Zaman Keemasan Georgia

Zaman Keemasan Georgia (bahasa Georgia: საქართველოს ოქროს ხანა) adalah masa dari abad ke-11 hingga ke-13 ketika Kerajaan Georgia mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan ini tidak hanya memperluas wilayahnya dengan kekuatan militer, tetapi juga mengembangkan arsitektur, lukisan dan puisi Georgia yang sering kali dituangkan dalam bentuk seni keagamaan. Pada masa ini sastra sekuler juga dirintis untuk pertama kalinya.

Periode ini berlangsung selama lebih dari dua abad dan Georgia secara perlahan mengalami kemunduran akibat serangan suku-suku nomaden (seperti bangsa Mongol) dan juga akibat wabah Kematian Hitam yang disebarkan oleh kelompok-kelompok nomaden ini. Georgia semakin melemah setelah Jatuhnya Konstantinopel yang mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur, sekutu tradisional Georgia. Akibatnya, pada abad ke-15, kerajaan Georgia terpecah belah dan terbagi menjadi wilayah-wilayah yang terisolasi. Georgia juga terputus dari negara-negara Eropa lainnya yang beragama Kristen dan dikepung oleh tetangga-tetangga Turk-Iran yang bermusuhan dengan Georgia. Di Rusia, kemunduran Georgia memunculkan citra Georgia sebagai bangsa yang "dikebiri" yang perlu dilindungi oleh Rusia.[1]

Zaman keemasan dimulai pada masa kekuasaan Davit IV "sang Pembangun" yang naik tahta saat berusia 16 tahun. Ia berhasil menundukkan penguasa-penguasa feudal yang membangkang dan mensentralisasi kekuasaan di tangan raja. Pada tahun 1121, ia juga berhasil mengalahkan pasukan Turk yang jumlahnya lebih besar dalam Pertempuran Didgori.[2] Salah satu peninggalannya yang paling dikenal adalah Biara Gelati yang kini menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Zaman Keemasan Georgia mencapai puncaknya pada masa kekuasaan Ratu Tamar yang Agung. Ia adalah penguasa perempuan pertama di Georgia dan ia mampu mempertahankan negaranya dari serangan Turki. Ia juga berhasil melawan upaya untuk menjatuhkannya dari dalam, seperti kudeta yang diadakan oleh suaminya dari Rusia, Yury Bogolyubsky, pangeran Novgorod. Selain itu, ia menerapkan kebijakan yang dianggap sangat tercerahkan pada masanya, seperti penghapusan hukuman mati dan penyiksaan yang dilakukan oleh negara.[3]

Catatan kaki sunting

  1. ^ Susan Layton. Ph.D Yale University. Literature And Empire: Scholar Susan Layton Discusses Russia's 'Literary Caucasus'. 13 November 2011
  2. ^ (Georgia) Javakhishvili, Ivane (1982), k'art'veli eris istoria (The History of the Georgian Nation), vol. 2, hlm. 184-187. Tbilisi State University Press.
  3. ^ Machitadze, Zacharia. Mirianashvili, Lado. Lives of the Georgian Saints. St. Herman of Alaska Brotherhood: 2006, hlm. 167