Garam laut

Garam yang dihasilkan dari penguapan air laut

Garam laut adalah garam yang dihasilkan dari penguapan air laut. Garam laut memiliki banyak kegunaan, diantaranya sebagai bumbu masak dan kosmetika. Ilmu pembuatan garam laut telah dilakukan sejak zaman prasejarah. Berbagai juru masak mempercayai bahwa garam laut memiliki rasa yang lebih baik dibandingkan garam tambang. Meski disebut garam laut, tetapi pengumpulan tidak selamanya dilakukan di laut. Beberapa dilakukan di danau air asin.

Garam laut yang telah dikumpulkan di keranjang
Pengumpulan garam secara manual di Danau Retba, Senegal
Deposit garam di pinggir Laut Mati, Yordania

Sejarah sunting

Garam laut disebutkan dalam naskah umat Buddha, Vinaya Pitaka yang ditulis pada abad ke 5 SM.[1] Prinsip produksi garam dapur adalah menguapkan air laut. Di daerah yang hangat dan kering, proses ini dapat dilakukan sepenuhnya dengan mengandalkan cahaya matahari. Di kawasan yang lebih dingin, bahan bakar tambahan diperlukan.

Pada masa lalu, tambak garam dibangun di kawasan di mana pantai mudah dibentuk, tenaga kerja yang murah, dan dekat dengan aktivitas ekonomi yang membutuhkan garam (misal pembuatan keju dan pengawetan daging). Sehingga tambak garam terintegrasi dengan kawasan peternakan.[2] Pantai yang dibentuk menjadi tambak garam akan menyuplai air laut ketika pasang. Tidak jarang tambak dialasi permukaan yang keras seperti keramik untuk mempermudah pengumpulan garam.[2]

Di kawasan Sichuan, China, pembuatan garam tradisional dilakukan dengan merebus air garam di pot-pot besar yang terbuat dari tanah liat dan di bawahnya terdapat rongga tempat dibakarnya gambut atau kayu bakar.[3]

Garam laut tidak selalu dihasilkan dari laut karena beberapa negara seperti Amerika Serikat tetap memberi label "garam laut" selama tingkat kemurniannya sesuai dengan yang disyaratkan. Sehingga garam tambang yang dicampur mineral lainnya dapat disebut dengan garam laut menurut ketentuan ini.[4]

Komposisi sunting

Komposisi garam laut umumnya sama dengan kandungan ion yang terlarut dalam air laut. Garam laut kering mengandung kurang lebih 55.5 persen klor, 30.8 persen natrium, 7.7 persen sulfat, 3.7 persen magnesium, 1.2 persen kalsium, 1.1 persen kalium.[5]

Iodium, nutrisi esensial bagi manusia, terkandung dalam garam laut dalam jumlah yang sangat kecil. Garam yang dijual dengan label "garam beryodium" adalah garam yang difortifikasi atau diperkaya dengan iodium.[6][7]

Rasa sunting

Beberapa juru masak percaya garam laut memiliki rasa dan tekstur yang lebih baik dibandingkan garam tambang.[8] Tekstur garam laut murni cenderung lebih kasar sehingga laju kelarutan garam di dalam mulut akan bervariasi dan memberikan rasa yang berbeda. Kandungan mineral juga dapat mempengaruhi rasa. Keberadaan mineral tanah liat dan alga setempat dapat mempengaruhi warna yang dihasilkan. Seperti garam laut dari Korea dan Prancis dapat memiliki warna merah muda, dari India berwarna hitam, dan dari Hawaii berwarna hitam dan merah.[9]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Prakash, Om (2005-01-01). Cultural History of India. New Age International. hlm. 479. ISBN 9788122415872. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 10 December 2012. 
  2. ^ a b Murphy, Peter (2009-10-06). The English Coast: A History and a Prospect. Continuum International Publishing Group. hlm. 37–38. ISBN 9781847251435. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 10 December 2012. 
  3. ^ Flad, Rowan K. (2011-07-18). Salt Production and Social Hierarchy in Ancient China: An Archaeological Investigation of Specialization in China's Three Gorges. Cambridge University Press. hlm. 50. ISBN 9781107009417. Diakses tanggal 10 December 2012. 
  4. ^ Wolke, Robert L. (2008-10-17). What Einstein Told His Cook: Kitchen Science Explained. W. W. Norton & Company. hlm. 52. ISBN 9780393329421. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 10 December 2012. 
  5. ^ "Great Salt Lake". Utah Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-28. Diakses tanggal 15 July 2014. 
  6. ^ Fisher, Peter W. F. and Mary L'Abbe. 1980. Iodine in Iodized Table Salt and in Sea Salt. Can. Inst. Food Sci. Technolo. J. Vol. 13. No. 2:103–104. April
  7. ^ Dasgupta, Purnendu K. (1 February 2008). "Iodine Nutrition: Iodine Content of Iodized Salt in the United States". Environmental Science & Technology. 42 (4): 1315–1323. doi:10.1021/es0719071. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-26. Diakses tanggal 25 October 2011. 
  8. ^ ""Worth One's Salt" by Dan Crane, Salon, Apr 2005". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-25. Diakses tanggal 2014-03-16. 
  9. ^ Wolke, Robert L. What Einstein Told His Cook. (2002) pp. 49–50.

Bahan bacaan terkait sunting