Kue kering

salah satu jenis makanan

Kue kering adalah jenis kue di Indonesia yang tidak mengandung air. Bahan untuk adonan kue kering terbagi menjadi bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utamanya adalah tepung terigu, gula, telur dan bahan pengembang. Sedangkan bahan tambahannya antara lain buah-buahan dan kacang-kacangan.

Aneka ragam kue kering yang disimpan di dalam stoples.

Peralatan yang digunakan untuk membuat kue kering meliputi alat ukur bahan, alat pembuatan adonan dan alat pemanggangan. Pembuatan kue kering dapat dengan cara dicetak, disendok, dipotong atau disemprot.

Kue kering yang telah jadi disimpan di dalam stoples yang kedap udara. Kegagalan dapat terjadi dalam pembuatan kue kering. Jenis kegagalan ini antara lain hangusnya kue, kue matang secara tidak merata, bentuk melebar atau tekstur keras.

Ciri-ciri

sunting

Kue kering merupakan salah satu jenis kue yang ada di Indonesia.[1] Kue kering dapat dibedakan dari kue basah melalui kadar airnya.[2] Hasil jadi dari kue kering tidak mengandung air. Ini yang membedakannya dengan kue basah. Karena tidak mengandung banyak air, kue kering lebih tahan lama dibandingkan dengan kue basah.[3]

Bahan pembuatan kue kering dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama pembuatan kue kering yaitu tepung, telur, margarin atau mentega, dan gula. Sedangkan bahan tambahan untuk pembuatan kue kering antara lain keju, cokelat, kacang, buah dan rempah-rempah. Pembuatan kue dengan bahan utama hanya menghasilkan kue dengan cita rasa yang biasa. Cita rasa kue kering akan meningkat jika diberikan bahan tambahan.[4]

Bahan utama

sunting

Tepung terigu

sunting
 
Tepung terigu dalam sebuah wadah.

Tepung terigu merupakan biji gandum yang dihaluskan menjadi tepung.[5] Pembentukan kerangka kue kering ditentukan oleh tepung terigu.[6] Pemilihan jenis tepung terigu merupakan sesuatu yang penting dalam pembuatan kue kering. Berdasarkan kadar proteinnya, tepung terigu terbagi menjadi tiga jenis. Pertama, tepung terigu berprotein tinggi. Kedua, tepung terigu berprotein sedang. Ketiga, tepung terigu berprotein rendah.[7] Tepung terigu protein tinggi memiliki kadar protein sebesar 12–14%. Tepung terigu protein sedang memiliki kadar protein sebesar 10–11,5%. Tepung terigu protein rendah memiliki kadar protein kurang dari 10%.[8]

Jenis tepung yang utamanya digunakan untuk kue kering adalah tepung terigu protein rendah. Hasil kuenya renyah dan kering.[8] Tepung terigu protein sedang digunakan untuk kue kering yang lumer. Penggunaan tepung terigu protein tinggi jarang dilakukan, karena kue kering yang dihasilkan menjadi alot.

Sebelum digunakan, tepung terigu harus diayak untuk mengurai bagian tepung yang menggumpal. Pengayakan juga dilakukan untuk memisahkan kotoran yang tercampur di dalam tepung. Sementara itu, tepung terigu yang sudah berbau tengik tidak dapat digunakan untuk pembuatan kue kering.[9]

Tepung terigu harus disangrai terlebih dahulu jika kualitasnya kurang bagus. Sedangkan tepung terigu berkualitas bagus tidak perlu disangrai. Sangrai bertujuan untuk mengeringkan tepung terigu.[10] Kue kering akan menjadi keras jika tepung terigu yang digunakan terlalu banyak. Sedangkan penggunaan tepung terigu yang terlalu sedikit akan membuat adonan kue kering menjadi lembek. Saat dipanggang, kue akan melebar dan bentuknya berubah.[11]

 
Gula sebagai bahan pemanis: gula halus (kiri atas), gula pasir (kanan atas), gula aren (kiri bawah), dan gula tebu (kanan bawah)

Gula pada kue kering berfungsi sebagai pemberi rasa manis sekaligus pemberi warna, tekstur dan rekahan kue. Jenis gula yang digunakan untuk kue kering antara lain gula halus, gula pasir, gula aren dan gula palem.[12]

Kue kering yang dibuat renyah biasanya menggunakan gula halus.[13] Gula halus memiliki warna yang lebih putih dibandingkan dengan gula pasir. Teksturnya juga lebih halus dibandingkan dengan gula pasir. Rasa dari gula halus kurang manis bila dibandingkan dengan gula pasir.[8]

Gula palem adalah gula yang berwarna cokelat. Bahan pembuatannya dari pohon enau.[14] Gula pasir merupakan gula yang berbutir seperti pasir, teksturnya kasar dengan warna putih kekuningan.[9] Jenis pemanis selain gula yang dapat digunakan untuk kue kering adalah madu, molase dan sirop jagung.[15]

 
Kuning telur yang dikelilingi putih telur.

Kue kering dibuat menggunakan putih telur maupun kuning telur. Telur yang digunakan biasanya adalah telur ayam ras. Putih telur digunakan untuk membuat adonan menjadi lebih liat. Ini terjadi karena karakteristik putih telur yang mampu mengikat adonan. Penggunaan putih telur sangat jarang dilakukan pada kue kering. Putih telur hanya digunakan pada jenis kue busa dan makaron. Sedangkan kuning telur membuat warna kue menjadi kuning dan terasa renyah.[12]

Kondisi telur yang digunakan untuk pembuatan kue kering harus dalam keadaan baru dan bebas dari kotoran.[16] Tanda telur masih dalam kondisi yang baik adalah tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air.[17] Wadah yang digunakan untuk menyimpan telur harus bebas dari minyak dan air.[18]

Kue kering memerlukan telur untuk menambah kelembapan kue dan meningkatkan kekuatan struktur kuenya. Penggunaan telur yang berlebihan pada kue kering akan membuat kue menjadi rapuh.[15]

Bahan pengembang

sunting
Soda kue (kiri) dan bubuk pengembang (kanan).

Bahan pengembang untuk kue kering adalah soda kue dan bubuk pengembang.[15] Soda kue dan bubuk pengembang berbentuk serbuk berwarna putih. Penambahan kedua jenis bahan ini untuk membuat kue kering menjadi garing.[19] Soda kue memiliki daya pengembang kue yang kuat. Sedangkan bubuk pengembang hanya memiliki daya pengembang yang sedang.[20] Pemakaian soda kue dan bubuk pengembang tidak dapat saling menggantikan.[21]

Mentega dan margarin

sunting
 
Mentega (kiri dan tengah) dan margarin (kanan).

Mentega adalah bahan yang terbuat dari lemak susu sapi. Bentuknya padat dan tersedia dalam kondisi terbungkus kertas aluminium atau kaleng dalam berbagai macam ukuran. Mentega ada yang rasanya tawar dan ada pula yang rasanya asin.[16]

Kue kering yang hanya dibuat dengan mentega akan membuatnya mudah rapuh. Supaya tidak rapuh, mentega dicampur dengan margarin.[22] Bahan dasar dari margarin adalah minyak nabati. Jenis tumbuhan yang dibuat untuk margarin antara lain jagung, kelapa dan bunga matahari.[16] Pembagian campuran antara margarin masing-masing sebanyak 50%.[23]

Garam biasanya digunakan pada kue kering yang asin. Jenis garam ini umumnya garam laut.[24] Penambahan garam sebagai penambah rasa gurih. Penambahan garam juga dilakukan untuk adonan yang menggunakan mentega rasa tawar.[19] Garam juga berfungsi untuk menyeimbangkan rasa dari kue.[25]

 
Kismis, salah satu jenis buah kering.

Bahan tambahan

sunting

Buah-buahan

sunting

Kue kering dapat dibuat menggunakan buah segar maupun buah kering. Penambahan buah sebagai bahan kue kering bertujuan untuk meningkatkan cita rasa kue. Pada buah kering terdapat banyak lapisan gula. Lapisan gula ini membuat kue yang dipanggang menjadi keras dan mengurangi cita rasanya.[26]

Kacang-kacangan

sunting
 
Bermacam-macam jenis kacang-kacangan.

Pada kue kering, kacang-kacangan digunakan sebagai bahan atau taburan kue. Jenis kacang yang dapat digunakan untuk pembuatan kue kering antara lain kacang tanah, badam, kacang mete dan kenari. Masing-masing jenis kacang tersebut memiliki rasa yang berbeda.[26] Jenis kacang lain yang dapat digunakan untuk pembuatan kue kering adalah kacang hijau.[27]

Cairan

sunting

Penambahan cairan pada kue kering bertujuan untuk meningkatkan kerenyahan kue. Cairan ini antara lain jus buah, krim, susu cair atau air. Penambahan cairan yang berlebihan membuad bentuk kue berubah akibat meluber.[15]

Tepung

sunting

Pembuatan kue kering biasanya menggunakan campuran tepung jenis lain dengan tepung terigu. Salah satunya adalah tepung mokaf. Kandungan protein dari tepung mokaf lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu. Komposisi tepung terigu yang tidak ada di dalam tepung mokaf adalah gluten.[28] Perolehan protein pada kue kering dengan tepung mokaf dapat dengan menambahkan tepung sorgum. Tepung mokaf pada campuran ini harus mengandung beta karoten yang berlimpah. Komposisi antara tepung mokaf dan tepung sorgum dapat 75%:25% atau 50%:50%.[29]

Tepung untuk kue kering juga dapat menggunakan alkesah.[30] Pembuatannya dengan cara dikeringkan.[31] Tepung dengan nilai gizi yang tinggi untuk kue kering dapat menggunakan bahan campuran antara tempe dan telur.[32] Bahan lain yang dapat digunakan sebagai tepung untuk kue kering adalah sagu.[33] Pada kue kering untuk makanan siap saji juga dapat menggunakan tepung dari jawawut.[34]

Pengemulsi

sunting

Pengemulsi biasanya digunakan pada pembuatan kue kering di industri pangan. Jenis pengemulsi yang digunakan adalah monodiasil gliserol. Pengemulsi hanya digunakan pada kue-kue yang mengandung lemak.[35]

Peralatan

sunting

Timbangan

sunting
 
Timbangan dengan berat maksimal 1 kg.

Timbangan digunakan untuk mengukur berat bahan kering. Satuan berat yag digunakan adalah gram dan kilogram. Jenis timbangan yang dapat digunakan adalah timbangan konvensional dan timbangan digital.[36] Timbangan konvensional memiliki ukuran berat maksimal dalam satuan 1 kilogram, 2 kilogram atau 100 gram. Timbangan 100 gram dapat digunakan untuk pengukuran bahan yang ringan yang beratnya hanya dalam satuan gram.[37] Pengukuran berat yang lebih akurat dapat diperoleh menggunakan timbangan digital.[38]

Gelas ukur

sunting

Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan yang berbentuk cairan. Bahan ini misalnya santan, susu, sari buah atau kaldu. Di gelas ukur biasanya terdapat beberapa tulisan yaitu cup, ml, pint, flour, sugar, rice dan gram. Pengukuran bahan cair menggunakan ml.[39]

Sendok ukur

sunting

Sendok ukur adalah sendok yang digunakan sebagai alat ukur dengan satuan internasional. Satu set sendok ukur terdiri dari sendok teh ukuran seperdelapan, seperempat, seperdua dan satu. Selain itu, ada pula sendok makan ukuran seperdua dan satu. Sendok ukur biasanya digunakan untuk mengukur takaran tepung, garam, merica, kecap dan saus. Takaran yang tepat adalah memenuhi bibir sendok secara rata.[39]

Mikser

sunting
 
Mikser dan baling-balingnya.

Mikser adalah peralatan listrik yang digunakan untuk mengocok telur serta mencampur dan menguleni adonan. Mikser memiliki tiga jenis baling-baling pencampur, yaitu yang berbentuk spiral atau ulir, berjari empat atau lebih, dan yang berbentuk hampir pipih. Pencampuran adonan yang berat atau adonan roti harus menggunakan baling-baling yang berbentuk spiral atau ulir. Baling-baling yang berjari empat digunakan untuk pengocokan telur dan adonan yang mudah dimasuki udara. Baling-baling yang hampir pipih digunakan untuk adonan yang tidak mudah dimasuki udara, misalnya mentega, gula atau krim.[37]

Cetakan kue

sunting

Cetakan kue kering digunakan untuk menghasilkan kue kering dalam bentuk yang beragam. Jenis cetakan kue kering ada yang dalam bentuk satuan dan ada yang dalam satu set. Bahan pembuatan cetakan kue umumnya adalah plastik atau baja nirkarat.[40]

 
Oven tangkring di atas kompor.
 
Termometer, pengatur suhu pada oven listrik dan oven gas.

Kue kering dapat dipanggang menggunakan oven berbentuk kompor atau tangkring, oven listrik atapun oven gas. Masing-masing jenis oven memiliki tingkat kesulitan penggunaan yang berbeda. Penggunaan oven harus dalam kondisi bersih dan telah dipanaskan.[41]

Oven tangkring

sunting

Oven tangkring mudah digunakan sehingga pemakaiannnya paling umum dalam rumah tangga. Pemakaiannya hanya tinggal diletakkan di atas kompor. Kekurangannya adalah api pemanggangan tidak dapat dikendalikan. Pengukuran suhu pemanggangan dilakukan dengan penambahan termometer. Selain itu, suhu pemanggangan tidak merata karena api hanya berasal dari bagian bawah oven. Perataan suhu harus dilakukan dengan memutar loyang kue selama beberapa kali.[42]

Oven listrik

sunting

Penggunaan oven listrik juga sangat mudah dari segi pemanggangan. Oven listrik memiliki termometer dan pengatur waktu yang memudahkan pengukuran suhu pemanggangan. Pemanggangan juga berasal dari bagian atas dan bawah oven. Kekurangan dari oven listrik ialah harga beli yang mahal dan penggunaan daya listrik yang banyak.[43]

Oven gas

sunting

Penggunaan oven gas juga sangat mudah dari segi pemanggangan. Oven gas memiliki termometer yang memudahkan pengukuran suhu pemanggangan. Kekurangannya adalah ukuran oven yang besar sehingga memerlukan tempat yang luas.[43]

Teknik pembuatan adonan

sunting

Kue kering cetak

sunting

Kue kering yang dicetak memerlukan cetakan. Bentuk cetakannya antara lain bentuk bintang, bulan sabit dan hati. Adonan kue bersifat halus karena akan digilas sebelum dicetak.[44]

Kue kering sendok

sunting

Kue kering yang dibuat menggunakan sendok memiliki adonan yang lembek. Tekstur adonannya kasar dan sulit dibentuk sehingga tidak dapat digilas, dicetak maupun disemprot.[44] Jenis sendok yang digunakan untuk membuat bentuk adonan adalah sendok teh atau sendok es krim.[45] Jumlah sendok yang digunakan adalah dua. Sendok pertama digunakan untuk mengambil adonan, lalu sendok kedua membentuk adonan menjadi bulat.[46] Adonan yang sudah dibentuk kemudian diletakkan di atas loyang menggunakan sendok dapur.[45] Peletakan dengan mendorong adonan. Teknik ini menghasilkan kue dengan bentuk yang tidak teratur.[46]

Kue kering potong

sunting

Kue kering potong memiliki adonan yang tebal dan memanjang. Bentuk adonannya seperti tabung. Kue kering dibuat dengan cara dipotong menggunakan pisau.[44]

Kue kering semprot

sunting

Kue kering semprot dibentuk dengan menggunakan semprotan. Adonan dimasukkan ke dalam semprotan berbentuk segitiga atau berbentuk alat suntik. Adonan kue kering yang menggunakan semprotan bersifat lembek dan memiliki tekstur yang halus.[44]

Pengovenan

sunting

Pengovenan kue kering menggunakan api yang kecil. Batas normal untuk suhu pengovenan adalah 140º–160 °C. Suhu ini membuat kue kering dapat matang dengan sempurna. Kue kering tertentu menggunakan suhu 120 °C agar dapat matang. Salah satunya ialah kue busa.[45]

Pengovenan kue kering dilakukan dalam waktu yang lama. Tujuannya untuk membuat kue kering menjadi tahan lama ketika disimpan. Selain itu, pengovenan yang lama juga membuat kue kering menjadi renyah. Pengovenan yang sangat lama khususnya pada kue kering yang adonannya berbahan keju.[22]

Kegagalan pembuatan

sunting

Matang tidak merata

sunting

Kue kering matang tetapi tidak merata bisa disebabkan oleh bentuk dan ukuran kue yang tidak sama. Kondisi ini dapat terjadi meskipun kue dipanggang dalam loyang yang sama. Penyebab lainnya adalah adanya kue yang terlalu dekat dengan bagian pinggir loyang. Hal lain yang menyebabkan kue kering matang secara tidak merata adalah tidak meratanya pembagian panas di dalam oven.[47]

Mudah hangus

sunting

Kue kering yang mudah hangus disebabkan pemakaian gula atau bahan pengembang yang terlalu banyak. Hangusnya kue kering juga disebabkan oleh suhu pemanggangan pada oven yang yang terlalu panas. Kue kering juga dapat hangus jika terlalu lama dipanggang. Loyang yang terlalu tinggi atau tipis juga dapat menyebabkan kue kering mudah hangus.[47]

Bentuk melebar

sunting

Kue kering yang bentuknya melebar dapat terjadi karena mentega terlalu banyak. Selain itu, ini juga disebabkan oleh pengocokan margarin dan mentega yang terlalu lama. Kondisi ini dapat diatasi dengan mendinginkan mentega di dalam pendingin. Hasilnya adalah adonan tidak terlalu mengembang ketika dikocok dengan gula.[48]

Tekstur keras

sunting

Kue kering akan memiliki tekstur yang keras jika adonannya diaduk sangat kuat dan lama. Adonan harus diaduk secara perlahan menggunakan spatula. Penyebab lainnya adalah pengadukan adonan menggunakan tangan. Panas pada tangan dapat mengeraskan adonan. Tekstur keras pada kue kering juga dapat terjadi karena tepung terlalu banyak.[48]

Penyimpanan

sunting

Perlengkapan

sunting
 
Stoples, alat penyimpanan kue kering.

Kue kering harus disimpan dalam kondisi dingin. Penyimpanan kue dalam kondisi hangat hanya dilakukan pada kue yang lengket dan melempam ketika dingin. Kue ini misalnya kue lidah kucing.[22] Kue kering yang sudah dingin disimpan di dalam stoples yang kedap udara.[49] Tujuannya untuk mempertahankan tekstur dan rasa kue kering yang dapat berubah karena terkena udara. Tempat penyimpanan kue juga harus dalam keadaan kering dan bersih.[50]

Kue kering yang akan dibawa dalam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dapat menggunakan toples berbahan mika. Tujuannya untuk mencegah kue kering jadi melempem.[51]

Masa simpan

sunting

Masa simpan yang normal untuk kue kering antara 3–4 bulan. Kondisi normal ini tercapai jika kue dalam kondisi dingin dan matang. Jenis kue kering yang menggunakan bahan keju memiliki masa simpan yang lebih singkat sebelum akhirnya menjadi rusak.[50] Kue kering yang dipanggang dapat disimpan selama 3 bulan pada suhu ruang.[52]

 
Lemari pendingin khusus kue, termasuk kue kering.

Kue kering yang digabungkan dengan pai dalam penyimpanan hanya dapat disimpan selama tiga hari. Ini berlaku jika keduanya disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 0,5º–4,4 °C. Sedangkan pada lemari pembeku dapat disimpan selama 4–6 bulan. Pada suhu yang sama, penyimpanan kue kering bersama dengan pai dan makanan panggang hanya dapat disimpan selama 2–3 hari di dalam lemari pendingin. Sedangkan pada lemari pembeku dapat disimpan selama 1–2 bulan. Pada suhu yang sama, penyimpanan kue kering bersama dengan pai dan makanan berisi krim hanya dapat disimpan selama 2–3 hari di dalam lemari pendingin. Sedangkan pada lemari pembeku dapat disimpan selama 3 bulan.[53]

Pengemasan

sunting

Carry pack

sunting

Carry pack merupakan jenis kemasan yang tertutup. Kue kering ditaruh di dalamnya. Pengemasan dengan carry pack terlihat elegan. Kondisi kue kering juga terjamin aman dari kontaminasi.[54]

Keamanan

sunting

Kue kering merupakan salah satu jenis makanan yang dapat mengalami pencemaran oleh stafilokokus. Pencemaran ini dapat terjadi jika kue kering mengandung krim.[55]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Bahril, A., dkk. (2019). Hasanah, Uswatun, ed. Aneka Resep Makanan (PDF). Kota Metro: CV. Iqro. hlm. 78. ISBN 978-602-5533-29-7. 
  2. ^ Aidah, S. N., dan Tim Penerbit KBM Indonesia (2020). Panduan Berbisnis Kue Kekinian. Bantul: Penerbit KBM Indonesia. hlm. 4. ISBN 978-623-6965-57-3. 
  3. ^ Napitupulu, B. P., dan Dewiani, S. (2020). "Variasi Kue Tradisional dengan Bahan Dasar Singkong di Dapur Pastry Hotel él Royale Bandung". Jurnal Akomodasi Agung. VII (1): 51. ISSN 2503-2119. 
  4. ^ Lubis 2008, hlm. 2.
  5. ^ Handayani, S., dan Wibowo, R. A. (2014). Kue Kering Terfavorit. Jakarta: Kawan Pustaka. hlm. 5. ISBN 979-757-622-1. 
  6. ^ Didi 2015, hlm. 1.
  7. ^ Ambarini 2015, hlm. 5.
  8. ^ a b c Tim Sedap Saji 2020, hlm. 11.
  9. ^ a b Ambarini 2006, hlm. 5.
  10. ^ Didi 2015, hlm. 2.
  11. ^ Indriani (20015). Selai. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 6. 
  12. ^ a b Handayani, S., dan Wibowo, R. A. (2014). Koleksi Resep Kue Kering. Jakarta Selatan: PT Kawan Pustaka. hlm. 9. ISBN 979-757-579-9. 
  13. ^ Yasa Boga (1987). Kue Kering. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 2. ISBN 978-979-403-176-6. 
  14. ^ Ambarini 2006, hlm. 6.
  15. ^ a b c d Utomo, Hendra (2005). Resep Ekslusif Kue Kering. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 7. 
  16. ^ a b c Indriani 2020, hlm. 7.
  17. ^ Husen, Yantie Febrianti (2013). Variasi Kue Kering Favorit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hlm. 4. ISBN 979-006-476-4. 
  18. ^ Indriani (2015). Step by Step 40 Resep Kue Kering Klasik Favorit Sepanjang Masa. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 5. ISBN 978-602-032-387-9. 
  19. ^ a b Indriani 2020, hlm. 8.
  20. ^ Ambarini 2015, hlm. 6.
  21. ^ Tim Ide Masak (2015). Hardiman, Intarina, ed. 150 Resep Kue Kering Favorit Sepanjang Masa. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 7. ISBN 978-602-03-1351-1. 
  22. ^ a b c Dhani 2019, hlm. 10.
  23. ^ Tim Dapur Demedia (2011). Kue Kering untuk Hari Istimewa. Jakarta: Demedia. hlm. 5. ISBN 979-082-053-4. 
  24. ^ Hamidah, S., dan Komariah, K. (2016). Resep dan Menu (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 71. ISBN 978-602-280-160-3. 
  25. ^ Didi 2015, hlm. 4.
  26. ^ a b Lubis 2008, hlm. 4.
  27. ^ Peneliti Balai Besar Pascapanen (2020). Winarti, C., dkk., ed. Bahan Pangan Potensial untuk Anti Virus dan Imun Booster (PDF). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. hlm. 44. ISBN 978-979-1116-58-9. 
  28. ^ Apriyanto, M., dkk. Kiti, Annisa Ammalia, ed. Pangan Berbasis Fermentasi (PDF). Yogyakarta: Nuta Media. hlm. 14. ISBN 978-623-6040-36-2. 
  29. ^ Sudarmonowati, E., dkk. (2020). Pangan Fungsional Berbasi Ubi Kayu Kaya Beta Karoten. Jakarta: LIPI Press. hlm. 130. ISBN 978-602-496-171-8. 
  30. ^ Soeroto, E. H., dkk. (2018). Pembibitan dan Pengembangan Tanaman Buah Lokal (PDF). Pusat Pemberdayaan Masyarakat Universitas Nasional. hlm. 41. ISBN 978-979-16519-4-3. 
  31. ^ Hesthiati, E., dkk. (2019). Keanekaragaman Hayati Tanaman Buah Langka Indonesia (PDF). Lembaga Penerbit Unas. hlm. 136. ISBN 978-623-7376-12-5. 
  32. ^ Ariani, D., dan Angwar, M. (2018). Produk Pangan Berbasis Tempe dan Aplikasinya. Jakarta: LIPI Press. hlm. 18. ISBN 978-979-799-999-5. 
  33. ^ Rosida, Dedin FInatsiyatull (2019). Supriyadi, Yadi Muhammad, ed. Inovasi Teknologi Pengolahan Sagu (PDF). Surabaya: CV. Mitra Sumber Rejeki. hlm. 7. ISBN 978-602-5553-70-7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-10-01. Diakses tanggal 2022-10-01. 
  34. ^ Azrai, M., dkk. (2020). Tim Balitsereal dan Puslitbang Tanaman Pangan, ed. Teknologi Budidaya Tanaman Jewawut (PDF). Yogyakarta: CV. Cakrawala Yogyakarta. hlm. 57. ISBN 978-623-7362-15-9. 
  35. ^ Mursalin, Lavlinesia, dan Yernisa (2016). Sahrial, dkk., ed. "Sifat Fisiko-Kimia MDAG Minyak Inti Sawit Hasil Pemurnian Menggunakan Creaming Demulsification Technique" (PDF). Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI Tahun 2016. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi: 413. 
  36. ^ Raditrini dan Hani 2015, hlm. 11.
  37. ^ a b Tim Sedap Saji 2020, hlm. 9.
  38. ^ Indriani (2016). Hardiman, I., dan Asmoro, Y., ed. 60 Resep Kue Kering Laris Manis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 6. ISBN 978-602-03-2643-6. 
  39. ^ a b Tim Sedap Saji 2020, hlm. 8.
  40. ^ Husen, Yantie Febriyanti (2013). Kue Kering Paling Diminati. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hlm. 4. ISBN 979-006-475-6. 
  41. ^ Hani, Ratu (2014). Kumpulan Tips Antigagal Membuat Kue Kering. Jakarta: Demedia Pustaka. hlm. 11. ISBN 979-082-219-7. 
  42. ^ Raditrini dan Hani 2015, hlm. 12.
  43. ^ a b Raditrini dan Hani 2015, hlm. 13.
  44. ^ a b c d Raditrini dan Hani 2015, hlm. 10.
  45. ^ a b c Dhani 2019, hlm. 8.
  46. ^ a b Lubis 2008, hlm. 6.
  47. ^ a b Soesilo, Dewi (2016). 40 Resep Kue Kering Mudah Dibuat. Jakarta: Demedia Pustaka. hlm. 9. ISBN 978-979-082-265-8. 
  48. ^ a b Didi 2015, hlm. 12.
  49. ^ Erwin, Lily T. (2013). Aroma Rasa Kuliner Indonesia: Kue Kering Klasik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 5. 
  50. ^ a b Lubis 2008, hlm. 10.
  51. ^ Eviyanti, A., dkk. (2020). Mozaik Kisah Penguat Sesama di Masa Pandemi Covid-19 (PDF). Sidoarjo: UMSIDA Press. hlm. 125. ISBN 978-623-6833-32-2. 
  52. ^ Asiah, N., dkk. 2020, hlm. 52.
  53. ^ Asiah, N., dkk. 2020, hlm. 51.
  54. ^ Setiawardani, M., dkk. (2020). Efawati, Yen, ed. Teknis Pembuatan Kemasan Makanan: Panduan Lengkap Untuk Pemula dalam Memahami Proses Pembuatan Kemasan Nano Store (PDF). Bandung Barat: PT Edukasi Riset Digital. hlm. 16–17. ISBN 978-623-94738-2-2. 
  55. ^ Pedoman Kriteria Cemaran pada Pangan Siap Saji dan Pangan Industri Rumah Tangga (PDF). Jakarta: Direktorat Standardisasi Produk Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. hlm. 6. ISBN 978-602-3665-11-2. 

Daftar pustaka

sunting