Anak-anak Allah (Ibrani: בני האלהים, translit. bənê haĕlōhîm,[1] secara harfiah "anak-anak dari Allah"[2]) adalah frasa yang dipakai dalam Perjanjian Lama dan Apokrifa. Frase tersebut juga dipakai dalam Kabala di mana istilah bene elohim merupakan bagian dari hierarki malaikat Yahudi yang beragam. Frase anak Allah, atau lebih tepatnya "menjadi anak Allah" (bahasa Yunani Kuno: υἱοθεσία, translit. huiothesía "adopsi"), juga muncul pada beberapa ayat dalam Perjanjian Baru Alkitab Kristen, khususnya pada versi Alkitab Terjemahan Baru.

Perjanjian Lama sunting

Kejadian 6 sunting

Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja." Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.

— Kejadian 6:1–4, TB

Istilah "anak-anak Allah" di Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Alkitab Ibrani pertama kali disebutkan dalam Kejadian 6:1-4. Dipandang dari segi asal usul sastra-sejarahnya, frasa ini biasanya dikaitkan dengan tradisi tradisi Yahwis.[3]

Kutipan tersebut memiliki dua macam penafsiran dalam Agama Yahudi,

  1. Keturunan Set: Acuan pertama mengenai keturunan Set yang melawan Allah dan berbaur dengan anak-anak perempuan Kain ditemukan dalam sastra Rabinik dari abad ke-2 M dan setelahnya, mis. Rabi Shimon bar Yochai, Agustinus dari Hippo, Julius Afrikanus, dan surat-surat terkait St. Klemens. Penafsiran ini juga menjadi pandangan yang diungkapkan dalam versi Alkitab Ortodoks Etiopia terjemahan bahasa Amhar. Dalam agama Yahudi, "anak-anak Allah" lazimnya merujuk pada orang benar, yaitu anak-anak Set.
  2. Malaikat: Semua sumber mula-mula menafsirkan "anak-anak Allah" sebagai malaikat. Dari abad ke-3 SM dan setelahnya, acuan-acuan mengenainya ditemukan dalam sastra Kitab Henokh, Gulungan Naskah Laut Mati (Apokrifon Kitab Kejadian, Dokumen Damaskus, 4Q180), Kitab Yobel, Perjanjian Ruben, Kitab 2 Barukh, Yosefus, dan Surat Yudas (bandingkan dengan 2 Petrus 2). Malaikat juga menjadi pengertian dari dua kemunculan indentik dari bene ha elohim dalam Perjanjian Baru/Alkitab Ibrani (Ayub 1:6 dan Ayub 2:1), dan frasa-frasa yang sejenis (merujuk pada daftar di bawah). Dalam Alkitab Septuaginta, bacaan intepretatif "malaikat" dapat ditemukan di Codex Alexandrinus, salah satu dari empat bukti pada naskah Yunani.

Agama Yahudi Rabinik secara tradisi lebih cenderung ke penafsiran pertama, dengan beberapa pengecualian, dan terjemahan bahasa Ibrani modern mungkin menerjemahkan bnei elohim sebagai "anak penguasa" daripada "anak Allah". Terlepas dari itu, penafsiran kedua (anak malaikat atau makhluk ilahi lainnya) tidak ditemukan dalam agama Yahudi modern. Hal ini ditunjukkan dengan penolakan Kitab Henokh dan apokrifa lain yang mendukung penafsiran kedua dari Kanon Alkitab Ibrani.

Kemunculan lainnya sunting

Frasa "anak-anak Elohim" juga muncul di:

  • Ayub 1:6 bənê hāʼĕlōhîm (בְּנֵי הָאֱלֹהִים) anak-anak Elohim.[4] Dalam TB menjadi "anak-anak Allah".
  • Ayub 2:1 bənê hāʼĕlōhîm (בְּנֵי הָאֱלֹהִים) anak-anak Elohim. Dalam TB menjadi "anak-anak Allah".
  • Ayub 38:7 bənê ĕlōhîm (בְּנֵי אֱלֹהִֽים) tanpa artikel takrif - anak-anak Elohim. Dalam TB menjadi "(semua) anak Allah"
  • Ulangan 32:8 bənê ĕlōhîm (בְּנֵי הָאֱלֹהִים) dan bənê ĕl (בני אל) anak-anak Elohim atau anak-anak El pada Naskah Laut Mati (4QDtj dan 4QDtq); kemungkinan besar "malaikat-malaikat Allah" (ἀγγέλων θεόν angélōn theón) dalam LXX (kadang kala "anak-anak Allah" atau "anak-anak Israel"); "anak-anak Israel" dalam MT.[5][6]:147[7] Dalam TB menjadi "anak-anak Israel".

Frasa yang sangat mirip termasuk:

  • Mazmur 29:1 bənê ēlîm (בְּנֵי אֵלִים) tanpa artikel takrif - anak elim (ungkapan mirip). Dalam TB menjadi "penghuni sorgawi".
  • Mazmur 82:6 bənê elîon (בְּנֵי עֶלְיוֹן) tanpa artikel takrif dan menggunakan 'Yang Mahatinggi' dibandingkan ēl. Dalam TB menjadi "anak-anak Yang Mahatinggi".
  • Mazmur 89:6 bənê ēlîm (בְּנֵי אֵלִים) - anak elim. Dalam TB menjadi "penghuni sorgawi".
  • Ungkapan bahasa Aram yang sangat mirip muncul di Daniel 3:25: bar elahin (בַר אֱלָהִֽין) anak-anak para dewa. Dalam TB menjadi "anak dewa".

Perjanjian Baru sunting

Istilah "anak Allah" atau serupa disebutkan dalam tiga ayat berikut.

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

— Roma 8:15, TB

Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

— Galatia 4:5, TB

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,...

— Efesus 1:5, TB

Istilah "anak Allah" tersebut sebenarnya merupakan merupakan bagian dari frase "(kamu diterima) menjadi anak-anak (Allah)" atau frase yang serupa. Frase tersebut merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Yunani Kuno: υἱοθεσία, translit. huiothesía, yang dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai "menjadikan anak angkat", "pengangkatan anak", atau "adopsi". Dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia versi selain Terjemahan Baru, kata "anak angkat" dan "anak adopsi" juga mungkin digunakan.[8] Dalam terjemahan bahasa-bahasa Barat, kata adoption, adoptio, atau kata lain dalam bahasa masing-masing sangat sering digunakan, sehingga memberikan makna untuk kata adopsi dalam ilmu teologi Kristen sebagai "masuknya orang percaya ke dalam keluarga Allah" atau, dalam pengertian sempit, "baptis".

Catatan kaki sunting

  1. ^ Douglas, Tenney & Silva 2011, hlm. 1384
  2. ^ Kosakata Ibrani: אלהים, translit. ʼĕlōhîm berarti "Allah" atau "Tuhan" tunggal tetapi menggunakan morfem jamak bahasa Ibrani, -im. Meskipun ʼĕlōhîm merupakan bentuk jamak dalam tata bahasa, tetapi kata ini dianggap sebagai bentuk tunggal dalam penggunaannya.
  3. ^ Davies 1995, hlm. 22
  4. ^ "Job 1:6 (KJV)". Blue Letter Bible. 
  5. ^ Michael S. Heiser. "Deuteronomy 32:8 and the Sons of God" (PDF). 
  6. ^ Riemer Roukema (2010). Jesus, Gnosis and Dogma. T&T Clark International. hlm. 147. ISBN 9780567466426. Diakses tanggal 30 January 2014. 
  7. ^ Michael S. Heiser (2001). "DEUTERONOMY 32:8 AND THE SONS OF GOD". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-29. Diakses tanggal 30 January 2014. 
  8. ^ Roma 8:15, Galatia 4:5, Efesus 1:5. Alkitab SABDA.

Referensi sunting

Pranala luar sunting