Keuskupan Agung Jakarta

Wilayah Administratif Gereja Katolik Roma di Indonesia

Keuskupan Agung Jakarta adalah wilayah formal Gereja Katolik Roma yang tertua di Indonesia. Keuskupan ini mencakup seluruh wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (kecuali Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan), Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi.

Keuskupan Agung Jakarta

Archidioecesis Giakartana
Katolik
Katedral Jakarta 2016 Bennylin 01.jpg
Coat of arms of Archdiocese of Jakarta.png
Lambang Keuskupan Agung Jakarta
Lokasi
Negara Indonesia
WilayahDaerah Khusus Ibukota Jakarta (kecuali Kelurahan Pondok Labu)
Jakarta
Sufragan
Dekanat
  • Jakarta Pusat
  • Jakarta Barat I
  • Jakarta Barat II
  • Jakarta Selatan
  • Jakarta Utara
  • Jakarta Timur
  • Tangerang I
  • Tangerang II
  • Bekasi
Kantor pusat
Jalan Katedral No. 7, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat 10710
Koordinat6°10′08″S 106°49′58″E / 6.168837°S 106.832817°E / -6.168837; 106.832817
Statistik
Luas10.775 km2 (4.160 sq mi)[2]
Populasi
- Total
- Katolik
(per 2017[1])
20496358
508,102 (2,47%)
Paroki68
Kongregasi273[1]
Imam73
Informasi
DenominasiKatolik Roma
Gereja sui iuris
Gereja Latin
RitusRitus Roma
Pendirian8 Mei 1807 (215 tahun, 300 hari)
sebagai Prefektur Apostolik Batavia
KatedralSanta Perawan Maria Diangkat ke Surga, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Kepemimpinan kini
PausFransiskus
Uskup agung
Ignatius Kardinal Suharyo[3]
Vikaris jenderal
R.D. Samuel Pangestu[4]
Vikaris episkopal
R.P. Yosephus Edi Mulyono, S.J.[5]
Vikaris yudisial
R.D. Yohanes Purbo Tamtomo[6]
Sekretaris jenderal
R.D. Vincentius Adi Prasojo[7]
EkonomR.D. Adrianus Steve Winarto[7]
Dekan
  • Jakarta Pusat: R.D. Charles Agustino Conrard Javlean
  • Jakarta Utara: R.P. Andre Delimarta, S.D.B.
  • Jakarta Timur: R.P. Blasius Sumaryo, S.C.J.
  • Jakarta Selatan: R.D. Antonius Pramono Wahyu Nugroho
  • Jakarta Barat I: R.P. Agustinus Purwantoro, S.J.
  • Jakarta Barat II: R.P. F.X. Rudi Rakhito Jati, O.M.I.
  • Bekasi: R.D. Yustinus Kesaryanto
  • Tangerang I: R.P. Stefanus Suwarno, O.S.C.
  • Tangerang II: R.P. Rafael Adi Pramono, O.S.C.
EmeritusJulius Kardinal Darmaatmadja, S.J.
(Uskup Agung Emeritus, 1996–2010)
Peta
Lokasi Keuskupan Agung Jakarta
Lokasi Keuskupan Agung Jakarta
Situs web
kaj.or.id

Garis waktuSunting

  • Didirikan sebagai Prefektur Apostolik Batavia pada tanggal 8 Mei 1807, memisahkan diri dari Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia.
  • Ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 3 April 1841
  • Berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Djakarta pada tanggal 7 Februari 1950
  • Ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Djakarta pada tanggal 3 Januari 1961
  • Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Paulus VI di Jakarta pada tanggal 3–4 Desember 1970[8]
  • Berganti nama menjadi Keuskupan Agung Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1973
  • Mendapat kunjungan pastoral dari Paus Yohanes Paulus II di Jakarta dalam rangkaian kunjungan ke Indonesia pada tanggal 9–14 Oktober 1989[9]

WaligerejaSunting

OrdinarisSunting

Prefek Apostolik Batavia
Vikaris Apostolik Batavia
Vikaris Apostolik Djakarta
  • Petrus Johannes Willekens, S.J. (7 Februari 1950 s.d. 23 Mei 1952, mengundurkan diri)
  • Adrianus Djajasepoetra, S.J. (18 Februari 1953 s.d. 3 Januari 1961, naik tingkat)
Uskup Agung Djakarta
  • Adrianus Djajasepoetra, S.J. (3 Januari 1961 s.d. 21 Mei 1970, pensiun)
  • Leo Soekoto, S.J. (21 Mei 1970 s.d. 22 Agustus 1973, berubah nama)
Uskup Agung Jakarta

Prelat titulerSunting

Vikaris Apostolik Koajutor Batavia
  • Petrus Maria Vrancken (4 Juni 1847 s.d. 19 April 1852, ganti jabatan)
Administrator Diosesan Vikaris Djakarta
  • R.P. C. Doumen, S.J. (23 Mei 1952 s.d. 18 Februari 1953, jabatan selesai)
Uskup Agung Koajutor Jakarta
  • Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo (25 Juli 2009 s.d. 28 Juni 2010, ganti jabatan)

SejarahSunting

Di Museum Nasional Indonesia di Jakarta disimpan sebuah batu besar yang awalnya ditanam di pantai Sunda Kelapa. Batu berpahatkan tanda salib bertahunkan 1522 ini adalah peringatan hubungan antara pelayaran Portugis dan kerajaan Pajajaran. Ini adalah tanda awal hadirnya Katolik di Jakarta kini.

Kemudian saat VOC berkuasa, 1619 hingga 1792, semua kegiatan Katolik dilarang,[butuh klarifikasi] dan para imam Katolik juga dilarang untuk berkarya di wilayah kekuasaan VOC di Batavia, bahkan seorang Jesuit Egidius d'Abreu, S.J. dibunuh pada tahun 1624.[butuh rujukan] Kegiatan Katolik hanya diijinkan di luar tembok Batavia bagi orang-orang keturunan Portugis dengan didirikannya Gereja Portugis di luar kota pada tahun 1696, kini menjadi Gereja Sion di Jl. P. Jayakarta. Keturunan Portugis ini juga diberi lahan bertani di daerah yang kini disebut daerah Tugu. Pada abad ke-18 ini VOC membebaskan imam-imam Katolik untuk singgah di Batavia untuk melayani umat-umat, baik yang keturunan Portugis maupun juga pegawai VOC. Pada masa Daendels barulah umat Katolik diijinkan untuk merayakan misa secara terbuka, dimulai dengan didirikannya Prefektur Apostolik Batavia, yaitu pecahan dari Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia (saat ini Keuskupan Saint-Denis di Réunion), pada tahun 1807. Daendels juga memberikan Gereja Katolik resmi pertama di Batavia pada tahun 1810 bertempat di Gang Kenanga Utara, daerah Senen sekarang (yang telah dibongkar pada tahun 1989). Pada tahun 1830 Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies menghibahkan tempat kediaman komandan tentara dan wakil gubernur jenderal kepada Prefektur Apostolik Batavia. Di lahan inilah kini berdiri Gereja Katedral Jakarta.

Secara resmi prefektur apostolik ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada tanggal 3 April 1842 yang meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda, dengan vikaris apostolik pertamanya, Mgr. Jacobus Grooff, yang dilantik pada tanggal 20 September 1842. Pada periode 1855 hingga 1948 wilayah Vikariat Apostolik Batavia semakin menyempit dengan didirikannya berbagai vikariat apostolik yang baru di luar Jawa dan di pulau Jawa sendiri.

Pada tahun 1856 suster-suster Ursulin mendirikan biara susteran pertama Groot Kloster di Batavia di Jl Juanda dilanjutkan biara keduanya Klein Klooster di Jl Pos pada tahun 1859 diikuti biara-biara Ursulin lain di daerah Jatinegara dan Kramat. Suster-suster dari Carolus Borromeus membuka Rumah Sakit Sint Carolus pada tahun 1919. Saat-saat awal tersebut, imam-imam Jesuitlah yang menyelenggarakan karya pastoral di wilayah Batavia baru kemudian dibantu oleh imam-imam Fransiskan pada tahun 1929 dan imam-imam dari Misionaris Hati Kudus (MSC) tahun 1932. Dalam bidang pendidikan, imam-imam Yesuit mendirikan Perkumpulan Strada tahun 1924. Sekolah pertamanya dibuka tahun itu juga di daerah Gunung Sahari. Pada tahun 1927 Perkumpulan Strada mendirikan sekolah menengah berasrama di Menteng yang kemudian menjadi Kolese Kanisius pada tahun 1932.

Pada masa pendudukan Jepang, Vikaris Apostolik Batavia saat itu Mgr. P. Willekens S.J. mengusahakan agar rumah sakit dan sekolah-sekolah Katolik untuk tetap beroperasi dan tetap melayani umat Katolik pada masa sulit tersebut.

Setelah Indonesia merdeka, Gereja Katolik mulai berkembang kembali. Jumlah umat semakin bertambah, demikian juga dengan jumlah paroki. Paroki Mangga Besar didirikan tahun 1946, paroki di Jl. Malang tahun 1948, paroki Tangerang tahun 1948. Pada tanggal 7 Februari 1950, nama Vikariat Apostolik Batavia diubah menjadi Vikariat Apostolik Djakarta dengan 12 paroki. Status Vikariat Apostolik kemudian ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung Djakarta pada tanggal 3 Januari 1961 dengan 2 keuskupan sufragan yaitu: Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor. Keuskupan saat itu memiliki 16 paroki. Pada Sesuai dengan perubahan ejaan bahasa, nama Keuskupan Agung Djakarta diubah menjadi Keuskupan Agung Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1973. Saat itu, jumlah paroki di keuskupan ini adalah 23 buah. Pada tahun 1980 terdapat 34 paroki, pada tahun 1988 terdapat 39 paroki, pada tahun 1990 terdapat 40 paroki, dan pada 2002 sudah terdapat 53 paroki dengan 411.036 orang umat yang dilayani oleh 277 imam. Pada tahun 2007 diperingati 200 tahun Gereja Katolik di Jakarta. Saat itu sudah terdapat 60 paroki. Puncak Perayaan Agung 200 tahun Gereja Katolik di Jakarta diselenggarakan di Istora Senayan pada tanggal 26 Mei 2007, yang dihadiri pula oleh sebagian besar para uskup di Indonesia.

ParokiSunting

Dekanat Jakarta PusatSunting

 
Tampak dalam Gereja Santo Ignatius Loyola – Paroki Jalan Malang, Jakarta Pusat.
 
Tampak luar Gereja Santa Theresia, Jakarta Pusat
Kota Administrasi Jakarta Pusat

Dekanat Jakarta Barat ISunting

Kota Administrasi Jakarta Barat
Kota Administrasi Jakarta Pusat
  • Paroki Cideng – Santa Maria Bunda Perantara
  • Paroki Kemakmuran – Bunda Hati Kudus

Dekanat Jakarta Barat IISunting

Kota Administrasi Jakarta Barat

Stasi Dadap - Santo Vincentius Palloti

Stasi Kodam - Santa Maria Ratu Surga

  • Paroki Grogol – Santo Kristoforus

Stasi Polikarpus

  • Paroki Kapuk – Santo Filipus Rasul
  • Paroki Kedoya – Santo Andreas
  • Paroki Kosambi Baru – Santo Matias Rasul
  • Paroki Meruya – Maria Kusuma Karmel
  • Paroki Tomang – Maria Bunda Karmel

Stasi Taman Anggrek - Santo Fransiskus Xaverius

Stasi Mediterania

Dekanat Jakarta SelatanSunting

Kota Administrasi Jakarta Selatan
  • Paroki Blok B – Santo Yohanes Penginjil
  • Paroki Blok Q – Santa Perawan Maria Ratu
  • Paroki Cilandak – Santo Stefanus
  • Paroki Jagakarsa – Ratu Rosari
  • Paroki Pasar Minggu – Keluarga Kudus
  • Paroki Tebet – Santo Fransiskus Asisi

Dekanat Jakarta UtaraSunting

Tampak luar dan dalam Gereja Santo Yakobus, Jakarta Utara.
Tampak luar dan dalam Gereja Santo Yohanes Bosco, Jakarta Utara.
Kota Administrasi Jakarta Utara

Stasi Pegangsaan Dua - Santo Yakobus

Stasi Andreas Kim Taegon

  • Paroki Pademangan – Santo Alfonsus Rodriguez
     
    Gereja Santo Alfonsus Rodriguez, Jakarta Utara
  • Paroki Pantai Indah Kapuk – Regina Caeli
  • Paroki Pluit – Stella Maris
  • Paroki Sunter – Santo Lukas
  • Paroki Tanjung Priok – Santo Fransiskus Xaverius

Dekanat Jakarta TimurSunting

 
Gereja Santo Bonaventura, Jakarta Timur.
Kota Administrasi Jakarta Timur
  • Paroki Bidaracina – Santo Antonius Padua
  • Paroki Cijantung – Santo Aloysius Gonzaga
  • Paroki Cilangkap – Santo Yohanes Maria Vianney
  • Paroki Cililitan – Santo Robertus Bellarminus
  • Paroki Duren Sawit – Santa Anna

Stasi Klender - Santo Yoakhim

Stasi Pondok Kelapa - Maria Bintang Samudera

  • Paroki Halim Perdanakusuma – Santo Agustinus
  • Paroki Matraman – Santo Yoseph
  • Paroki Pulo Gebang – Santo Gabriel
  • Paroki Pulomas – Santo Bonaventura
  • Paroki Rawamangun – Keluarga Kudus

Dekanat Tangerang ISunting

 
Tampak dalam Gereja Santa Helena, Kabupaten Tangerang.
Kota Tangerang
  • Paroki Tangerang – Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda

Stasi Teluk Naga - Santa Maria Immaculata

  • Paroki Ciledug – Santa Bernadet
  • Paroki Karawaci – Santo Agustinus
Kabupaten Tangerang

Dekanat Tangerang IISunting

Tampak luar dan dalam Gereja Santa Maria Regina, Tangerang Selatan.
Kota Tangerang Selatan
  • Paroki Alam Sutera – Santo Laurensius
  • Paroki Bintaro – Santo Matius Penginjil
  • Paroki Bintaro Jaya – Santa Maria Regina
  • Paroki Ciputat – Santo Nikodemus
  • Paroki Pamulang – Rasul Barnabas
  • Paroki Serpong – Santa Monika
  • Paroki Villa Melati Mas – Santo Ambrosius

Dekanat BekasiSunting

Kota Bekasi
  • Paroki Harapan Indah - Santo Albertus Agung
  • Paroki Bekasi – Santo Arnoldus

Stasi Tambun - Santo Petrus Rasul

Stasi Rawalumbu - Santo Yohanes Paulus II

  • Paroki Bekasi Utara – Santa Klara
  • Paroki Cikarang – Ibu Theresa
  • Paroki Kampung Sawah – Santo Servatius
  • Paroki Kranji – Santo Mikael
  • Paroki Taman Galaxi – Santo Bartolomeus
  • Paroki Kranggan – Santo Stanislaus Kostka
Kota Administrasi Jakarta Timur
  • Paroki Jatiwaringin – Santo Leo Agung
  • Paroki Lubang Buaya – Kalvari

Stasi Taman Mini Indonesia Indah - Santa Catharina

ReferensiSunting

PustakaSunting

Pranala luarSunting