Gereja Trinitas, Cengkareng

gereja di Jakarta

Gereja Trinitas adalah sebuah gereja paroki Katolik yang berlokasi di Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Jakarta. Gereja ini berada di bawah pengelolaan Keuskupan Agung Jakarta. Secara parokial, Gereja ini merupakan Paroki Cengkareng. Gereja Trinitas dinamai menurut Trinitas, suatu doktrin utama dalam iman Kristiani. Gereja ini berada dalam reksa pastoral tarekat Oblat Maria Imakulata.

Gereja Trinitas
Gereja Trinitas, Paroki Cengkareng
Tampak depan Gereja Trinitas pada tahun 2024
PetaKoordinat: 6°8′49.33216″S 106°43′30.20812″E / 6.1470367111°S 106.7250578111°E / -6.1470367111; 106.7250578111
LokasiJalan Utama III, No. 23, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, Jakarta
NegaraIndonesia
DenominasiGereja Katolik Roma
Jumlah anggota/umat9.200 (Februari 2018)
Situs webtrinitas.or.id
Arsitektur
StatusGereja paroki
Status fungsionalAktif
Administrasi
ParokiCengkareng
DekenatBarat II
Keuskupan AgungJakarta
ProvinsiJakarta
Klerus
Jumlah Imam2
Imam yang bertugasR.P. F.X. Rudi Rahkito Jati, O.M.I.
Imam rekanR.P. G. Basir Karimanto, O.M.I.

Sejarah

sunting

Sejarah awal

sunting

Pada awalnya Paroki Cengkareng merupakan bagian dari Gereja Santo Kristoforus, Grogol, yang pada saat itu dipimpin oleh R.P. Henricus Kemper, M.S.C. Pada tahun 1971, Uskup Agung Jakarta, Leo Soekoto, S.J. menyerahkan Stasi Cengkareng dan Stasi Kapuk kepada Paroki Tangerang, di mana jabatan pastor paroki pada masa itu diampu oleh R.P. Anton Mulder, S.J. Pendataan umat mulai dilakukan pada tahun 1972 oleh dua orang yang ditugaskan oleh Uskup Agung Soekoto, guna mengetahui kondisi umat di wilayah Stasi Cengkareng dan Stasi Kapuk. Pendataan dilakukan secara berjalan kaki dan mengunjungi dari rumah ke rumah.[1]

Pada tahun 1972, perayaan ekaristi bulanan juga mulai diselenggarakan di Kompleks Kodam Jaya di bilangan Kebon Jeruk, yang kemudian meningkat frekuensinya menjadi dua kali dalam satu bulan pada akhir tahun 1973. Beberapa pertemuan umat pada saat penyelenggaraan misa requiem bagi umat di kawasan Cengkareng, membuat umat dapat berkumpul dan membentuk komunitas. Sebuah sekolah kemudian didirikan di kawasan Cengkareng, yang merupakan bagian dari Perkumpulan Strada.[1]

Pendirian gereja dan paroki

sunting

Pada tahun 1974, Stasi Cengkareng mulai dikelola oleh para Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI). Imam OMI yang pertama bertugas adalah R.P. Patrick Moroney, O.M.I. Pada tanggal 1 Mei 1975, Stasi Cengkareng dipisahkan dari Paroki Tangerang. Setahun kemudian, mulai dilakukan pembelian tanah yang akan dibangun menjadi lokasi gereja. Pada 26 Mei 1978, nama pelindung paroki yang ditentukan adalah Trinitas. Beberapa kelompok umat dan kategorial kemudian mulai terbentuk. Pada 11 Juni 1978, Dewan Paroki dan Pengurus Gereja Dana Papa untuk Paroki Cengkareng dilantik oleh R.P. David Shelton, O.M.I.[1] Imam yang kemudian bertugas adalah R.P. John Petrus McLaughlin, O.M.I. yang bertugas sejak Agustus 1978.

Proses pembangunan gedung gereja dimulai dengan dibuatnya suatu Gedung Serba Guna. Perizinan gedung tersebut diajukan pada tahun 1982, tetapi izin yang diterbitkan oleh Gubernur Tjokropranolo menyatakan bahwa gedung tersebut tidak untuk kegiatan peragamaan. Permohonan izin gereja kemudian diajukan pada 3 Agustus 1984, yang dilengkapi dengan pengajuan IMB pada 21 Desember 1985. Gubernur Wiyogo Atmodarminto mengeluarkan surat Izin Pendahuluan Pembangunan Gereja pada 27 Januari 1987. Setahun berselang, melaluisurat dari Gubernur DKI Jakarta, diberikan izin penunjukkan penggunaan tanah. Peletakkan batu pertama dilaksanakan pada 19 November 1988. Dengan diterimanya izin pendahuluan IMB pada 3 Mei 1989, maka pembangunan gedung dimulai pada 21 Mei 1989. Pembangunan gedung gereja selesai pada 31 Januari 1990. Pada 21 Februari 1990, gedung gereja diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Wiyogo Atmodarminto, dan juga diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Leo Soekoto, S.J. Satu hari setelahnya, dilaksanakan misa penerimaan tahbisan imamat kepada R.P. F.X. Sudirman, O.M.I., yang merupakan imam ketiga OMI dari Indonesia.[2]

 
Aula Santo Eugenius de Mazenod.

Setelah pembangunan gedung gereja usia, dilakukan pendirian aula yang kemudian diberi nama 'Santo Eugenius de Mazenod' dan beberapa ruang kegiatan gereja yang selesai pada tahun 1997. Gedung tersebut diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. pada 11 Mei 1997. Untuk menampung umat yang kian hari kian membengkak jumlahnya, gedung gereja telah diperluas dengan penambahan sayap kiri, kanan dan depan gedung. Sejak akhir tahun 2002, tenda permanen yang memakan lahan parkir sebelah kanan gereja diterpasang. Tenda ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jumlah umat yang melebihi kapasitas gedung gereja pada perayaan besar Gereja. Pada tempo 2012 hingga 2014, Gereja Trinitas sempat mengalami renovasi. Pada 21 Juni 2014, renovasi Gereja Trinitas diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo.

Pemekaran

sunting

Pada tahun 1981, bagian selatan Daan Mogot dimekarkan untuk membentuk suatu paroki tersendiri, yang kemudian dibangun dan dikenal sebagai Gereja Santo Thomas Rasul, Bojong Indah. Pada awal tahun 1999, Paroki Cengkareng membeli suatu tanah di kawasan Kalideres. Di atas tanah tersebut kemudian berdiri Gereja Santa Maria Imakulata, Kalideres. Paroki Kalideres kemudian dimekarkan dari Paroki Cengkareng pada tahun 2015.[3] Pada tahun 2002, di kawasan Taman Bandara juga dibeli sebuah tanah yang kemudian menjadi Kapel Santo Vincentius Pallotti. Saat ini kapel tersebut merupakan bagian dari Paroki Kalideres.

Bangunan

sunting

Di dalam gereja, terdapat 14 gambar perhentian Jalan Salib yang dipasang di dinding seputar gereja bagian dalam. Selain itu, terdapat juga 12 buah lukisan kaca yang dibagi menjadi dua seri, yang menggambarkan sejarah/kisah penciptaan, karya Kristus di dunia, perkembangan Gereja hingga terakhir, serta gambar Monumen Nasional (Monas) yang menunjukkan keberadaan gedung gereja di wilayah kota Jakarta.[1]

Sisi kiri Sisi kanan
  • "Allah Tritunggal Sang Pencipta"
  • "Yesus Dibaptis"
  • "Yesus Memanggil Para Rasul untuk Mengikuti-Nya"
  • "Yesus Mengajar Para Rasul"
  • "Yesus Menyembuhkan Orang Sakit"
  • "Yesus Mengampuni Orang Berdosa"
  • "Yesus Bangkit"
  • "Pentakosta"
  • "Perkembangan Gereja"[a]
  • "Perkembangan Gereja di Indonesia"[b]
  • "Keadaan Gereja di Ibu Kota Jakarta"
  • "Gereja Katolik Trinitas, Paroki Cengkareng"
Penjelasan
  1. ^ Pada lukisan ini digambarkan Santo Fransiskus Xaverius yang mewartakan Kabar Baik kepada umat di Indonesia.
  2. ^ Seorang imam di Indonesia sedang melanjutkan misi Gereja.
 
Lukisan kaca pada pintu utama gereja.

Di atas pintu utama gedung gereja, terdapat sebuah lukisan kaca berupa lambang kuno dari Trinitas. Pelukis gambar yang berasal dari Rusia dan hidup pada abad ke-14 menggambarkan Trinitas sesuai dengan peristiwa yang diambil dari Kitab Kejadian (18:1-15). Gambar ini telah diberi beberapa judul, salah satunya adalah "Pertemuan Ilahi". Tiga orang duduk di sekitar meja, Mereka saling memandang yang menunjukkan kesatuan-Nya.

 
Salib pada panti imam.

Panti imam terdapat sejajar/lurus dari pintu utama. Meja altar dibuat lebih tinggi sebagai simbolisasi Gunung Kalvari, tempat Yesus dikurbankan. Altar ini didedikasikan/diberkati oleh Uskup Agung Soekoto. Salib yang ada di panti imam merupakan salib yang digunakan pada saat perayaan ekaristi di Stadion Utama Gelora Bung Karno dalam rangka kunjungan apostolik Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Salib ini didupai dalam perayaan ekaristi tersebut. Salib ini dipersiapkan oleh Paroki Cengkareng. Pada pengembangan awalnya, salib ini dikerjakan dalam waktu sekitar 40 hari, dan dikerjakan secara terpotong-potong oleh para pemahat asal Desa Mas, Bali.[4] Setelah perayaan ekaristi tersebut, salib dibawa ke Gereja Trinitas dan dirangkai kembali. Bentuk salib tersebut dibuat menyerupai salib pada tongkat gembala (ferula) Paus Yohanes Paulus II. Wajah Yesus digambarkan menoleh ke kiri berdasarkan inspirasi pada Injil Yohanes (19:26-27) saat Yesus menyerahkan ibu-Nya, Maria, kepada para murid.

 
Panti imam.

Pada panti imam juga terdapat tabernakel untuk menyimpan hosti yang telah diberkati dengan kaki dian, suatu lampu berwarna merah yang menyala saat terdapat Sakramen Mahakudus di dalam tabernakel. Terdapat pula gong dan sebuah bejana permandian. Selain itu, juga terdapat dua buah mimbar di sekitar panti imam. Di belakang panti imam terdapat sakristi sebagai lokasi persiapan bagi imam dan para petugas liturgi dan juga menyimpan peralatan liturgi.

Tarekat

sunting

Paroki Trinitas dilayani oleh imam-imam dari Kongregasi Oblat Maria Imakulata (OMI). Dua orang imam OMI yang saat ini bertugas di Gereja Trinitas adalah R.P. F. X. Rudi Rahkito Jati, O.M.I. dan R.P. Gregorius Basir Karimanto, O.M.I. Selain itu, terdapat juga para suster dari Kongregasi Amalkasih Darah Mulia (ADM) dan Jesus Maria Joseph (JMJ). Kongregasi ADM mulai bertugas di Gereja Trinitas sejak tahun 1980. Permintaan sebelumnya diajukan pada tahun 1975, tetapi jumlah suster yang ada masih mengalami keterbatasan.[5] Para suster JMJ mulai masuk ke Gereja Trinitas pada tahun 1985.[1]

Referensi

sunting

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting