Europeanen ("orang-orang Eropa") adalah salah satu dari tiga kelompok penduduk Hindia Belanda dalam Undang-undang Administrasi Hindia Belanda tahun 1854. Ke dalamnya termasuk semua orang Eropa asli (pendatang, trekker atau ekspatriat), orang Armenia, orang Amerika Latin, orang Eropa yang menetap di Hindia Belanda, orang berdarah campuran Eropa ("Indo"), serta orang kelompok lain yang diangkat oleh keluarga Eropa. Penduduk kelompok lain dapat pula masuk menjadi kelompok Europeanen asalkan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Sejak 1899 orang Jepang dan Siam pun masuk dalam kelompok ini.

Orang-orang dengan status Europeanen di Semarang pada tahun 1922. Terlihat pada foto bahwa mereka adalah orang-orang Indo.

Keistimewaan

sunting

Walaupun hanya sedikit jumlahnya (maksimal 2% dari penduduk Hindia Belanda), kelompok ini memiliki banyak keistimewaan yang menguntungkan. Dapat dikatakan, ini adalah kelompok warga kelas satu. Mereka mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi, diutamakan untuk posisi-posisi pekerjaan yang lebih tinggi, memiliki kewarganegaraan ganda, terjamin kualitas pendidikannya, dan sebagainya.

Ciri khas

sunting

Meskipun anggota kelompok ini terlihat banyak mendapat keistimewaan, terdapat perbedaan status sosial di antara mereka. Ketegangan antara trekkers dan blijvers (mereka yang tinggal atau lahir di Hindia Belanda; kemudian mereka menyebut dirinya Indiërs) sudah terlihat sejak sebelum undang-undang itu diberlakukan. Orang-orang Indo banyak yang mengeluh pula karena semenjak politik etis dijalankan, perhatian hanya diberikan kepada pribumi (Inlanders) sementara mereka didiskriminasi. Salah satu sasaran keprihatinan mereka adalah bahwa mereka tidak berhak memiliki tanah dan fasilitas pendidikan tinggi. Akibatnya, walaupun mereka tergolong sama dengan para trekkers, mereka tidak dapat bersaing dalam persaingan lapangan kerja, sekaligus tidak bisa berusaha sendiri.

Jumlah dan penyebaran

sunting

Pada tahun 1905 jumlah yang memiliki status Europeanen di Hindia Belanda adalah 80.910 jiwa. Sebanyak 64.917 jiwa, atau kurang lebih 80%, tinggal di Pulau Jawa dan Madura. Kurang lebih 66.600 jiwa lahir di Hindia Belanda dan 14.310 sisanya di luar. Dari 14.310 jiwa ini termasuk 9.500 orang Belanda, 312 orang Britania, 1.400 orang Jerman, 315 orang Belgia, 184 orang Prancis, 131 orang Austria-Hungaria, 105 orang Amerika, 33 orang Australia, 22 orang Armenia, dan 56 orang yang lahir di Afrika.[1]

Kemudian pada tahun 1920 jumlah orang-orang dengan status Eropa adalah 169.276 jiwa. Sebagian besar atau kurang lebih 80% atau 134.856 jiwa tinggal di pulau Jawa dan Madura. Di bawah ini adalah rincian menurut keresidenan berdasarkan data dari Cribb (2000):[2]

Keresidenan di Jawa dan Madura Jumlah
Bantam 599
Batavia 37.138
Preanger 16.198
Cheribon 2.020
Pekalongan 3.217
Banjoemas 2.083
Semarang 15.144
Kedoe 5.204
Jogjakarta 4.885
Soerakarta 5.003
Rembang 1.764
Madioen 2.450
Kediri 4.633
Soerabaja 21.597
Madoera 814
Pasoeroean 9.059
Besoeki 3048
Keresidenan lainnya Jumlah
Atjeh 2.538
Tapanoeli 763
Oostkust van Sumatra 7.882
Sumatra's Westkust 4.147
Riouw 481
Djambi 246
Bengkoelen 660
Palembang 1.710
Lampongsche Districten 600
Bangka 668
Billiton 404
Wester Afdeeling van Borneo 839
Zuider- en Ooster Afdeeling van Borneo 2.725
Bali en Lombok 332
Menado 2.250
Celebes 3.818
Timor 761
Ternate 724
Amboina 2.635
Nieuw-Guinea 237
Jumlah total 169.276 jiwa

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië (Leiden 1921:149)
  2. ^ Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:61)

Lihat pula

sunting