Trotoar

pejalan kaki

Trotoar atau pematang jalan (diserap dari bahasa Belanda: Trottoir) adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki yang terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.[1]

Trotoar di Selangor, Malaysia.
Trotoar di Jl Jend. Basuki Rahmad, Surabaya Jawa Timur
Trotoar di Siegen, Jerman

Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.

Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh volume para pejalan kaki yang berjalan dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki dan pengaduan/permintaan masyarakat.

Penempatan trotoar

sunting

Fasilitas pejalan kaki berupa trotoar ditempatkan di:

  1. Daerah perkotaan secara umum yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi
  2. Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap
  3. Daerah yang memiliki aktivitas kontinu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan di pasar dan pusat perkotaaan
  4. Lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode yang pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga
  5. Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya lapangan/gelanggang olahraga, masjid

Trotoar sedapat mungkin ditempatkan pada sisi dalam saluran Drainase yang telah ditutup dengan pelat beton yang memenuhi syarat. Trotoar pada perhentian Bus harus ditempatkan berdampingan/sejajar dengan jalur Bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau di belakang halte.[2]

Lebar Trotoar

sunting

Sesuai dengan penggunaan lahan, lebar minimun Trotoar yaitu:[3]

No Penggunaan Lahan Lebar Minimum
(m)
1 Perumahan
1,5
2 Perkantoran
2,0
3 Industri
2,0
4 Sekolah
2,0
5 Perumahan
2,0
6 Terminal/Stop Bus
2,0
7 Pertokoan/Perbelanjaan
2,0
8 Jembatan/Terowongan
1,0

Kegunaan

sunting

Transportasi

sunting
 
Trotoar di jalanan London

Trotoar memainkan peran penting dalam transportasi, karena menyediakan jalur yang aman bagi orang untuk berjalan di sepanjang jalan yang terpisah dari lalu lintas bermotor. Trotoar membantu keselamatan jalan dengan meminimalkan interaksi antara pejalan kaki dan lalu lintas bermotor. Trotoar biasanya berpasangan, satu di setiap sisi jalan, dengan bagian tengah jalan untuk kendaraan bermotor.

Di area pedesaan, trotoar mungkin tidak terlalu banyak karena tingkat lalu lintas (pejalan kaki atau kendaraan bermotor) yang lebih rendah, sehingga tidak cukup untuk memisahkan keduanya. Di area pinggiran kota dan perkotaan, trotoar lebih umum. Di pusat kota dan kota, jumlah lalu lintas pejalan kaki dapat melebihi lalu lintas bermotor, dan dalam hal ini trotoar dapat menempati lebih dari setengah lebar jalan, atau seluruh jalan dapat dicadangkan untuk pejalan kaki, lihat Zona pejalan kaki.

Lingkungan

sunting

Trotoar memiliki efek pada pengurangan jarak tempuh kendaraan dan emisi karbon dioksida. Sebuah studi tentang investasi trotoar dan transit di lingkungan Seattle menemukan pengurangan perjalanan kendaraan sebesar 6 hingga 8% dan pengurangan emisi CO2 sebesar 1,3 hingga 2,2%.[4]

Keselamatan lalu lintas

sunting
 
Trotoar dengan jalur sepeda

Penelitian yang dilakukan untuk Departemen Transportasi Florida yang diterbitkan pada tahun 2005, menemukan bahwa di Florida, Faktor Pengurang Kecelakaan (digunakan untuk memperkirakan pengurangan kecelakaan yang diharapkan selama periode tertentu) yang dihasilkan dari pemasangan trotoar rata-rata adalah 74%.[5] Penelitian di University of North Carolina untuk U.S. Department of Transportation menemukan bahwa ada atau tidaknya trotoar dan batas kecepatan merupakan faktor signifikan dalam kemungkinan kecelakaan kendaraan/pejalan kaki. Kehadiran trotoar memiliki rasio risiko 0,118, yang berarti kemungkinan kecelakaan di jalan dengan trotoar beraspal adalah 88,2 persen lebih rendah daripada jalan tanpa trotoar. “Ini tidak boleh diartikan bahwa memasang trotoar akan mengurangi kemungkinan kecelakaan pejalan kaki/kendaraan bermotor sebesar 88,2 persen di semua situasi. Namun, keberadaan trotoar jelas memiliki efek menguntungkan yang kuat dalam mengurangi risiko kecelakaan pejalan kaki/kendaraan bermotor yang ‘berjalan di sepanjang jalan’.” Studi ini tidak menghitung kecelakaan yang terjadi saat berjalan melintasi jalan raya.[6]

Ada atau tidak adanya trotoar adalah salah satu dari tiga faktor utama yang mendorong pengemudi memilih kecepatan yang lebih rendah dan aman.[7]

Kesehatan

sunting

Karena penduduk yang tinggal di lingkungan dengan trotoar cenderung lebih rutin berjalan kaki, mereka cenderung memiliki tingkat penyakit kardiovaskular, obesitas, dan masalah kesehatan lain yang lebih rendah, atau masalah kesehatan lain yang terkait dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak.[8] Selain itu, anak-anak yang biasa berjalan kaki ke sekolah terbukti memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik.[9]

Ruang sosial

sunting

Beberapa trotoar dapat digunakan sebagai ruang sosial dengan kafe tepi jalan, pasar, atau musisi jalanan, serta untuk parkir berbagai kendaraan termasuk mobil, sepeda motor dan sepeda.

Galeri

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Kep Dirjen Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20D esember 1999" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2016-03-02. 
  2. ^ "Petunjuk Perencanaan Trotoar, Ditjen Bina Marga, 1990, hal 1-2 (No. 007/T/BNKT/1990)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-05-28. Diakses tanggal 2016-03-02. 
  3. ^ "Petunjuk Perencanaan Trotoar, Ditjen Bina Marga, 1990, hal 4 (No. 007/T/BNKT/1990)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-05-28. Diakses tanggal 2016-03-02. 
  4. ^ "Research Note: An Assessment of Urban Form and Pedestrian and Transit Improvements as an Integrated GHG Reduction Strategy" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-06-18. Diakses tanggal 2021-10-05. 
  5. ^ "Update of Florida Crash Reduction Factors and Countermeasures to Improve the Development of District Safety Improvement Projects" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-04-10. Diakses tanggal 2021-10-05. 
  6. ^ "AN ANALYSIS OF FACTORS CONTRIBUTING TO "WALKING ALONG ROADWAY" CRASHES, RESEARCH STUDY AND GUIDELINES FOR SIDEWALKS AND WALKWAYS" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-04-10. Diakses tanggal 2021-10-05. 
  7. ^ John N. Ivan, Norman W. Garrick and Gilbert Hanson (November 2009). DESIGNING ROADS THAT GUIDE DRIVERS TO CHOOSE SAFER SPEEDS. Connecticut Transportation Institute.
  8. ^ "How Public Policy Can Prevent Heart Disease - Newsweek and The Daily Beast". web.archive.org. 2013-08-10. Archived from the original on 2013-08-10. Diakses tanggal 2021-10-05. 
  9. ^ "The Link Between Kids Who Walk or Bike to School and Concentration - Commute - The Atlantic Cities". web.archive.org. 2013-02-07. Archived from the original on 2013-02-07. Diakses tanggal 2021-10-05.