Blahbatuh, Gianyar

kecamatan di Kabupaten Gianyar, Bali
(Dialihkan dari Kecamatan Blahbatuh)

8°33′58″S 115°17′44″E / 8.566228°S 115.295543°E / -8.566228; 115.295543

Blahbatuh
Peta lokasi Kecamatan Blahbatuh
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenGianyar
Pemerintahan
 • CamatA.A Raka Suryadi Putra.(2009)[1]
Populasi
 • Total65,875 jiwa (2.010)[2] jiwa
Kode pos
80581
Kode Kemendagri51.04.02 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS5104020 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan9
Peta
PetaKoordinat: 8°33′57.078″S 115°17′45.924″E / 8.56585500°S 115.29609000°E / -8.56585500; 115.29609000


Blahbatuh adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gianyar, provinsi Bali, Indonesia.[3] Luasnya adalah 39,70 km². Alamat kantor camat berada di Jalan Wisma Gajahmada No.1.[4]

Sejarah

sunting

Topeng Gajah Mada

sunting

Pada tahun 1937, seorang sarjana Belanda bernama H.H. Noosten melakukan penyelidikan tentang topeng Gajah Mada dan menerbitkan hasil penelitiannya dalam Majalah DJAWA Nomor 3, Mei 1941 dengan judul "De Historische Maskers van Poera Panataran Topeng te Blahbatoe (Bali)" atau "Topeng-topeng Bersejarah di Pura Panataran Topeng Blahbatuh (Bali)". Uraian panjang penelitian itu dilengkapi dengan foto hitam putih yang dramatis, serta penjelasan oleh I Gusti Gede Lanang, seorang mantan punggawa distrik Blahbatuh pada masa itu. Menurut penelitian tersebut, ditemukan topeng (tapel) sebanyak 21 buah yang menggambarkan tokoh-tokoh sejarah Majapahit dan Bali yang berkisar sekitar tahun 1325-1650, yang disimpan di Pura Penataran Topeng Blahbatuh.

Para ahli belum menemukan dari mana asal topeng-topeng Gajah Mada yang tersimpan di Blahbatuh itu dan masih meragukan apakah benar topeng-topeng itu berasal dari Jawa Timur. Namun, masih dapat terlihat peninggalan kuno berupa prasasti dan lontar yang dapat dipakai sebagai rujukan. Pada masa pemerintahan raja-raja Bali Kuno ditemukan sejumlah prasasti yang menyebutkan adanya pertunjukan topeng.

Prasasti itu meliputi prasasti Bebetin (896 M), prasasti Tengkulak A (1049-1077 M), prasasti Belantih A (1058 M), prasasti Julah (1065 M), dan prasasti Pandak Bandung (1071 M), kesemuanya menyebutkan pertunjukan topeng sebagai partapuka atau atapukan. Salah satu karya sastra yang mendekati kebenaran mengenai sejarah topeng Gajah Mada ini adalah lontar Ularan Prasraya. Dalam lontar ini diceritakan tentang pemerintahan Dalem Waturenggong yang bertahta di Gelgel tahun 1460-1550. Pada masa pemerintahannya, dia berniat untuk menaklukkan Blambangan. Maka itu dikirimlah sepasukan tentara di bawah pimpinan Patih Ularan dan ditemani oleh I Gusti Jelantik Pasimpangan. Pada pertempuran itu, Sri Dalem Juru, raja Blambangan dapat ditaklukkan. Pada saat itu, Patih Ularan dan I Gusti Jelantik Pasimpangan merampas barang-barang sebagai bukti bahwa mereka berdua telah berhasil mengalahkan Blambangan. Di antara benda yang dibawa dari Blambangan adalah dua buah gong, satu peti topeng, dan sekotak wayang gambuh. Topeng Gajah Mada dan sekotak Wayang Gambuh itu kini juga masih berada di Blahbatuh.

Setelah Dalem Baturenggong wafat, dia diganti oleh putra mahkota yang bernama Dalem Bekung (memerintah 1550-1580). Kemudian setelah meninggal Dalem Bekung diganti oleh Dalem Seganing yang memerintah Gelgel pada 1580-1665. Pada pemerintah Dalem Sagening ada 3 orang keturunan I Gusti Jelantik Pasimpangan yang bernama I Gusti Ngurah Jelantik, I Gusti Gede Tusan, dan I Gusti Gede Lebah. Pada saat inilah, diduga salah seorang dari keluarga I Gusti Ngurah Jelantik itu menarikan Topeng Pajegan dengan menggunakan topeng-topeng yang diperoleh dari Blambangan. Kemudian setelah kerajaan Gelgel dipindahkan ke Semarapura (Klungkung) dan pada pemerintahan Dalem Wirya Sirikan kira-kira pada tahun 1879, semua topeng-topeng sakral Gajah Mada itu dipindahkan ke Blahbatuh oleh keturunan keluarga I Gusti Ngurah Jelantik.

Untuk sekian abad topeng-topeng itu disimpan di Pura Penataran Topeng Blahbatuh dan baru-baru ini dipindahkan ke Puri I Gusti Agung Jelantik untuk keamanan dan pemeliharaan benda-benda bertuah itu. Menurut I Gusti Gede Lanang, mantan punggawa distrik Blahbatuh dan pengamatan Tim Peneliti ASTI Denpasar pada tahun 1986, terdapat 21 buah topeng yang berada di pura ini. Menurut ikonografi topeng-topeng itu, hanya 6 buah yang menggunakan canggem (gaya topeng) dari Jawa dan selebihnya topeng-topeng yang tidak menggunakan canggem kemungkinan dibuat di Bali.

Adapun tokoh-tokoh topeng yang didaftar oleh H.H. Noosten antara lain Danghyang Kepakisan (seorang pendeta Siwa yang juga disebut pandita Paramarta, guru agama dari Patih Gajah Mada di Majapahit. Ki Gusti Pinatih, patih Majapahit yang tertua yang mengambil Papak Mada sebagai anak angkatnya dan mengawinkannya dengan Ni Gusti Ayu Bebed.

Sira Patih Gajah Mada yang juga disebut Mpu Mada, patih Majapahit sejak pemerintahan Sri Kala Gemet sampai raja Hayam Wuruk.[5][6]

Pemerintahan

sunting

Daftar Camat

sunting

Daftar berikut belum lengkap karena diambil dari data sementara berita dan informasi lepas.

Daftar Camat Blahbatuh
No. Nama Awal menjabat Akhir menjabat Keterangan Ref.
1 A.A Raka Suryadi Putra. 2009? [7]
2 I Made Krya Gunastra 2015? [8]
3 Ketut Narayana 2018? [9]

Pembagian Wilayah Administrasi

sunting

Kecamatan Blahbatuh dibagi menjadi 9 Kelurahan/Desa, yang diurutkan abjad sebagai berikut:

  1. Bedulu
  2. Belega
  3. Blahbatuh
  4. Bona
  5. Buruan
  6. Keramas
  7. Medahan
  8. Pering
  9. Saba

Tempat Ibadah

sunting

Kecamatan Blahbatuh kaya akan peninggalan purbakala dan benda-benda bersejarah. Di sebelah timur pasar desa Blahbatuh terdapat sebuah pura kuno yang megah dan indah. Pura itu bernama Pura Gaduh, sebuah tempat penyimpanan benda-benda bersejarah yang didirikan untuk menghormati jasa Mahapatih Kebo Iwa, seorang pahlawan kesayangan raja Asta Sura Ratna Bumi Banten yang tewas di kerajaan Majapahit.

Di sebelah utara persimpangan jalan dari Bedahulu ke Gianyar terdapat sebuah pura bersejarah yang disebut Pura Kutri. Di atas puncak bukit di pura tersebut terdapat sebuah arca Dewi Durga yang tingginya 220 cm. Arca yang dibuat dari batu padas yang sangat indah merupakan perwujudan Ibunda Raja Airlangga yang bergelar Putri Gunapriyadharmapatni. Patung itu berasal dari awal abad XI.

Di atas sungai Petanu memasuki Desa Blahbatuh dari Denpasar terdapat sebuah pura kecil yang bernama Pura Penataran Topeng. Di pura itu disimpan sejumlah topeng-topeng sakral yang dinamakan Topeng Gajah Mada. Topeng-topeng itu kini sudah dipindahkan ke Puri Agung Jelantik Blahbatuh dan menurut sumber tepercaya bahwa topeng-topeng itu sering ditampilkan sebagai pergelaran Topeng Pajegan pada upacara-upacara besar di sekitar Desa Blahbatuh untuk pengukuhan sebuah upacara keagamaan.

Referensi

sunting
  1. ^ "Informasi kecamatan di Gianyar". Pemerintahan Kabupaten Gianyar. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik Indonesia. Diakses tanggal 8 Maret 2019. 
  3. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ "Alamat instansi di Gianyar". Pemerintahan Kabupaten Gianyar. 
  5. ^ Sumber: Bali Post 23 Januari 2011 dan Drs. I Made Bandem. (Bagus P. Susilo)
  6. ^ Blahbatuh, Pesona. "Sejarah Pura Penataran Topeng Blahbatuh, Gianyar - Article". Pesona Blahbatuh. Diakses tanggal 2022-12-09. 
  7. ^ "Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar | www.gianyarkab.go.id". www.gianyarkab.go.id. Diakses tanggal 2020-03-01. 
  8. ^ "Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar | www.gianyarkab.go.id". www.gianyarkab.go.id. Diakses tanggal 2020-03-01. 
  9. ^ "Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar". gianyarkab.go.id. Diakses tanggal 2020-03-01. 

Pranala luar

sunting