Bing Slamet

pemeran laki-laki asal Indonesia

Bing Slamet (27 September 1927 – 17 Desember 1974) yang dilahirkan dengan nama Ahmad Syech Albar[1] adalah salah satu maestro lawak Indonesia pada masanya bersama Kwartet Jaya, grup yang terdiri dari Bing Slamet, Ateng, Iskak dan Eddy Sud. Namanya sebenarnya pertama kali berkibar ketika bergabung dengan grup musik Eka Sapta yang dimulai pada tahun 1963, bersama beberapa nama terkenal seperti Yamin Wijaya, Ireng Maulana, Itje Kumaunang, Benny Mustapha dan Idris Sardi. Selain itu sejak bermain peran tokoh antagonis dalam dua film Tiga Buronan (1957) dan Bing Slamet Setan Djalanan (1972) serta banyak film-film komedi pada era tahun 1960-an dan 1970-an. Untuk mengenang kepergiannya, Titiek Puspa menciptakan lagu berjudul Bing.

Bing Slamet
LahirAhmad Syech Albar
(1927-09-27)27 September 1927
Cilegon, Hindia Belanda
Meninggal17 Desember 1974(1974-12-17) (umur 47)
Jakarta, Indonesia
Pekerjaan
Suami/istriRatna Komala Furi
Anak
Orang tuaRintrik Achmad
Karier musik
Genre
Tahun aktif1939–1974
Label
Artis terkait

Awal Karier sunting

Ayahnya seorang mantri pasar bernama Rintrik Achmad. Bing Slamet seolah dilahirkan sebagai penghibur yang bertugas menghibur siapa saja. Bahagia dan gelak tawa kelak merupakan jasa yang ditampilkan Bing dalam kesempatan apa saja termasuk menghibur para pejuang dengan berkeliling Indonesia antara kurun waktu 1942-1945. Di balik corong mikrophone radio, Bing bahkan tampil sebagai agitator yang menyemangati pejuang menghalau kaum penjajah.

Sejak tahun 1939, dalam usia 12 tahun, Bing Slamet telah ikut mendukung Orkes Terang Bulan yang dipimpin Husin Kasimun. Bakat seninya yang luarbiasa mulai terlihat di sini. Setahun menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Bing ikut bergabung dengan kelompok teater Pantja Warna.

Tampaknya, seni merupakan dunia yang dipeluk Bing Slamet. Ia bahkan menampik keinginan orang tuanya yang mendamba sang putera tercinta untuk menjadi dokter maupun insinyur. Walau sempat mengenyam bangku HIS Pasundan, HIS Tirtayasa, Sjugakko, dan STM Pertambangan. Pilihan Bing bulat: mengabdi untuk seni.

Bing Slamet lalu bergabung pula pada Divisi I Brawijaya sebagai Barisan Penghibur. Di sini, kemampuannya bermusik dan melawak mulai terasah. Seolah tanpa pamrih, Bing lalu bersedia ditempatkan di kota mana saja. Bing yang mulai masuk Radio Republik Indonesia (RRI) kemudian ditempatkan di Yogyakarta dan Malang. Ia pun sempat bergabung di Radio Perjuangan Jawa Barat.

Pada tahun 1949, untuk pertama kali suara baritone Bing Slamet menghiasi soundtrack film Menanti Kasih yang dibesut Mohammad Said dengan bintang A. Hamid Arief dan Nila Djuwita.

Kariernya di bidang tarik suara sebetulnya terlecut ketika memasuki dunia radio. Di RRI, Bing Slamet banyak menyerap ilmu dan pengalaman dari pemusik Iskandar dan pemusik keroncong tenar, M Sagi, serta sahabat-sahabat musikal lainnya seperti Sjaifoel Bachrie, Soetedjo, dan Ismail Marzuki. Dan, yang banyak memengaruhinya adalah penyanyi Sam Saimun yang dikenalnya sejak bertugas di Yogyakarta pada tahun 1944. Bagi Bing, Sam Saimun adalah tokoh penyanyi panutannya. Tak sedikit yang menyebut timbre vokal Bing sangat mirip dengan Sam Saimun.

Dan dia meninggal di Jakarta pada tanggal 17 Desember 1974 karena penyakit liver yang ia derita. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia sempat bermain film terakhirnya berjudul Bing Slamet Koboi Cengeng yang dibintangi oleh Ateng dan Iskak.

Main film & Rekaman sunting

Pada tahun 1950, Bing mulai menjejakkan kaki di dunia sinema sebagai aktor meningkat seiring banyaknya tawaran bermain kepadanya. Berbagai Bing peran telah dilakoninya, termasuk pengamen bermain sebagai gerombolan yang berwibawa, militer, dokter, juga sebagai komedian dan tokoh antagonis. Antara tahun 1950 sampai 1952, Bing Slamet aktif pada Dinas Angkatan Laut Surabaya dan Jakarta. Pada tahun 1952 saat Bing ditempatkan lagi di Jakarta, dia bergabung di RRI Jakarta dan mulai aktif mengisi acara bersama Adi Karso. Bakat dan kemapuan musiknya mulai memuncak saat bergabung di RRI hingga tahun 1962.

Pada tahun 1955, Bing Slamet mulai menoreh prestasi dengan menjadi juara Bintang Radio untuk jenis Hiburan. Piringan Hitam Bing pun mulai dirilis pada label Gembira Record dan Irama Record. Ia terampil menyanyikan langgam keroncong hingga pop dan jazz. Selain menyanyi, Bing pun memainkan gitar sekaligus menulis lagu. Salah satu tembang pertama yang ditulisnya bersama gitaris jazz, Dick Abell, adalah 'Cemas' .

Lalu, bermunculanlah lagu-lagu karya Bing Slamet lainnya, semisal 'Hanya Semalam', 'Risau', 'Padamu', 'Murai Kasih', hingga 'Belaian Sayang'. Lagu yang disebut terakhir dianggap sukses di mata khalayak. Bing Slamet bisa menyanyikan dengan fasih lagu berbahasa Minang 'Sansaro',dengan luwes Bing menyanyikan lagu 'Selayang Pandang' dari ranah Melayu. Bing adalah penyanyi serba bisa yang memiliki fleksibiltas tak tertandingi.

Rekaman rekaman single Bing Slamet pada era 50-an diiringi oleh Orkes Keroncong M Sagi dan Irama Quartet yang didukung Nick Mamahit (piano), Dick Abell (gitar), Max Van Dalm (drum), dan Van Der Capellen (bas). Bing Slamet pun membangun sebuah kelompok musik yang diberi nama Mambetarumpajo, merupakan akronim dari Mambo, Beguine, Tango, Rhumba, Passo Double, dan Joged, yang saat itu adalah jenis musik untuk mengiringi dansa.

Bing Slamet telah menjejakkan kakinya sebagai pemain film dimulai melalui peran antagonisnya dalam Tiga Buronan (1957). Tak disangka, berkat Bing Slamet peran antagonis dalam film tersebut, Bing berhasil menarik perhatian banyak kalangan dan pamornya semakin meningkat tajam. Di film berating tinggi yang kemudian dibuat sekuelnya itu, Bing beradu akting dengan orang dewasa kala itu Bambang Irawan. Pasca vakum karena kesibukan pada tahun 1972 Bing kembali melalui peran antagonisnya Bing Slamet Setan Djalanan (1972) yang disutradarai Hasmanan.

Pada tahun 1963, pria ini membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Eka Sapta dengan pendukungnya, antara lain Bing Slamet (gitar, perkusi, vokal), Idris Sardi (bass,biola), Lodewijk Ireng Maulana (gitar, vokal), Benny Mustapha van Diest (drum), Itje Kumaunang (gitar), Darmono (vibraphone), dan Muljono (piano). Eka Sapta menjadi fokus perhatian, karena keterampilannya memainkan musik yang tengah tren pada zamannya. Eka Sapta lalu merilis sejumlah album pada label Bali Record, Canary Record, dan Metropolitan Records, yang kelak berubah menjadi Musica Studio's. Eka Sapta adalah kelompok musik pop yang terdepan di negeri ini pada era 60-an hingga awal 70-an.

Bing Slamet hebatnya mampu membagi konsentrasi antara bermain musik, menyanyi, bikin lagu, melawak, dan main film layar lebar. Setidaknya ada 20 film layar lebar yang dibintanginya, mulai dari era film hitam putih hingga berwarna. Bing pun tercatat beberapa kali membentuk grup lawak antara era 50-an hingga 70-an di antaranya Trio Los Gilos, Trio SAE, EBI, dan yang paling lama bertahan adalah Kwartet Jaya bersama Ateng, Iskak, dan Eddy Soed.[2]

Wafat sunting

Bing Slamet meninggal pada Selasa, 17 Desember 1974 setelah berjuang melawan penyakit liver yang dideritanya selama 7 bulan.[3]

Kehidupan Pribadi sunting

 
Makam Bing Slamet di TPU Karet Bivak, Jakarta

Bing menikah dengan Ratna Komala Furi dan dikaruniai delapan anak yaitu:

Ratna Komala Furi adalah bibi dari Zerlita, isteri pertama musikus Idris Sardi.

Diskografi sunting

Album solo sunting

  • Menanti Kasih (Lokananta)
  • Nurlaila (Irama Records)
  • Puspa Ragam Lagu Indonesia No 49 'Seruan Gembala' (Irama -IRA 65)
  • Puspa Ragam Lagu Indonesia No 50 'Aju Kesuma' (Irama -IRA 66)
  • Kr Moritsu - Bing Slamet dan Orkes Kerontjong M Sagi (Irama - IRK 125-1)
  • Es Lilin/Panon Hideung - Bing Slamet & Melodi Ria (Gembira Records RN 003)
  • Souvenir Pemilu 1971 Feat. Pohon Beringin
  • Kisah Pasar Baru Feat. Pajung Fantasi (Irama Records)
  • Bing Slamet Tersayang - MGM Records
  • Romi dan Juli - Titiek Puspa & Bing Slamet (Canary Record TCC 1032)

Bersama Eka Sapta sunting

  • Burung Kutijija - Eka Sapta (Mutiara MEP 007)
  • Eka Sapta - Eka Sapta (Mutiara ML 1001)
  • Kasih Remadja - Eka Sapta (Bali Record BER 007)
  • Bing dan Giman Bernyanyi - Eka Sapta (Bali Record 008)
  • Varia Malam Eka Sapta Nonstop Revue (Bali Record BLM 7002)
  • Bing Slamet dan Eka Sapta - Eka Sapta (Bali Records BLM 7103)
  • Kerontjong – Eka Sapta (Canary 1970).
  • The Best Of Romantic Keronchong (Canary/Metropolitan 1972).
  • Album Kenang-kenangan Bing Slamet - Bali Record BCC01

Album bersama sunting

  • Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso (Irama LPI 17588) (1965)
  • GAJAH DUNGKUL - Titik Puspa, Bing Slamet dan Indonesia Tiga. (BALI record BLP 7005)
  • Mak Tjomblang - Bing Slamet dan Maya Sopha (Bali Record/Remaco)

Album kumpulan sunting

  • MERATAP SUNYI. (Ilhamku. -Irama. LPI. 17506)
  • ANEKA 12 Volume 5. (Feat. Nonton Bioskop; Sri Rahayu.-Remaco RLL-015)

Filmografi sunting

Film sunting

Tahun Judul Peran Keterangan
1952 Solo di Waktu Malam
1955 Di Simpang Djalan
1956 Melati Sendja
Pilihlah Aku
Radja Karet dari Singapura
Bing Slamet Bing Slamet
1957 Hari Libur Johan
Tiga Buronan Mat Codet
1959 Bing Slamet Tukang Betjak
1961 Amor dan Humor
Kisah Pelawak
1962 Bing Slamet Merantau
1966 Bunga Putih
Hantjurnya Petualang Pejabat
1967 2 x 24 Djam Bing
Juda Saba Desa Yuda
1972 Bing Slamet Setan Djalanan Bing Slamet Juga sebagai penata musik
1973 Ambisi
Bing Slamet Dukun Palsu Bing Slamet
Bing Slamet Sibuk
1974 Bing Slamet Koboi Cengeng

Prestasi dan pengakuan sunting

  • Untuk dedikasinya di bidang seni, Bing Slamet menerima Piagam Penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada tanggal 10 Juni 1972.
  • Pada saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Bing Slamet memperoleh Anugerah Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma di Istana Negara tanggal 7 November 2003.
  • Diabadikan oleh majalah Rolling Stone Indonesia sebagai salah satu dari The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008

Penghargaan dan nominasi sunting

Tahun Penghargaan Kategori Hasil
2018 Anugerah Musik Indonesia Legend Award Penerima

Lain Lain sunting

  • Bing Slamet adalah pengagum Bing Crosby. Saking kagumnya pada entertainer dunia itu, dia lalu menyusupkan nama Bing di depan namanya sendiri.
  • Dalam film Gie (2005) besutan sutradara Riri Riza, lagu Bing Slamet berjudul 'Gendjer Gendjer' yang terdapat pada album Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso dan dilarang oleh pemerintah dalam rezim Orde Baru, tampil nyaris utuh dalam adegan yang memperlihatkan situasi politik di Jakarta pada era 60-an.
  • Iring-iringan mobil dan motor sepanjang 4 kilometer mengantarkan jenazahnya ke pemakaman Karet siang 18 Desember 1974.
  • Beberapa penyanyi semisal Glenn Fredly, Dewi Sandra, Denny Wong Pitoe, Shelomita, dan Ruth Sahanaya, menafsir ulang lagu-lagu yang pernah dipopulerkan Bing Slamet. Lagu bertajuk 'Belaian Sayang' dibawakan lagi oleh duet Glen Fredly dan Dewi Sandra juga dilagukan Ruth Sahanaya. Shelomita bersama grup jazz Opustre melantunkan 'Payung Fantasy' karya Ismail Marzuki yang lekat dengan citra Bing Slamet di akhir era 50-an. Denny Wong Pitoe malah mencoba menjadi impersonator Bing lewat 'Nurlaila', lagu yang pertamakali dinyanyikan Bing Slamet dalam film Bing Slamet Tukang Betjak (1959).
  • Karakter Bing Slamet sempat dimunculkan dalam "Serial Musikal Payung Fantasi" yang ditayangkan di kanal YouTube "Indonesia Kaya" pada 27 Oktober 2022. Karakter tersebut diperankan oleh penyanyi Afgansyah Reza.

Referensi sunting

  1. ^ M.,, Nugroho, Kelik. Almanak musik Indonesia, 2005-2015. Tangerang Selatan. ISBN 9786027365407. OCLC 950881201. 
  2. ^ http://dennysak.multiply.com/journal/item/19/BING_SLAMET_ULANG_TAHUN_27_SEPTEMBER[pranala nonaktif permanen] Bing Slamet Ulang Tahun 27 September, diakses 17 September 2008
  3. ^ "Mengenang Pelawak Legendaris Bing Slamet sang Seniman Serba Bisa". iNews.ID. 2021-07-31. Diakses tanggal 2022-03-16. 

Pranala luar sunting