Bambu cina

bambu kecil untuk pagar halaman
Bambu cina
Bambu cina, Bambusa multiplex
dari Hutan Darmaga, Situgede, Bogor Barat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Supertribe:
Tribus:
Subtribus:
Genus:
Spesies:
B. multiplex
Nama binomial
Bambusa multiplex
Sinonim
  • Arundo multiplex Lour.[3] (basionym)
  • Bambusa multiplex (Lour.) Raeusch.[4] (nomen nudum)
  • Ludolfia glaucescens Willd.
  • Ischurochloa floribunda Buse
  • Bambusa nana Roxb.
  • Bambusa sterilis Kurz ex Miq.
  • Bambusa caesia Siebold & Zucc. ex Munro
  • Arundarbor aurea Kuntze
  • Triglossum arundinaceum Gamble
  • Bambusa alphonse-karrii Mitford ex Satow
  • Bambusa glaucescens (Willd.) Merr.
  • Bambusa argentea Nehrl.
  • Bambusa dolichomerithalla Hayata
  • Bambusa liukiuensis Hayata
  • Bambusa shimadae Hayata
  • Leleba amakusensis Nakai
  • Leleba elegans Koidz.
  • Bambusa strigosa T.H.Wen
  • Bambusa albifolia T.H.Wen & J.J.Hua
  • Bambusa pubivaginata W.T.Lin & Z.M.Wu

sinonim selengkapnya pada The Plant List.[5]

Bambu cina[6] atau buluh cina[7] (Bambusa multiplex) adalah sejenis bambu yang banyak ditanam orang karena kegunaannya, terutama untuk memagari halaman dan tepi jalan. Karena itu ia juga dikenal sebagai bambu pagar,[8] atau buluh pagar.[6] Nama-nama daerahnya, di antaranya, awi krisik (Sd.); pring gĕndani, pring cĕndani (Jw.), dan lain-lain.[7] Dalam bahasa Inggris ia disebut hedge bamboo[1][6] dengan pelbagai variasinya, atau menurut kultivarnya; dan juga Chinese dwarf bamboo.[6]

Pengenalan sunting

 
Rebung dan pelepah buluh

Bambu yang merumpun, padat dan rapat; rimpangnya bercabang simpodial. Rebungnya berwarna hijau, lokos; buluh yang muda tertutup lapisan lilin putih. Buluhnya tegak, mencapai tinggi 8 m, dengan ujung yang melengkung; mulai bercabang dekat di atas tanah, dengan lk. 7-9 cabang yang hampir sama besarnya pada satu buku. Panjang ruas 30-50 cm dan garis tengahnya (0,3–)1,5–2,5 cm, buluhnya berdinding tipis hingga lk. 5 mm (tetapi pejal pada var. riviereorum); hijau mengilap, dengan bulu-bulu miang yang kaku dan berwarna cokelat atau cokelat bungalan, terutama di sebelah bawah buku buluh; buku-bukunya sedikit menonjol, gundul.[8][9]

 
Pelepah dan pangkal dedaunan

Pelepah buluh mudah rontok; serupa trapesium sempit, awalnya tersaput tipis serbuk putih, gundul, melengkung asimetris dengan ujung miring di sebelah luar. Kuping pelepah buluh amat kecil, tidak jelas, atau bentuk bingkai setinggi 1–2 mm, bulu kejurnya sependek 3 mm; ligula (lidah-lidah) menggerigi tak teratur, tinggi 1,5 mm, lokos. Daun pelepah buluh lekas gugur, tegak, menyegitiga sempit, pangkalnya hampir sama lebar dengan ujung pelepah, ujung daun pelepah meluncip, sisi luarnya berambut miang cokelat bungalan.[8][9]

Daun pada ranting bentuk pita, 5-13 × 0,6-1,5 cm, permukaan bawah agak berbulu, keputih-putihan, berkumpul 5-26 helai di ujung ranting; kuping pelepah daun kecil, dengan bulu-bulu kejur yang pendek; ligula menggerigi, tinggi lk. 1 mm.[8][9]

Agihan dan ekologi sunting

 
Ranting dan dedaunan

Bambu cina kemungkinan berasal dari wilayah Indochina dan Tiongkok selatan; akan tetapi kini telah menyebar di perbagai negara di wilayah tropis dan ugahari di dunia, termasuk Asia Tenggara.[6][10]

Bambu cina dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, hingga ketinggian 1.500 m dpl.[6]

Manfaat sunting

 
Kultivar dengan buluh berwarna kuning

Bambu cina disukai dan kerap ditanam sebagai pagar halaman atau kebun. Buluhnya yang besar dipakai sebagai tangkai payung atau joran pancing. Di Indonesia dan Thailand buluh ini juga digunakan untuk bahan anyaman. Di Filipina, buluhnya telah dicoba dimanfaatkan sebagai pulp bahan kertas. Di Taiwan, bambu ini dipakai sebagai penghalang angin. Kultivar-kultivar berbatang pendek sering dipelihara sebagai tanaman pot yang menarik.[6]

Referensi sunting

  1. ^ a b Ohrnberger, D. 1999. The Bamboos of the World: Annotated Nomenclature and Literature of the Species and the Higher and Lower Taxa: 266. Amsterdam :Elsevier.
  2. ^ Linné, Carl von & al. 1830. Systema vegetabilium :secundum classes, ordines, genera, species. Cum characteribus, differentiis et synonymiis. Vol. 7(2) : 1350. Stuttgardtiae :Sumtibus J.G. Cottae [1817-1830].
  3. ^ Loureiro, J. de. 1790. Flora cochinchinensis : sistens plantas in regno Cochinchina nascentes. Quibus accedunt aliae observatae in Sinensi imperio, ...: 58. Ulyssipone : Typis, et expensis academicis [1790].
  4. ^ Raeuschel, E.A. 1797. Nomenclator botanicus omnes plantas ab illustr. Carolo a Linné descriptas aliisque botanicis temporis recentioris detectas enumerans. (ed. 3): 103. Lipsiae [Leipzig] :Apud Johann Gottlob Feind [1797]. OCLC 457447705.
  5. ^ The Plant List: Bambusa multiplex Raeusch. ex Schult.
  6. ^ a b c d e f g Dransfield, S. & E.A. Widjaja 1995. "Bambusa multiplex (Lour.) Raeuschel ex J.A. & J.H. Schultes". Diarsipkan 2016-09-20 di Wayback Machine. in Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos: 65-7. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 13-Jun-2016
  7. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 336-7. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 278-9, sebagai Bambusa nana Roxb.)
  8. ^ a b c d Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa: 30-2. Gb. 13 & L.f. 6. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
  9. ^ a b c Flora of China: 57. Bambusa multiplex
  10. ^ GrassBase: Bambusa multiplex

Pranala luar sunting