Transportasi hewan

pemindahan hewan dengan sengaja dari satu lokasi ke lokasi lain

Transportasi hewan merupakan aktivitas pemindahan hewan oleh manusia dari satu lokasi ke lokasi lain. Beragam hewan ditransportasikan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk diperdagangkan, dibawa serta oleh pemilik yang bepergian, atau ditranslokasikan ke habitat aslinya. Hewan-hewan tersebut dapat diangkut oleh angkutan darat seperti truk, angkutan perairan seperti kapal laut, angkutan udara seperti pesawat terbang, serta kombinasinya. Transportasi memengaruhi kesejahteraan dan kesehatan hewan serta berpotensi mengubah kondisi lingkungan dan kehidupan masyarakat yang terlibat. Beberapa organisasi internasional membuat panduan mengenai tata cara transportasi hewan dan sejumlah negara telah menerbitkan produk hukum yang mengatur transportasi hewan.

Seekor jerapah yang diangkut dari Kebun Binatang Perth ke Taman Safari Monarto, menempuh jarak sekitar 2.200 km

Sejarah sunting

Hewan telah ditransportasikan dalam jarak jauh sejak zaman dahulu kala. Satwa liar seperti singa dan macan tutul, yang kebanyakan berasal dari Afrika, dibawa ke Roma untuk ditampilkan dalam pertunjukan sejak 186 SM. Pertunjukan ini semakin lama melibatkan semakin banyak hewan. Pompeius menampilkan sekitar 20 gajah, 410 macan tutul, dan 600 singa pada tahun 55 SM; Gordianus I menampilkan 1.000 beruang; sedangkan Probus menampilkan 1.000 rusa, 1.000 babi hutan, dan 1.000 burung unta pada tahun 281.[1] Contoh individu hewan terkenal yang ditransportasikan jarak jauh adalah Hanno, seekor gajah albino dari Asia yang diberikan oleh Raja Manuel I dari Portugal kepada Paus Leo X pada masa pengangkatannya.[2]

Kondisi saat ini sunting

Pada masa modern, industri pangan memiliki kontribusi besar dalam transportasi hewan. Sebanyak 1,9 miliar hewan ternak diangkut dengan truk dan kapal laut untuk ditransportasikan lintas negara pada tahun 2017. Angka ini tidak mencakup hewan yang ditransportasikan secara domestik (dalam negeri). Sementara itu, nilai ekonomi perdagangan global hewan pada tahun 2017 mencapai US$21 miliar.[3] Menurut Parlemen Eropa, perdagangan hewan di kalangan negara-negara Uni Eropa pada 2018 yaitu 1 miliar ekor unggas; 33,4 juta ekor babi; 4,3 juta ekor sapi; serta 3,5 juta ekor kambing dan domba.[4]

Di sisi lain, industri hewan kesayangan semakin berkembang seiring dengan semakin banyaknya orang yang memelihara anjing dan kucing di rumahnya. Sebuah survei pada 2021 menyatakan bahwa setiap tahun, 78% penduduk Amerika Serikat membawa hewan kesayangannya saat mereka bepergian,[5][6] sedangkan survei yang berbeda pada 2022 menyatakan bahwa 60% pemilik anjing dan kucing membawa hewannya saat berlibur.[7] Lebih dari empat juta hewan ditransportasikan di seluruh dunia melalui pesawat udara dan lebih dari dua juta hewan di antaranya ditransportasikan di Amerika Serikat.[8]

Menurut sekretariat CITES, sekitar 82 juta ekor satwa liar diperdagangkan antarnegara selama periode 2011–2020. Ekspor reptil dan ikan menyumbang sekitar 72% dari angka rata-rata tahunan yang dicatat oleh CITES.[9]

Moda transportasi sunting

Sebelum diberangkatkan, hewan dapat ditempatkan dalam kandang, kemasan, atau wadah tertentu, tergantung pada kelompok dan jenis hewan tersebut. Sebagai contoh, anjing biasanya ditempatkan dalam kandang, sedangkan satwa liar sering kali ditempatkan dalam kotak kayu sebelum diangkut dalam pesawat terbang. Ada juga hewan yang langsung dimuat di atas kendaran, seperti sapi dan babi yang diangkut dengan truk. Secara garis besar, transportasi hewan dapat dikelompokkan berdasarkan moda transportasi yang digunakan, yaitu darat, laut, dan udara. Selain itu, ada juga kombinasi moda transportasi, contohnya pengangkutan ternak di atas truk dan kemudian truk tersebut dimuat dalam kapal ro-ro untuk perjalanan laut.

Darat sunting

 
Anjing dalam kandang yang dimuat dalam mobil

Moda transportasi darat digunakan untuk mengangkut hewan melalui jalan raya dan rel kereta api. Biasanya, hewan-hewan diangkut melalui jalur darat untuk menempuh jarak dekat atau menengah. Hewan kesayangan seperti anjing dan kucing sering kali diajak oleh pemiliknya bepergian dengan mobil. Hewan ternak seperti sapi umumnya diangkut dengan truk atau mobil pikap dengan bak terbuka atau dengan mobil yang dilengkapi kereta gandeng. Ayam pedaging atau petelur dewasa diangkut dengan mobil yang dimodifikasi, misalnya mobil bak berjeruji, sedangkan unggas umur sehari diangkut dengan mobil khusus yang tertutup.

Salah satu proses penting dalam pengangkutan darat adalah pemuatan dan pembongkaran hewan ternak, seperti sapi dan kerbau, untuk naik dan turun dari truk. Hewan-hewan tersebut digiring untuk menaiki atau menuruni bidang miring yang berpotensi menyebabkan cedera apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.[10][11] Di beberapa negara berkembang, banyak hewan yang diangkut dengan sepeda motor. Hal ini membawa risiko keamanan dan keselamatan bagi pengendara dan hewan yang dibawa, serta berpotensi tidak memenuhi kaidah kesejahteraan hewan.[12]

Laut sunting

 
Kapal khusus sapi di Indonesia

Beberapa jenis kapal laut digunakan untuk mengirim dan mengangkut hewan, baik untuk tujuan domestik maupun internasional. Kapal ternak adalah salah satu jenis kapal laut yang digunakan secara khusus untuk mengangkut hewan tertentu, seperti sapi, kambing, dan domba. Kapal ini dilengkapi dengan sekat-sekat yang memisahkan hewan dan berbagai fasilitas lain untuk memudahkan penanganan hewan.[13][14] Selain kapal ternak, terdapat pula kapal kayu tradisional yang dimodifikasi untuk mengangkut hewan ternak.[15] Kapal ro-ro berupa feri juga kadang-kadang digunakan untuk mengangkut hewan. Dalam hal ini, truk atau kendaraan khusus yang berisi hewan dimuat ke dalam kapal roro untuk diangkut ke tujuan.[16]

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memastikan kesejahteraan hewan selama perjalanan panjang di atas kapal laut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ketersediaan pakan dan air minum yang cukup, kepadatan hewan yang optimal, ventilasi udara yang memadai, serta pengendalian cekaman panas.[17]

Udara sunting

Seekor kucing di kabin pesawat pada salah satu penerbangan Air France
Seekor gajah dalam peti kayu yang diangkut oleh pesawat terbang

Moda transportasi udara juga digunakan untuk mengangkut hewan, terutama pada perjalanan jarak jauh. Beberapa maskapai penerbangan menawarkan layanan khusus untuk penumpang yang akan mengikutsertakan hewan peliharaan mereka, seperti kucing atau anjing berukuran kecil, untuk ditempatkan di dalam kabin pesawat sebagai penumpang terbatas. Namun, pada umumnya hewan-hewan yang diberangkatkan dalam pesawat akan ditempatkan di dalam kargo udara pesawat penumpang atau diangkut dengan pesawat kargo yang dilengkapi dengan tempat atau kandang khusus guna menampung hewan selama penerbangan.[8][18] Maskapai penerbangan biasanya memiliki aturan dan persyaratan khusus untuk mengangkut hewan, misalnya jenis hewan yang diperbolehkan, jenis dan ukuran kandang, serta persyaratan kesehatan dan dokumen perjalanan lainnya. Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA) menyusun Peraturan Hewan Hidup (LAR) yang dijadikan panduan global oleh maskapai komersial dalam mengangkut hewan.[19]

Dampak sunting

Terhadap hewan yang ditransportasikan sunting

Transportasi merupakan stresor besar bagi hewan yang dapat memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mereka.[20][21] Stres dapat disebabkan oleh perubahan situasi; paparan terhadap panas, dingin, dan suara bising; desain wadah, kandang, dan kendaraan; kompetensi orang-orang yang terlibat dalam transportasi hewan; durasi perjalanan; serta ketersediaan kebutuhan seperti pakan dan air minum.[22] Sejumlah peneliti telah mengukur beberapa parameter stres seperti kadar hormon kortisol, nafsu makan dan minum, perilaku, serta penurunan berat badan pada hewan yang ditransportasikan, serta periode waktu yang dibutuhkan hingga parameter tersebut, misalnya kadar hormon, kembali ke tingkat semula. Kadar kortikosteron tikus melonjak saat ditransportasikan dan baru kembali ke level normalnya setelah 48 jam,[23] sedangkan penelitian lain menyatakan masa aklimatisasi tikus setelah transportasi setidaknya empat hari.[24] Kelinci disarankan untuk diberi waktu stabilisasi dua hari pascatransportasi.[25] Penelitian-penelitian serupa juga dilakukan terhadap hewan-hewan lain, seperti anjing,[26] babi,[27] domba,[28] dan sapi.[29][30] Sementara itu, monyet kra yang diteliti menunjukkan perubahan perilaku hingga satu bulan setelah diterbangkan ke lokasi baru.[31]

Terhadap wilayah tujuan sunting

Transportasi hewan dari suatu wilayah ke wilayah lain dapat membawa hal-hal baik dan buruk. Contoh manfaat dari transportasi hewan adalah pemenuhan kebutuhan pangan asal hewan di wilayah tujuan. Ternak yang surplus di suatu wilayah umumnya dikirim ke wilayah yang kekurangan ternak. Akan tetapi, perpindahan hewan juga berpotensi membawa patogen penyebab penyakit, termasuk penyakit yang dapat menular ke manusia.[32] Selain itu, introduksi hewan non-asli ke daerah baru, terutama hewan yang bersifat invasif, dapat mengganggu keseimbangan ekologis dan mengancam keanekaragaman hayati di daerah tersebut.[33]

Pedoman dan pengaturan sunting

Pengaturan utama dalam transportasi hewan adalah mengenai penyakit hewan lintas batas, yaitu penyakit hewan yang penularannya dapat melintasi batas-batas negara dengan cepat dan mudah. Untuk mencegah hal ini, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) menyusun standar teknis yang perlu dipenuhi oleh hewan dan produk hewan yang akan ditransportasikan antarnegara.[34][35] Salah satu contoh pengaturan teknisnya adalah penerbitan sertifikat veteriner internasional bagi anjing, kucing, dan feret yang diekspor dari negara terinfeksi rabies.[36] Dalam hal transportasi satwa langka, CITES membuat tiga jenis lampiran yang mengelompokkan status perlindungan tumbuhan dan satwa liar dari eksploitasi berlebihan dan perdagangan.[37] Selain itu, CITES juga membuat panduan tentang transportasi hewan melalui angkutan udara[38][39] serta panduan untuk hewan yang tidak melalui jalur udara.[40]

Kesejahteraan hewan juga merupakan unsur yang diperhatikan dalam transportasi hewan. Panduan WOAH juga mencakup pemastian kesejahteraan hewan terestrial yang akan ditransportasikan melalui jalur laut,[41] darat,[42] dan udara;[43] serta kesejahteraan ikan budi daya yang ditransportasikan.[44]

Di Uni Eropa, Dewan Eropa menerbitkan Peraturan Dewan Nomor 1 Tahun 2005 tentang perlindungan hewan selama transportasi dan operasi terkait lainnya.[45][46] Sebuah artikel ilmiah yang terbit pada 2022 mengulas penerapan peraturan ini dan mendorong peralihan dari transportasi ternak hidup menjadi transportasi daging dan karkas.[47] Sementara itu, setelah melepaskan diri dari Uni Eropa, Britania Raya mempertimbangkan untuk melarang ekspor hewan hidup dan meningkatkan standar kendaraan dan kapal, serta menurunkan durasi waktu transportasi hewan.[48]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Blancou, Jean; Parsonson, Ian (2008). "Historical perspectives on long distance transport of animals". Veterinaria Italiana. 44 (1): 19–30. ISSN 1828-1427. PMID 20405409. 
  2. ^ Bedini, Silvio A. (1997). The Pope's elephant. Fundação Calouste Gulbenkian. Manchester: Carcanet in association with the Calouste Gulbenkian Foundation and the Discoveries Commission, Lisbon. ISBN 1-85754-277-0. OCLC 37738261. 
  3. ^ Osborne, Hilary; Zee, Bibi van der (2020). "Live export: animals at risk in giant global industry". The Guardian. ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  4. ^ Uni Eropa (2020), EU trade and transport of live animals (PDF), Parlemen Eropa 
  5. ^ "Discriminating Pet Travelers: Poll Reveals their Preferences and Habits". Trips With Pets. 26 Januari 2021. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  6. ^ "Survey reveals America's love for pets is evident in travel habits". Roanoke Times. 2021. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  7. ^ Falk, Tim (15 Juni 2022). "Wag!'s Comprehensive Survey Highlights the Importance of Pet-Friendly Travel". Wag Walking. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  8. ^ a b Goldstein, Michael (22 Februari 2019). "Americans Spending Billions On Pet Travel And Boarding". Forbes. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  9. ^ "Ground-breaking report draws first overall picture of global wildlife trade". CITES. 15 November 2022. Diakses tanggal 3 Mei 2023. 
  10. ^ Broom, D. (2005). "The effects of land transport on animal welfare". Transport of Farm Animals Collection. 
  11. ^ Fisher, Andrew D.; Colditz, Ian G.; Lee, Caroline; Ferguson, Drewe M. (2009). "The influence of land transport on animal welfare in extensive farming systems". Journal of Veterinary Behavior. 4 (4): 157–162. doi:10.1016/j.jveb.2009.03.002. 
  12. ^ Indonesia, Poultry (1 September 2022). "Stres pada Proses Pengangkutan dapat Memengaruhi Produktivitas Ternak Unggas". Poultry Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2023. 
  13. ^ Ghosh, Subhodeep (14 November 2022). "Understanding Livestock Carriers - Design, Construction and Safety". Marine Insight. Diakses tanggal 5 Mei 2023. 
  14. ^ "Animal ocean transportation". European Society of Dog and Animal Welfare. Diakses tanggal 5 Mei 2023. 
  15. ^ Wahid, Bayu Moerdianto; Achmadi, Tri (2013). "Perencanaan Transportasi Sapi Ternak Dengan Menggunakan Kapal Tradisional Untuk Wilayah Pulau Madura". Jurnal Teknik ITS. 2 (2): E53–E56. doi:10.12962/j23373539.v2i2.4527. ISSN 2337-3539. 
  16. ^ "Wabah PMK, Operator Kapal Feri Minta Kejelasan Distribusi Hewan Ternak". Liputan 6. 15 Mei 2022. Diakses tanggal 5 Mei 2023. 
  17. ^ Phillips, Clive J.C.; Santurtun, Eduardo (2013). "The welfare of livestock transported by ship". The Veterinary Journal. 196 (3): 309–314. doi:10.1016/j.tvjl.2013.01.007. 
  18. ^ Frequently Asked Questions (FAQ): IATA In-Cabin Live Animal Acceptance Checklist (PDF). International Air Transport Association,. 15 Maret 2023. 
  19. ^ "Live Animals". International Air Transport Association,. Diakses tanggal 5 Mei 2023. 
  20. ^ Grandin, T. (1997). "Assessment of stress during handling and transport". Journal of Animal Science. 75 (1): 249. doi:10.2527/1997.751249x. ISSN 0021-8812. 
  21. ^ Tateo, Alessandra; Nanni Costa, Leonardo; Padalino, Barbara (2022). "The welfare of dogs and cats during transport in Europe: a literature review". Italian Journal of Animal Science. 21 (1): 539–550. doi:10.1080/1828051X.2022.2043194. ISSN 1828-051X. 
  22. ^ Swallow, Jeremy; Anderson, David; Buckwell, Anthony C; Harris, Tim; Hawkins, Penny; Kirkwood, James; Lomas, Mike; Meacham, Steve; Peters, Alan (2005). "Guidance on the transport of laboratory animals". Laboratory Animals. 39 (1): 1–39. doi:10.1258/0023677052886493. ISSN 0023-6772. PMC 7610432 . PMID 15703122. 
  23. ^ Landi, M.S.; Kreider, J.W.; Lang, C.M.; Bullock, L.P. (1982). "Effects of shipping on the immune function in mice". American Journal of Veterinary Research. 43 (9): 1654–1657. ISSN 0002-9645. PMID 7149414. 
  24. ^ Tuli, J.S.; Smith, J.A.; Morton, D.B. (1995). "Stress measurements in mice after transportation". Laboratory Animals. 29 (2): 132–138. doi:10.1258/002367795780740249. ISSN 0023-6772. 
  25. ^ Toth, L.A.; January, B. (1990). "Physiological stabilization of rabbits after shipping". Laboratory Animal Science. 40 (4): 384–387. ISSN 0023-6764. PMID 2166865. 
  26. ^ Bergeron, Renée; Scott, Shannon L.; Émond, Jean-Pierre; Mercier, Florent; Cook, Nigel J.; Schaefer, Al L. (2002). "Physiology and behavior of dogs during air transport". Canadian Journal of Veterinary Research. 66 (3): 211–216. ISSN 0830-9000. PMC 227007 . PMID 12146895. 
  27. ^ Dalin, A.M.; Magnusson, U.; Häggendal, J.; Nyberg, L. (1993). "The Effect of Transport Stress on Plasma Levels of Catecholamines, Cortisol, Corticosteroid-Binding Globulin, Blood Cell Count, and Lymphocyte Proliferation in Pigs". Acta Veterinaria Scandinavica. 34 (1): 59–68. doi:10.1186/BF03548224. ISSN 1751-0147. PMID 8342466. 
  28. ^ Knowles, T.; Brown, S.; Warriss, P.; Phillips, A.; Dolan, S.; Hunt, P.; Ford, J.; Edwards, J.; Watkins, P. (1995). "Effects on sheep of transport by road for up to 24 hours". Veterinary Record. 136 (17): 431–438. doi:10.1136/vr.136.17.431. ISSN 0042-4900. 
  29. ^ Swanson, J.C.; Morrow-Tesch, J. (2001). "Cattle transport: Historical, research, and future perspectives". Journal of Animal Science. 79 (E-Suppl): E102. doi:10.2527/jas2001.79E-SupplE102x. ISSN 0021-8812. 
  30. ^ D, Ashenafi (2018). "The Effect of long Distance Transportation Stress on Cattle: a Review". Biomedical Journal of Scientific & Technical Research. 3 (3). doi:10.26717/BJSTR.2018.03.000908. 
  31. ^ Honess, P.E.; Johnson, P.J.; Wolfensohn, S.E. (2004). "A study of behavioural responses of non-human primates to air transport and re-housing". Laboratory Animals. 38 (2): 119–132. doi:10.1258/002367704322968795. ISSN 0023-6772. 
  32. ^ Fèvre, Eric M.; Bronsvoort, Barend M. de C.; Hamilton, Katie A.; Cleaveland, Sarah (2006). "Animal movements and the spread of infectious diseases". Trends in Microbiology. 14 (3): 125–131. doi:10.1016/j.tim.2006.01.004. PMC 7119069 . PMID 16460942. 
  33. ^ Hulme, Philip E. (2009). "Trade, transport and trouble: managing invasive species pathways in an era of globalization". Journal of Applied Ecology. 46 (1): 10–18. doi:10.1111/j.1365-2664.2008.01600.x. 
  34. ^ "Terrestrial Code Online Access". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  35. ^ "Aquatic Code Online Access". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  36. ^ "Chapter 5.11. Model veterinary certificate for international movement of dogs, cats and ferrets originating from countries considered infected with rabies". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  37. ^ "The CITES Appendices". CITES. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  38. ^ "Transport guidelines - Introduction". CITES. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  39. ^ "Transport guidelines - Advice to Carriers". CITES. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  40. ^ CITES (2022), CITES Guidelines for the Non-Air Transport of Live Wild Animals and Plants (PDF) 
  41. ^ "Terrestrial Code Online Access: Chapter 7.2. Transport of animals by sea". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  42. ^ "Terrestrial Code Online Access: Chapter 7.3. Transport of animals by land". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  43. ^ "Terrestrial Code Online Access: Chapter 7.4. Transport of animals by air". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  44. ^ "Aquatic Code Online Access: Chapter 7.2. Welfare of farmed fish during transport". WOAH. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  45. ^ "Animal welfare during transport". European Council. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  46. ^ "EU rules on the protection of animals during transport". EUR-Lex. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 
  47. ^ Bachelard, Nikita (2022). "Animal transport as regulated in Europe: a work in progress as viewed by an NGO". Animal Frontiers. 12 (1): 16–24. doi:10.1093/af/vfac010. ISSN 2160-6056. 
  48. ^ "Live Transport Factfile". Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals. Diakses tanggal 8 Mei 2023. 

Bacaan lanjutan sunting