MNC Vision

Layanan televisi berlangganan asal Indonesia
(Dialihkan dari OKTV)

PT MNC Sky Vision Tbk, beroperasi dengan merek dagang MNC Vision (dahulu dikenal sebagai Indovision, OkeVision, dan Top TV), adalah sebuah perusahaan penyedia layanan radio dan televisi satelit berlangganan di Indonesia. Didirikan pada 8 Agustus 1988 dan mulai beroperasi pada 1 Oktober 1994, anak perusahaan MNC Vision Networks ini telah resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak 29 Juni 2012.

PT MNC Sky Vision Tbk
MNC Vision
Sebelumnya:
Indovision (16 Januari 1994-11 Desember 2017)
Top TV (1 April 2008-11 Desember 2017)
Sebelumnya
PT Malicak Nusa Semesta (8 Agustus 1988–28 Juli 1989)
PT Matahari Lintas Cakrawala (29 Juli 1989–2 Juni 2006)
Publik
Kode emitenBEI: MSKY
IndustriTelevisi satelit berlangganan
Didirikan8 Agustus 1988; 36 tahun lalu (1988-08-08)
PendiriDatakom Asia
Kantor pusat,
Tokoh kunci
Endang Mayawati (Direktur Utama)
Ruby Panjaitan (Komisaris Utama)
Pemiliklihat daftar
IndukGlobal Mediacom (MNC Asia Holding)
Anak usahaPT Media Citra Indostar
Situs webmncvision.id
X: MNCVisionID Modifica els identificadors a Wikidata

Sejarah

Awal beroperasi

PT MNC Sky Vision Tbk awalnya didirikan dengan nama PT Malicak Nusa Semesta pada 8 Agustus 1988, dan pada 29 Juli 1989 berubah nama menjadi PT Matahari Lintas Cakrawala.[1] Namun, baru pada akhir 1993, perusahaan ini mendapatkan izin untuk mengelola bisnis televisi berlangganan dengan merek dagang Indovision yang diluncurkan pada 16 Januari 1994, serta mulai beroperasi pada 1 Oktober 1994.[2] Indovision merupakan penyedia layanan televisi satelit berlangganan pertama di Indonesia, dengan program awalnya hanya berasal dari lima stasiun televisi mancanegara: CNN, HBO, Discovery Channel, ESPN, dan TNT (kemudian Cartoon Network). Kerjasama dengan CNN dan ESPN sudah disepakati sejak Oktober 1991, HBO sejak Oktober 1993, dan sisanya sejak Maret 1994.[3] Sebelum peluncuran Indovision, tiga siaran TV asing ini masih bisa ditangkap dengan antena parabola, tetapi seiring dengan peluncuran Indovision maka siarannya diacak.[4][5][6]

PT Matahari Lintas Cakrawala (disingkat Malicak) awalnya dimiliki (61%) oleh PT Datakom Asia, yang dimiliki oleh beragam pengusaha yang terafiliasi dengan elit Cendana.[a] Selain PT Datakom, pemegang saham minoritas lainnya di PT Malicak terdiri dari beberapa individu dan perusahaan, seperti Henry Pribadi dan Sudwikatmono.[7][8][9] Untuk penyiarannya, Indovision awalnya menggunakan jasa satelit Palapa B2P. Target awalnya adalah 150.000 pelanggan pada akhir 1994, tetapi karena harga dekoder dan sewa yang mahal (Rp 1.475.000 untuk dekoder, Rp 82.000/bulan untuk berlangganan), maka layanan ini sempat kurang peminat dan hanya meraih 5.000 pelanggan di tahun awalnya. Lalu, kerjasama dijalin dengan STAR TV pada 1996 untuk menyuplai empat kanal yaitu Star Sports, Star Plus, Star Movies, dan Channel V, sehingga kini terdapat 25 saluran yang bisa dinikmati dengan harga yang lebih murah (Rp 63.000/bulan). Sayangnya, kerjasama dengan STAR TV kemudian dihentikan pada 1998 (diduga karena persengketaan soal penyewaan satelit),[10][11][12] walaupun kemudian Indovision mulai menyiarkan saluran TV lain seperti Animal Planet, AXN, dan Cinemax, ditambah 5 stasiun TV swasta nasional yang ada sejak 1 Oktober 1998.[13][14] Banyak pelanggan Indovision yang pada saat itu berasal dari hotel-hotel (sekitar 30.000), sedangkan pelanggan rumahan dan individu hanya 20.000 pada 1996.[5][6]

Pada 1997, Indovision melakukan inovasi dengan mengubah sinyal penayangannya dari analog menjadi digital. Inovasi ini dapat meningkatkan kualitas penerimaan gambar maupun suara yang jernih dan tajam bagi para pelanggannya. Pada November di tahun yang sama, diluncurkan satelit Indostar I (atau disebut juga Cakrawarta I) - dikelola oleh anak usaha Datakom bernama PT Media Citra Indostar, yang berarti Indovision tidak perlu menyewa satelit lagi sejak 12 November 1998. Layanan Indovision sebelum krisis ekonomi 1997-1998 ditargetkan mencapai 600.000 pengguna, tetapi seiring penurunan ekonomi pada 1999, targetnya diturunkan menjadi 50.000. Tercatat pada 1999-2000 Indovision dapat dinikmati 3,3 juta orang dan memiliki pengguna sekitar 20.000-70.000. Pada 1998, Indovision memperluas kanalnya menjadi 40 kanal, awalnya dengan ujicoba sejak April 1998 dan kemudian mulai dilaksanakan sejak 1999.

Perkembangan selanjutnya

Pada Oktober 2001 induk PT Malicak, PT Datakom Asia diakuisisi oleh Salim Group berpatungan dengan Bhakti Investama (51%), milik Hary Tanoesoedibjo (HT). Inilah awal dari kepemilikan HT di TV berbayar ini sampai sekarang.[15][16] Kemudian kepemilikan Salim di PT Datakom menghilang, meninggalkan HT sebagai pengendali utama TV berbayar terbesar di Indonesia ini. Saham PT Malicak (Indovision) masih dikuasai oleh PT Datakom sebesar 96% pada 2006, hingga ketika pada 2006-2008 sahamnya dijual kepada Global Mediacom, Bhakti Investama dan perusahaan lainnya.[17] Dalam hal ini, PT Malicak bisa dikatakan hanya berpindah perusahaan induk, bukan kepemilikan. Pada 3 Juni 2006, seiring proses akuisisi, nama PT Malicak diubah menjadi PT MNC Sky Vision. Namun, nama produknya tetap Indovision.[18] Sementara itu, bagi pengelola satelit Indovision, PT Media Citra Indostar (MCI) awalnya tetap dimiliki oleh PT Datakom, tetapi lewat sebuah perjanjian obligasi,[19] sejak 23 Desember 2016 PT MCI menjadi anak perusahaan PT MNC Sky Vision.[20]

Pada 1 April 2008, PT MNC Sky Vision meluncurkan produk televisi berlangganan lainnya, Top TV.[butuh rujukan] Beberapa perkembangan lainnya adalah, pada 16 Mei 2009, diluncurkan satelit Indostar II/Protostar II yang menggantikan Indostar I. Satelit ini memiliki 32 transponder, termasuk 10-transponder aktif dan 3 transponder cadangan yang berfungsi sebagai penguat gelombang frekuensi S-Band.[21][22][23] Kemudian, Indovision juga meluncurkan saluran resolusi tinggi (HD) yang awalnya hanya ada dua (National Geographic Channel HD dan HBO HD).[24][25]

Sejak 9 Juli 2012, PT MNC Sky Vision resmi melepas 20% sahamnya di Bursa Efek Indonesia, dengan harga Rp 1.520/lembar. Pada saat itu, sempat masuk pemodal asing, yaitu dari Saban Capital dan Creador Capital, masing-masing sekitar 17% dan 13%.[26] Pelanggannya terus bertambah, dengan pada 2013 mencapai 2,15 juta, menjadikannya pemain terbesar di industri televisi berlangganan.[27] Meskipun menjadi pemimpin pasar, kinerja MNC Sky Vision tidak terlalu baik, terlihat dari hutang yang cukup besar (dalam mata uang asing) dan beberapa kali merugi. Hal ini diperkirakan terjadi akibat fluktuasi kurs rupiah dan persaingan yang ketat dengan layanan televisi kabel/IPTV.[28] Di tahun 2014, MNC Sky Vision menyebar perangkat Indovision ke 365 Komando Rayon Militer (Koramil) di daerah terpencil. Diharapkan, kegiatan tersebut memudahkan petugas untuk mendapatkan informasi dan hiburan.[29]

Pada 2016, saham Global Mediacom di MNC Sky Vision kemudian dialihkan kepada anak usahanya, PT Sky Vision Networks.[30] Kemudian, mulai 12 Desember 2017, Indovision dan Top TV (ditambah OkeVision, dikelola oleh perusahaan afiliasi bernama PT Nusantara Vision) resmi berganti nama menjadi MNC Vision. Saat ini, MNC Vision tergabung dalam MNC Vision Networks (sebelumnya bernama PT Sky Vision Networks) bersama K-Vision, MNC Play, dan Vision+.

Pada 12 Mei 2023, MNC Vision resmi menghapus 14 kanal dari Warner Bros. Discovery dikarenakan masalah kontrak yang tak lagi dilanjutkan.[31] Memasuki periode ini, kinerja MNC Sky Vision makin tertekan dengan maraknya layanan over-the-top (OTT), yang memangkas pelanggannya menjadi 1,3 juta saja. Jumlah ini sama dengan penurunan 50% dibanding pelanggannya di tahun 2016 yang mencapai 2,5 juta.[1] Akibatnya, mereka mulai membidik pasar di luar kota besar demi mencari peluang baru.[32]

Di tahun 2025, merek MNC Vision berganti nama lagi ke Indovision. Dalam laporan tahunan MNC Sky Vision 2024, disebutkan bahwa penggantian itu disebabkan karena nama tersebut sudah sangat melekat dan dikenal masyarakat Indonesia. Perubahan nama tersebut juga merupakan strategi untuk menyempurnakan penawaran dan layanan agar tetap relevan.[33] Adapun perubahan nama tersebut mulai terlihat di beberapa pengguna dengan logo yang tidak jauh berbeda dari logo sebelumnya.[34][35] Meski begitu, perubahan tersebut hingga saat ini masih belum diresmikan.

Kepemilikan

Berikut ini adalah daftar kepemilikan perusahaan berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025.[36]

Nama Pemegang Saham Persentase Kepemilikan (%)
PT MNC Vision Networks Tbk 91,896
Rachmat Nurhadi (Komisaris) 0,000
Masyarakat/publik (kepemilikan kurang dari 5%) 8,104
Total 100%

Identitas

Slogan

  • Satu Visi, Banyak Aksi (1 Oktober 1994–31 Maret 2005)
  • Bukan yang Lain (1 April 2005–14 Januari 2020)
  • Pay TV Keluarga Indonesia (15 Januari 2020–sekarang)
  • #MNCVisionAja! (29 Maret 2019–sekarang, sub-slogan)

Catatan

  1. ^ Secara spesifik, struktur kepemilikan PT Datakom Asia pada saat itu terdiri dari:
    PT Asriland (Bambang Trihatmodjo): 33,3%
    PT Lembahsubur Adipertiwi (Anthony Salim): 28,57%
    PT Persada Giri Abadi (Peter F. Gontha): 24,23%
    PT Azbindo Nusantara (Aziz Mochdar): 6,88%
    PT Indosat (Persero) Tbk: 5%
    PT Trisadnawa Solusi Komunikasi (Youk Tanzil): 2%[7][8]

Referensi

  1. ^ a b "Sekilas Perusahaan". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-01-21. Diakses tanggal 2021-02-21.
  2. ^ "Digest". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-07-09. Diakses tanggal 2021-02-21.
  3. ^ "PETER F GONTHA: "SEMUA ORANG MENDAPAT FASILITAS DI INDONESIA"". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-03-18. Diakses tanggal 2021-02-26.
  4. ^ "The Politics of Southeast Asia's New Media". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-07-09. Diakses tanggal 2021-02-21.
  5. ^ a b "MEDIA: KEBIJAKAN SETENGAH HATI". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-06. Diakses tanggal 2021-02-26.
  6. ^ a b "ERA BARU TELEVISI ASING". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-12-09. Diakses tanggal 2021-02-26.
  7. ^ a b "Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 3,Masalah 1-8". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-03-23. Diakses tanggal 2021-02-21.
  8. ^ a b "Yearbook of Asia-Pacific Telecommunications". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-03-23. Diakses tanggal 2021-02-21.
  9. ^ MNC SKY VISION PROSPECTUS 2012
  10. ^ "Komunikasi & Regulasi Penyiaran". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-07-09. Diakses tanggal 2021-11-24.
  11. ^ Groves, Don (1998-11-05). "Sat spat showdown set for Star TV, Indovision". Variety. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2023-04-08.
  12. ^ Groves, Don (1999-07-15). "Star wins in Jakarta court". Variety. Diarsipkan dari asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2023-04-08.
  13. ^ "Persaingan televisi: Makin ketat, makin asing". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-18. Diakses tanggal 2021-02-26.
  14. ^ "Indonesia segera masuki era siaran televisi dbs". Diarsipkan dari asli tanggal 2022-01-18. Diakses tanggal 2021-02-26.
  15. ^ "AsiaCom Yearbook". Diarsipkan dari asli tanggal 2023-07-09. Diakses tanggal 2021-02-21.
  16. ^ "MNC Sky Vision" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2021-12-17. Diakses tanggal 2021-02-21.
  17. ^ MNC SKY VISION PROSPECTUS 2012
  18. ^ "Sekilas Perusahaan". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-01-21. Diakses tanggal 2021-02-21.
  19. ^ "4th quarter BMTR" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2022-01-27. Diakses tanggal 2021-02-21.
  20. ^ "Prospektus Global Mediakom 2017" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2022-01-22. Diakses tanggal 2021-02-21.
  21. ^ "The Indostar-2 Satellite". Diarsipkan dari asli tanggal 2011-05-19. Diakses tanggal 2011-02-26.
  22. ^ "The Indostar-2 Satellite at Lyngsat". Diarsipkan dari asli tanggal 2011-01-04. Diakses tanggal 2011-02-26.
  23. ^ "The Indostar-2 Satellite at Boeing Website". Diarsipkan dari asli tanggal 2011-06-28. Diakses tanggal 2011-02-26.
  24. ^ "HD channel testing". Diarsipkan dari asli tanggal 2012-05-23. Diakses tanggal 2011-05-15.
  25. ^ "The Launch of Five Premium HD Channels". Diarsipkan dari asli tanggal 2012-06-26. Diakses tanggal 2012-02-29.
  26. ^ "30% Saham IPO MSKY Dimiliki Investor Asing". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-24. Diakses tanggal 2021-11-24.
  27. ^ "CORPORATE UPDATE". Diarsipkan dari asli tanggal 2021-11-24. Diakses tanggal 2021-11-24.
  28. ^ MNC Sky Vision: Juara yang Selalu Merugi
  29. ^ "MNC Pasang Indovision di 365 Koramil". Diarsipkan dari asli tanggal 2017-12-13. Diakses tanggal 2017-12-11.
  30. ^ "Laporan Keuangan MSKY 2016" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2021-10-18. Diakses tanggal 2021-02-21.
  31. ^ Arie Harnoko, Rizqi (12 Mei 2023). "Warner Bros Group Termasuk HBO, Cartoon Network, dan Discovery Channel Hengkang dari MVN Mulai Hari Ini". Kabar Rakyat. Diakses tanggal 15 September 2023.
  32. ^ Pasar Tergerus Layanan OTT - MNC Sky Vision Perkuat Pasar di Kota Tier 2 dan 3
  33. ^ "AR MSKY 2024" (PDF).
  34. ^ "Selamat mengudara kembali Indovision.…".
  35. ^ "Logo Indovision yang baru yang lebih Modern. Beneran Bakal rebranding dari MNC Vision ke Indovision?".
  36. ^ "Lapkeu MSKY Q1 2025" (PDF).

Pranala luar