Sejarah tank dimulai dengan Perang Dunia I, ketika kendaraan lapis baja mulai diperkenalkan di semua medan pertempuran sebagai respon terhadap masalah peperangan parit, yang mengantarkannya ke era baru perang mekanik. Meskipun awalnya sederhana dan tidak dapat diandalkan, tank akhirnya menjadi andalan pasukan darat. Pada Perang Dunia II, desain tank telah maju secara signifikan, dan tank digunakan dalam jumlah banyak di semua medan perang. Perang Dingin mulai munculnya tank doktrin modern dan munculnya tujuan umum tank tempur utama. Tank ini masih menjadi tulang punggung operasi tempur darat di abad ke-21.

Soviet T-35, tank berat lima menara tahun 1930-an
Film era Perang Dunia I tank Prancis dan Britania

Sejarah tank

sunting
 
Replika kendaraan perang yang dirancang Leonardo da Vinci.

Masalah maju menyerang sambil ditembaki musuh sudah ada sejak zaman dahulu. Ide menggunakan suatu benda bergerak untuk melindungi dari proyektil juga sudah muncul sejak dahulu kala. Yunani kuno menggunakan menara serbu yang dinamakan Helepolis. Kekaisaran Romawi memakai menara yang dilapisi pelindung yang menembak menggunakan katapult. Pada Abad Pertengahan, Polandia dan Ceko telah membuat kereta perang yang dilapisi baja. Dan Leonardo da Vinci pernah merancang kendaraan perang beroda.

Konsep-konsep lama di atas lebih fokus ke penyerbuan kastil, di mana taktik dan formasi tidak dibutuhkan. Tapi perkembangan teknologi pada Revolusi Industri membuat perang menjadi suatu penyerbuan raksasa; yaitu perang parit.

Perang Dunia I

sunting
 
Mark I Inggris pada Pertempuran Somme.
 
Tank Schneider CA1 buatan Prancis.

Kondisi pertempuran Perang Dunia I di Front Barat membuat Angkatan Darat Inggris berpikir untuk mengembangkan kendaraan yang bisa menyebrangi parit, menghancurkan kawat berduri, dan tidak mempan ditembak senapan mesin. Prototip tank pertama kali diuji oleh militer Inggris pada 6 September 1915. Pada awalnya, kendaraan ini diberi nama "kapal darat" (ground ship), tetapi untuk menjaga rahasia, tank versi awal disebut sebagai "pengangkut air" yang kemudian dipendekkan sebagai "tank" (tangki air dalam bahasa Inggris). Istilah tank digunakan agar pekerja yang membuatnya mengira bahwa mereka sedang membuat kendaraan pengangkut air untuk tentara Inggris di Mesopotamia (Iraq sekarang). Istilah tank ini akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Desember 1915.

Tank pertama kali dipakai dalam perang ketika Kapten H. W. Mortimore membawa tank Mark I dalam Pertempuran Somme pada 15 September 1916. Prancis mengembangkan tank Schneider CA1 yang dibuat dari traktor Holt Caterpillar, dan pertama kali digunakan pada 16 April 1917. Penggunaan tank secara besar-besaran dalam pertempuran terjadi pada Pertempuran Cambrai pada 21 November 1917. Dan kemudian tank bisa sukses dipakai pada Pertempuran Amiens, di mana Sekutu berhasil mematahkan pertahanan parit Jerman dengan bantuan kendaraan lapis baja tersebut. Peran tank pada akhirnya akan membuat konsep perang parit usang, dengan dibuatnya ribuan tank oleh Prancis dan Inggris.

Pada awalnya, pemakaian tank memiliki hasil yang bervariasi. Masalah-masalah seperti kinerja tank yang tidak dapat diandalkan. Dan tank-tank pertama memiliki daya yang rendah, baik senjata maupun kemampuan mesin, serta lapisan baja yang lemah. Pemakaian tank dalam grup kecil juga mengurangi dampak yang dihasilkan tank. Pasukan Jerman sempat terkejut dan tidak memilik senjata yang dapat menghentikan tank, tetapi akhirnya mereka berhasil menemukan tembakan anti-tank, dan penggalian parit yang lebih panjang juga berhasil menghentikan laju tank-tank Inggris.

Perubahan-perubahan pada medan perang dan buruknya kinerja tank memaksa Sekutu untuk terus mengembangkan konsep tank ini. Tank terus berkembang pada Perang Dunia I, misalnya tank Mark V, yang dibuat sangat panjang sehingga bisa melewati parit-parit yang lebar sekalipun.

Masa antara dua perang

sunting
 
Tank Vickers A1E1 Independent buatan Inggris ini dibatalkan dan tidak masuk jalur produksi, tetapi memengaruhi desain banyak tank lain.

Dengan terbentuknya konsep tank, pada masa di antara perang dunia sejumlah negara mulai mengembangkan dan memproduksi tank masing-masing. Tank buatan Inggris adalah yang paling canggih, dikarenakan keinginan Inggris membuat pasukan lapis baja sejak tahun 1920-an. Prancis dan Jerman tidak begitu mengejar pengembangan tank pada masa ini, mengingat kondisi ekonomi yang buruk, dan Perjanjian Versailles yang membatasi Jerman. Amerika Serikat juga tidak banyak mengembangkan kendaraan lapis baja mereka, karena dana yang tersedia lebih banyak dipakai untuk pengembangan kavaleri.

Pada masa ini, dikembangkan berbagai macam kelas tank, khususnya di Inggris. Tank ringan, yang beratnya kurang dari sepuluh ton, digunakan untuk tugas pemantauan, dan hanya dipersenjatai senapan mesin ringan yang hanya ampuh digunakan melawan tank ringan lainnya. Tank sedang atau tank cruiser, lebih berat dan bertujuan untuk perjalanan cepat jarak jauh. Dan yang terakhir, tank berat atau tank infanteri, adalah tank dengan lapisan pelindung yang berat, yang berjalan lambat. Tank ini dibuat untuk digunakan untuk menembus pertahanan bersama-sama dengan infanteri. Pelindungnya yang berat membuatnya bisa tahan ditembak senjata anti-tank. Setelah tank berat dan infanteri berhasil melubangi garis pertahanan lawan, tank sedang akan dikirim melalui lubang tersebut dan menyerang jalur logistik dan satuan komandan. Taktik seperti ini akhirnya dikembangankan oleh Jerman dalam konsep blitzkrieg.

Perang Dunia II

sunting
 
Tank M4 Sherman buatan Amerika Serikat.
 
Tank berat Jerman, Tiger I.

Perang Dunia II mendapati perkembangan pesat pada tank. Jerman misalnya, menggunakan tank-tank ringan seperti Panzer I yang sebelumnya digunakan hanya untuk latihan. Tank-tank ringan dan kendaraan lapis baja lainnya menjadi unsur paling penting dalam blitzkrieg. Namun, tank ringan ini kalah menghadapi tank Inggris dan lebih lagi melawan tank T-34 Soviet. Dan pada akhir perang semua pihak telah secara drastis menambah ukuran meriam dan pelindung tank. Misalnya, Panzer I hanya memakai dua senapan mesin, dan Panzer IV, tank paling berat Jerman pada awal Perang Dunia II menggunakan meriam 75 mm kecepatan rendah, dan beratnya dibawah 20 ton. Pada akhir perang, tank sedang standar Jerman, Panther, menggunakan meriam 75 mm kecepatan tinggi, dan beratnya 45 ton.

Perkembangan semasa perang lain adalah diperkenalkannya sistem suspensi yang jauh lebih baik. Mungkin hal ini terdengar tidak penting, tetapi kualitas suspensi adalah penentu kinerja cross-country tank. Tank dengan suspensi yang buruk akan mengakibatkan getaran yang besar yang dirasakan pengendara, ini akan mengakibatkan sulitnya pengoperasian, mengurangi kecepatan, dan membuat penembakan sambil berjalan menajdi tidak mungkin. Sistem suspensi baru seperti sistem suspensi Christie atau suspensi torsion bar meningkatkan kinerja dan kecepatan secara drastis.

Pada masa ini hampir semua tank sudah dilengkapi radio untuk mempermudah pengarahan dan komunikasi. Badan tank juga sudah dimodifikasi untuk dipakai untuk peran-peran lain, seperti penghancuran ranjau dan peran insinyur tempur. Semua negara utama peserta perang telah mengembangkan meriam swa-gerak: artileri, tank penghancur, dan meriam serbu. Meriam serbu Jerman dan Soviet, lebih murah dan ringan dari tank, menggunakan meriam-meriam yang paling berat. Sementara penghancur tank milik Amerika Serikat dan Inggris sudah sulit dibedakan dari tank biasa.

Meriam berputar, yang sebelumnya tidak tersedia pada semua tank, dianggap sebagai hal yang sangat penting. Meriam ini harus bisa digunakan melawan tank lain, jadi diusahakan sebesar dan sekuat mungkin, berarti tank cukup memiliki satu meriam yang harus sangat kuat. Akibatnya, desain tank dengan banyak meriam, seperti T-35 Soviet, ditinggalkan.

Perang Dingin dan seterusnya

sunting
 
Kompi tank Polandia yang memakai T-54.

Setelah Perang Dunia II dan memasuki Perang Dingin, negara negara maju dan adikuasa mengambil pelajaran dari Jerman dalam penggunaan kekuatan tank. Ditambah dengan ancaman perang nuklir dan kimia yang membuat tank dilengkapi perlengkapan perang nuklir dan kimia. Kemajuan dalam teknologi meriam dan amunisinya membuat tank semakin ditakuti, dan masing-masing negara berlomba-lomba untuk menyempurnakan teknologinya.

Namun justru ancaman terbesar tank saat ini adalah pasukan infanteri yang dilengkapi dengan persenjataan ringan yan memiliki daya hancur yang dahsyat, dengan mengembangkan basoka anti-tank yang juga hasil pengembangan dari bazoka Jerman pada Perang Dunia II. Ditambah dengan berkembangnya kemampuan angkatan udara dengan helikopter tempur yang memiliki kemampuan anti-tank.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting