V

salah satu huruf alfabet Latin

V adalah huruf Latin modern yang ke-22. Dalam bahasa Indonesia, huruf ini disebut ve meski dibaca fe. Awalnya huruf ini melambangkan bunyi [u], vokal belakang tertutup bulat, tetapi vokal tersebut menjadi huruf tersendiri (U), sementara V menjadi lambang bunyi [v] (konsonan desis bibir-gigi bersuara). Dalam bahasa Indonesia sering dilafalkan seperti [f] (konsonan desis bibir-gigi tak bersuara).

Sejarah

sunting
Yunani Kuno
upsilon 
Yunani Modern
upsilon 
Etruria
Latin Kuno
Latin Modern
V
       
 
Prasati pada Arch of Titus di Roma, Italia (abad pertama Masehi). Pada tulisan Latin kuno tersebut, vokal /u/ ditulis dengan huruf V, sehingga ejaan SENATVS dialihaksarakan sebagai SENATUS setelah terciptanya huruf U.
 
FAMOUS dieja sebagai FAMOVS pada buku berbahasa Inggris, terbitan tahun 1602.

Huruf V berasal dari huruf Semit Waw, begitu juga huruf-huruf modern F, U, W, dan Y. Huruf Semit kemudian memengaruhi huruf Fenisia, Yunani, dan Etruska. Huruf Latin dipengaruhi oleh huruf Yunani, dengan perubahan seperlunya karena alasan penyesuaian fonologi dan sebagainya.

Dalam bahasa Yunani, huruf upsilon (Υ) diadaptasi dari huruf waw, awalnya untuk melambangkan bunyi vokal /u/ seperti pada kata "bulan", kemudian berubah menjadi /y/ (vokal depan tertutup bulat), yaitu sama seperti pelafalan huruf ü dalam bahasa Jerman.

Dalam bahasa Latin, huruf upsilon ini dipinjam dalam bentuk huruf V (tanpa batang) untuk menandakan bunyi /u/ yang sama, dan juga bunyi konsonan /w/. Oleh karena itu, kata num—atau asalnya dieja NVM—disebut "noom" (/num/) sementara kata via/VIA disebut "wi-a" (/wia/). Mulai abad pertama Masehi, bergantung pada dialek setempat, konsonan /w/ berubah menjadi /β/, dan akhirnya menjadi /v/.

Ketika akhir Zaman Pertengahan, timbulnya dua bentuk huruf v atau u, kedua-duanya dipakai untuk bunyi /u/ dan /v/. Bentuk v bersudut ditulis di awal kata, sedangkan bentuk u bundar dipakai di tengah atau akhir kata tanpa menghiraukan bunyinya. Oleh itu, kata-kata seperti valour dan excuse sama seperti ejaan zaman sekarang, tetapi kata have dan upon ditulis haue dan vpon. Akhirnya pada tahun 1700-an, agar bunyi konsonan dan vokal diasingkan, bentuk v menandakan konsonan sementara bentuk u untuk vokal, maka lahirlah huruf u modern. Pada masa itulah tercipta huruf besar U; sebelumnya selalu dipakai huruf besar V. Mulanya, semenjak huruf u dan v dijadikan huruf yang berbeda, v mendahului u dalam susunan alfabet, tetapi kini terjadi sebaliknya.

Penggunaan

sunting
 
Mosaik Justinianus I di Basilika Sant'Apollinare Nuovo (abad ke-6). Vokal /u/ pada nama "Justinian" ditulis dengan huruf V sebelum terciptanya U, sementara konsonan /j/ dtulis dengan huruf I sebelum terciptanya J.

Dalam sistem angka Romawi, huruf V melambangkan nomor 5 atau tahun 5, karena menyerupai kebiasaan menghitung takik yang diukir pada kayu, yaitu setiap takik kelima dikerat dua agar membentuk "V".

Dalam sistem Alfabet Fonetik Internasional, /v/ menandakan bunyi konsonan desis bibir-gigi bersuara.

Dalam bahasa Irlandia, huruf ‹v› kebanyakan digunakan pada kata serapan, seperti veidhlín dari bahasa Inggris violin. Tetapi bunyi [v] muncul secara alami dalam bahasa Irlandia saat bunyi /b/ mengalami lenisi atau "dilembutkan", ditulis menurut ortografi dengan ‹bh›, sehingga bhí dilafalkan [vʲiː], an bhean dilafalkan [ən̪ˠ ˈvʲan̪ˠ], dsb.

Bahasa Polandia tidak menggunakan huruf V, demikian pula Q dan X. Akan tetapi, bahasa mereka mengandung bunyi /v/, yang dilambangkan oleh huruf W, mengikuti kaidah dalam bahasa Jerman.

Dalam sistem pinyin bahasa Mandarin, semua huruf Latin digunakan kecuali huruf V, karena tidak ada bunyi [v] dalam bahasa Mandarin, tetapi huruf "v" dipakai kebanyakan kaidah pengetikan sebagai pengganti huruf "ü" yang umumnya tidak tersedia pada papan tombol biasa. Romanisasi merupakan kaidah yang banyak dilakukan untuk mengetik bahasa Tionghoa secara fonetik.

Dalam alih aksara bahasa Sanskerta atau IAST, huruf V digunakan sebagai lambang bunyi [ʋ] (konsonan hampiran bibir-gigi), yang dalam aksara Dewanagari ditulis . Dalam aksara turunan Brahmi lainnya (misalnya aksara Thai, Jawa, Bali, dsb) yang melestarikan kata serapan dari bahasa Sanskerta, bila dalam fonologi bahasa bersangkutan tidak mengandung bunyi konsonan hampiran bibir-gigi, maka lambang konsonan tersebut dalam aksara mereka sering kali tergantikan oleh konsonan hampiran langit-langit belakang terbibirkan (simbol IPA: /w/), yang ditulis dalam huruf Latin sebagai W.

Huruf V juga digunakan sebagai lambang dalam ilmu pasti. V adalah simbol kimia untuk Vanadium. Dalam Fisika, v menjadi Simbol kecepatan dan volume (berasal dari kata velocity, 'kecepatan'). Dalam linguistik, v menjadi simbol kata kerja (verba). V juga merupakan singkatan dari unit tegangan listrik dalam sistem Satuan Internasional: volt.

Beberapa bahasa memiliki penyebutan V yang berbeda-beda:

  • Indonesia: ve [fe], pengucapannya mirip seperti pengucapan huruf F, yaitu konsonan desis bibir-gigi tak bersuara.
  • Italia: vi [ˈvi] atau vu [ˈvu]
  • Jerman: fau [ˈfaʊ]
  • Katalan: ve, dilafalkan [ˈve], tetapi dalam dialek yang tidak memiliki bunyi /v/ dinamakan ve baixa [ˈbe ˈbajɕə] "vi rendah".
  • Portugis: [ˈve]
  • Prancis: [ve]
  • Spanyol: uve [ˈuβe] direkomendasikan, tetapi ve [ˈbe] secara tradisional. Karena keduanya dilafalkan /b/ dalam bahasa Spanyol,[1] diperlukan istilah untuk membedakan ve dari be, yaitu huruf ‹b›. Dalam beberapa wilayah huruf itu disebut ve corta, ve baja, ve pequeña, ve chica atau ve labiodental.

Dalam bahasa Jepang, V sering disebut "bui" (error: {{nihongo}}: Butuh teks Jepang atau romaji (bantuan)). Nama ini adalah penyesuaian dengan nama dalam bahasa Inggris, yang mensubtitusi konsonan letup dwibibir bersuara untuk bunyi konsonan desis bibir-gigi bersuara (yang tidak ada dalam fonologi bahasa Jepang) dan berbeda dengan "bī" (ビー), nama Jepang untuk huruf B. Bunyi itu dapat ditulis dengan simbol katakana error: {{nihongo}}: Butuh teks Jepang atau romaji (bantuan) (vu) yang kini sudah dikembangkan,[2] sehingga menjadi va, vi, vu, ve, vo (ヴァ, ヴィ, ヴ, ヴェ, ヴォ), meskipun pelafalannya (saat diterapkan) bukanlah bunyi konsonan desis bibir-gigi bersuara seperti dalam bahasa Inggris. Selain itu, beberapa kata sering kali dieja dengan b daripada vu (contoh: "violin" sering kali dieja baiorin (バイオリン) daripada vaiorin (ヴァイオリン); karena kecenderungan untuk memakai konsonan yang tersedia dalam fonologi bahasa Jepang daripada konsonan asing).

Kode komputasi

sunting
Titik kode Huruf besar
V
Huruf kecil
v
Unicode U+0056 U+0076
ASCII Desimal 86 118
Biner 01010110 01110110
EBCDIC 229 165

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Díez Losada, Fernando (2004). La tribuna del idioma (dalam bahasa Spanish). Editorial Tecnologica de CR. hlm. 176. ISBN 9977661618, ISBN 978-9977-66-161-2 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  2. ^ Bukan simbol yang baru sama sekali, 「ヴ」 hanyalah simbol untuk u (ウ) dengan penambahan dakuten, simbol yang digunakan untuk mengubah bunyi kana lainnya. Sebagai contoh, dakuten digunakan untuk mengubah ka (カ) menjadi ga (ガ), hi (ヒ) menjadi bi (ビ) dan ta (タ) menjadi da (ダ).