Sesar Opak atau Patahan Opak adalah sesar geser aktif di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah, melintasi Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Klaten. Sesar ini memiliki panjang perkiraan sekitar 45 km. Sesar ini bertanggung jawab atas Gempa bumi Yogyakarta tahun 2006, yang berkekuatan 6.3 skala magnitudo, dan membunuh lebih dari 5.700 jiwa.[1]

Sesar Opak
Sungai Opak yang dilintasi patahan
EtimologiSungai Opak
NegaraIndonesia
WilayahDaerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah
KotaKota Yogyakarta
Karakteristik
Panjang45 km
Pergeseran3 mm (0,12 in)/tahun
Tektonika lempeng
StatusAktif
Gempa bumiGempa bumi Yogyakarta 2006 (M6.3)
JenisStrike-slip
UmurMiocene

Karakteristik

sunting

Sesar Opak memiliki laju geser sekitar 3 milimeter per tahun. Pergeseran sesar ini dapat menimbulkan potensi gempa tektonik di masa mendatang. Selain itu, hasil estimasi maximum magnitude yang dapat terjadi di wilayah Sesar Opak adalah 6,5 Mw dengan periode perulangan maximum magnitude selama ± 60 tahun pada Segmen Utara dan selama ± 130 tahun pada Segmen Selatan.

Sesar Opak sendiri memanjang dari lereng Gunung Merapi, lalu melintasi Sungai Opak dan ke selatan dengan muara langsung ke Samudra Hindia di Pantai Parangtritis. Muara Sungai Opak sendiri merupakan bagian dari dataran rendah Yogyakarta.

Gempa bumi

sunting
 
Kerusakan akibat Gempa bumi Yogyakarta 2006

Sejak tahun 1821 beberapa gempa moderat berkekuatan 5-6 magnitudo pernah menguncang Yogyakarta.

Gempa pada 27 Mei 2006 pukul 05.54 WIB merupakan salah satu gempa yang paling mematikan di Yogyakarta, akibat pergeseran Sesar Opak, sejak gempa itu Sesar Opak menjadi terkenal dan dipercaya menjadi penyebab gempa tersebut.[2]

Gempa besar di wilayah Yogyakarta sering kali terjadi. Lebih dari 13 peristiwa gempa besar di wilayah Yogyakarta, seperti pada peristiwa tahun 1840, lalu 1859, 1867, 1875, 1926, 1937, 1943, dan 2006. Namun sebagian besar aktivitas seismik di wilayah Yogyakarta disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik antara, lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gempa bumi akibat pergeseran sesar aktif sendiri relatif jarang terjadi.[3]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting