Sesar Kendeng atau Patahan Kendeng adalah sesar aktif di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, melintasi wilayah Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, dan kota Surabaya. Sesar ini memiliki panjang perkiraan sekitar 64 km, dan dibagi tiga segmen yaitu, segmen Cepu, Waru dan segmen Surabaya. Sesar aktif ini berpotensi dapat merusak wilayah kota metropolitan Surabaya dan sekitarnya, dengan skala magnitudo maksimal 6,5 meskipun catatan sejarah tentang pergerakan sesar ini belum jelas.[1]

Sesar Kendeng
EtimologiPegunungan Kendeng
NegaraIndonesia
WilayahJawa Tengah, Jawa Timur
KotaKota Salatiga, Kota Madiun, Surabaya
Karakteristik
SegmenCepu, Waru, Surabaya
Panjang64 km
Pergeseran1–3 mm (0,039–0,118 in)/tahun
Tektonika lempeng
StatusAktif
JenisNaik
UmurMiocene

Karakteristik

sunting

Sesar ini biasa disebut ahli geologi sebagai segmen Surabaya-Waru.

Peneliti dari ITS, Dr Amien Widodo, dalam penjelasannya mengungkap pemetaan skala gempa di kota Surabaya harus dilakukan secara terus-menerus.

Dalam catatan sejarah, Surabaya jarang diguncang gempa hebat. BMKG mencatat Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915) dan Surabaya (1867).

Para peneliti menjelaskan bahwa Sesar Kendeng bisa memicu gempa bumi hingga kekuatan magnitudo 6,5 hingga 7,0 di sekitar Kota Surabaya.[2]

Resiko gempa bumi

sunting
 
Panorama Kota Surabaya, yang dilintasi Sesar Kendeng

Sesar Kendeng memiliki laju geser mencapai sekitar 1 hingga 3 milimeter setiap tahunnya, Sesar tersebut melewati beberapa Kabupaten di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan kota terbesar kedua di Indonesia, yaitu Surabaya. Sesar aktif ini menyimpan potensi gempa dengan kekuatan besar sampai 6,5 hingga 7,0 magnitudo.

Peneliti dari pusat studi gempa nasional (PuSGeN) menyatakan, jika gempa berkekuatan magnitudo 6,0 saja dapat merusak wilayah Kota Surabaya dengan kerugian mencapai Rp 80 triliun, dan jumlah korban tewas mencapai 1.500 jiwa, dan sekitar 800 ribu orang dapat kehilangan tempat tinggal.[3]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting