snopes. January 16, 2007. Diakses tanggal 6 March, 2012. 
  7. ^ Ponsonby-Fane, Richard. (1962). Studies in Shinto and Shrines, p. 195.
  8. ^ http://pinktentacle.com/2010/03/cursed-kleenex-commercial/
  9. ^ http://www.moroha.net/blog/archives/59
  10. ^ http://www.mustlovejapan.com/subject/inokashira_park/
  11. ^ http://pinktentacle.com/2010/02/rent-a-rowboat-wreck-a-relationship/
  12. ^ "殺害手口、参考の可能性 ネットの物語掲載サイト" (dalam bahasa Japanese). Nagasaki Shimbun. 2004-06-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-06-18. Diakses tanggal 2008-06-23. 
  13. ^ http://pinktentacle.com/2010/03/cow-head/
  14. ^ http://americanfolklore.net/folklore/2010/07/cows_head.html
  15. ^ a b http://www.cryptomundo.com/cryptozoo-news/jinmenken/
  16. ^ http://www.scaryforkids.com/red-cloak/
  17. ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-27. Diakses tanggal 2012-04-26. 
  18. ^ https://archive.today/20120721124929/search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20050607zg.html
  19. ^ http://www.obakemono.com/cgi-bin/yabb/YaBB.cgi?board=youkai;action=display;num=1248666716
  20. ^ http://pinktentacle.com/2007/07/video-severed-mouth-woman/
  21. ^ a b c Fitch, L: Have you heard the one about..? A look at some of Japan's more enduring urban legends. Japan Times Online, 2005. https://archive.today/20120721124929/search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20050607zg.html
  22. ^ http://www.scaryforkids.com/tek-tek/
  23. ^ http://www.liveleak.com/view?i=37e_1178742040

Referensi sunting

  • Ballaster, R. (2005), Fables Of The East, Oxford University Press 
  • Gould, R. J. (2003), Japan Culture Research Project 2003 Topic: Youkai and Kaidan (PDF), diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-11-24, diakses tanggal 2012-04-26 
  • Hearn, L. (2005), Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things, Tuttle Publishing 
  • Phillip, N. (2000), Annotated Myths & Legends, Covent Garden Books 
  • Tyler, R. (2002), Japanese Tales (Pantheon Fairy Tale & Folklore Library), Random House USA Inc 
  • Yoda, H; Alt, M. (2008), Yokai Attack! The Japanese Monster Survival Guide, Kodansha International 

Pranala luar sunting