Ray Alexander Simons

Aktivis antiapartheid Afrika Selatan

Ray Alexander Simons (nama kecil Alexandrowich; (31 Desember 1913 – 12 September 2004) adalah seorang komunis, aktivis antiapartheid dan anggota dari serikat dagang yang membantu perancangan piagam perempuan. Dia pindah ke Cape Town pada tahun 1929 untuk melarikan diri dari persekusi terhadap Yahudi dan komunisme.

Ray Alexander Simons
LahirRachel Ester Alexandrowich
(1913-12-31)31 Desember 1913
Varakļāni, Latvia,
Meninggal12 September 2004(2004-09-12) (umur 90)
Cape Town, Afrika Selatan
PekerjaanAnti-apartheid activist
Trade union
Suami/istri
  • (m. 1937; c. Kesalahan ekspresi: Operator < tak terduga)
  • (m. 1941; kematian Kesalahan ekspresi: Operator < tak terduga)
AnakMary Simons
Tanya Barben
Johan Simons

Kehidupan awal

sunting

Simons lahir di Varklia (Varakļāni), Latvia dengan nama lahir Rachel Ester Alexandrowich pada tanggal 31 Desember 1913.[1] Dia adalah salah satu anak dari enam bersaudara dari pasangan Simka Simon dan Dobe Alexandrowich. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Rusia, Bahasa Jerman dan matematika. Dia juga menjalankan sebuah cheder yang merupakan sebuah sekolah di mana anak laki-laki Yahudi belajar talmud dan mempersiapkan diri mereka untuk bar mizvah. Dia hidup di dalam sebuah rumah tangga yang kaya akan buku-buku yang memberikannya pengetahuan tentang ideologi sosialis dan komunis .Ayahnya meninggal ketika dia berusia 12 tahun. Sahabat ayahnya Leib Jaffe, memberikan pengaruh terhadap pemikiran Simon tentang ide-ide sosialis dan kesadaran tentang fungsi penting organisasi untuk meningkatkan hak-hak buruh.[2] Kematian ayahnya menyebabkan Simons menjadi seorang ateis.[1]

Di usianya yang ke-13, dia bergabung dengan Partai Komunis Latvia bawah tanah.[3] Ketika Simon berusia 14 tahun, dia undang untuk berpartisipasi di dalam sebuah debat pada acara Deklarasi Balfour yang diadakan oleh organisasi Zionis. Dia menolak undangan tersebut karena dia percaya perlawanan terhadap antisemitisme harus menjadi bagian usaha kemanusiaan yang lebih besar untuk mencapai tatanan dunia baru di mana semua umat manusia memiliki kebebasan, termasuk Yahudi. Dikarenakan persekusi Yahudi di Varakļāni, dia diberangkatkan ke Riga untuk melanjutkan studinya di Kampus Teknik ORT dan tinggal bersama sahabatnya Leah.[1][2]

Cape town

sunting

Setelah Leah dipenjara karena kegiatan politiknya, ibu Simons khawatir dan segera mengaturnya untuk diberangkatkan dan tinggal bersama saudarinya dengan menaiki kapal Ubena pada jalur pelayaran Jerman- Afrika Timur. Dia meninggalkan Varakļāni pada tanggal 17 Oktober 1929 dan tiba di Cape Town untuk bertemu saudarinya di dermaga pada tanggal 6 November 1929, sehari sebelum perayaan tahunan Revolusi Rusia.[4] Lima hari setelah kedatangannya pada tanggal 11 November 1929, dia bertemu dengan Cissie Gool dan teman lamanya John Gomas dan bergabung dengan Partai Komunis Afrika Selatan (CPSA) di usiannya yang ke-16.[5]

Simons dipecat dari pekerjaan pertamanya setelah ikut serta dalam kampanye melawan hukum izin masuk.[6] Dia meningkatkan keterlibatannya pada aktivitas serikat dagang setelah dipecat dari pekerjaannya karena kehadirannya pada konferensi berdirinya Liga Antifasis.[7] Simon terpilih sebagai ketua Komite Distrik Cape Town dari Partai Komunis pada bulan Januari 1931.[4] Simon bekerja di toko pakaian dan menemani James Schuba yang dia temui pada pertemuan partai untuk mengunjungi para pekerja dermaga dan pelabuhan di akhir minggu. Tiga tahun setelah kedatangannya, dia terpilih menjadi Sekretaris Serikat Karyawan Komersial di Cape Town. Pada tahun 1935, dia kehilangan pekerjaan di toko pakaian dan menjadi pengurus tetap dari Serikat Pekerja Kereta Api Non-Eropa dan Pelabuhan selama dua tahun dari tahun 1934 sampai 1935.[5]

Simons mendirikan Serikat Pekerja Makanan dan Pengalengan (FCWU) yang terkenal atas militansi dan efektivitasnya dengan mengorganisir para pekerja orang kulit berwarna, ras kulit hitam dan putih. Serikat ini tersebar di seluruh industri pengalengan buah dari Boland hingga pesisir barat di antara komunitas nelayan. Dia menjadi sekretaris umum dari organisasi FCWU. FCWU memiliki peran penting dalam Kongres Serikat Dagang Afrika Selatan pada dekade 1950an.[2][8] Pemerintah menggunakan Undang Undang Supresi Komunisme 1950 untuk melarang partai komunis pada tahun 1953 untuk memerintahkan Simons berhenti dari posisinya tahun depan.[7]

Ray Alexander Simons, Helen Joseph, Lilian Ngoyi dan Florence Mkhize mendirikan Federasi Perempuan Afrika Selatan (FSAW) pada bulan April 1954 dan dia terpilih sebagai Sekretaris Umum Organisasi tersebut. Meskipun pada bulan September 1954, dia dikenai perintah pelarangan berantai yang dikeluarkan oleh C. R. Swart yang memaksanya untuk mengundurkan diri dari FSAW. Pada tahun yang sama, Simon terpilih sebagai salah satu perwakilan pribumi di dalam parlemen Afrika selatan. Walaupun perintah pelarangannya melarangnya untuk menduduki posisinya, dia tetap pergi menuju parlemen dan ditolak oleh polisi penjaga di sekitar wilayah parlemen. Dia menuntut tindakan tersebut dan menerima kompensasi yang membiayai seluruh biaya kampanyenya.[3]

Hidup dalam pengasingan

sunting

Pada tahun 1965, dia dan suaminya Jack Simons melarikan diri ke Lusaka, Zambia. Jack menerima pekerjaan sebagai dosen di Universitas Manchester dan pindah ke Inggris. Mereka kembali ke Zambia pada tahun 1967 dan membangun sebuah rumah untuk mereka sendiri untuk dikunjungi ketiga anaknya. Selama pengasingan di Zambia, Ray menulis sebuah buku berjudul Class and Colour in South Africa, 1850–1950 bersama Jack Simons dan bekerja untuk Organisasi Buruh Internasional dan Kongres Nasional Afrika (ANC) yang dilarang di Afrika Selatan. Mereka telah tinggal selama 25 tahun di antara tahun 1965 dan 1990.[4][9] Di dalam pengasingan pada tahun 1986, dia terpilih sebagai Presiden Terhormat dari Aliansi Pekerja dan Makanan. Mereka kembali dari pengasingan pada tahun 1990.[5]

Kehidupan pribadi

sunting

Ray Alexander menikah dengan Eli Weinberg ketika Eli sebagai Sekretaris dari Komite Lokal Dewan Perdagangan dan Buruh Afrika Selatan. Mereka berpisah pada tanggal 2 Mei 1940.[10] Pada tahun 1941, dia menikahi Jack Simons, seorang dosen di Universitas Cape Town dan sesama komunis.[4] Mereka memiliki tiga orang anak : Mary, Tanya dan Johan. Dia meninggal di Cape Town pada tanggal 12 September 2004 di usia 91 tahun.[5]

Penghargaan dan pengaruh

sunting

Dia dianugerahi medali Isitwalandwe pada tahun 2004 oleh Kongres Nasional Afrika.[11] Alun-Alun Pusat Memorial dan Warisan Ray Alexander Simons di Guguletho dibangun dan dibuka oleh Deputi Presiden Afrika Selatan Kgalema Motlanthe pada tanggal 6 November 2010.[6]

Pada bulan Maret 2011, Negara Sierra Leone mengeluarkan sebuah cetakan perangko bergambar dirinya sebagai bentuk penghormatan dengan menyebut dirinya sebagai salah satu pahlawan legendaris dari Afrika[12]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Villa-Vicencio C (1996). The spirit of freedom : South African leaders on religion and politics. Berkeley: University of California Press. hlm. 22–23. ISBN 978-0-520-91626-5. OCLC 45728692. 
  2. ^ a b c Shain M; Pimstone M. "Ray Alexander (Simons) | Jewish Women's Archive". jwa.org. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  3. ^ a b "Ray Simons". The Independent (dalam bahasa Inggris). 2004-09-22. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  4. ^ a b c d Belling, Veronica (Mei 2014). "The making of a South African Jewish activist: the Yiddish diary of Ray Alexander Simons, Latvia, 1927". Jewish Culture and History. 15 (1-2): 110–123. doi:10.1080/1462169X.2014.897455. ISSN 1462-169X. 
  5. ^ a b c d "Ray Alexander Simons | South African History Online". www.sahistory.org.za. 17 Februari 2011. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  6. ^ a b "Keynote address by Deputy President Kgalema Motlanthe at the launch of Ray Alexander-Simons Museum and Heritage Square, Gugulethu, Cape Town | South African Government". www.gov.za. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  7. ^ a b "ANC Statement on the death of Ray Alexander Simons, African National Congress, 12 September 2004 | South African History Online". www.sahistory.org.za. 9 Mei 2018. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  8. ^ "Polity - Peters: May Day celebrations (01/05/2005)". Engineering News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-17. 
  9. ^ Macmillan, Hugh (Juni 2009). "The African National Congress of South Africa in Zambia: The Culture of Exile and the Changing Relationship with Home, 1964–1990*". Journal of Southern African Studies. 35 (2): 303–329. doi:10.1080/03057070902919876. ISSN 0305-7070. 
  10. ^ "Eli Weinberg | South African History Online". www.sahistory.org.za. 17 Februari 2011. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  11. ^ "Ray Alexander Simons - South African Women Activists Celebrated". southafrica.co.za. Diakses tanggal 2020-07-17. 
  12. ^ "12 Jews honored on African stamps as Apartheid fighters". The Jerusalem Post | JPost.com. Diakses tanggal 2020-07-17.