Kebun atap adalah lahan berupa taman atau kebun yang terletak di atas atap bangunan atau gedung.[1] Konsep kebun atap telah ada sejak lama, buku sejarah mencatat salah satu kebun atap di dunia yang termasyhur adalah Taman Gantung Babylonia yang merupakan kebun menggantung di balkon istana. Di Indonesia, konsep kebun atap telah lama digaungkan seiring dengan konsep desain hijau pada bangunan untuk mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global.

Kebun atap di Rumah Sakit Ormond, Inggris.
Kebun atap di Rumah Sakit Ormond, Inggris.

Konsep kebun atap menjadi keunggulan yang ditonjolkan di perkotaan.[1] Mengingat menemukan Ruang Terbuka Hijau atau lahan yang tidak menganggur di kota besar sangatlah sulit karena terbatasnya lahan kosong. Desain atap untuk dibuat kebun atap dibuat dengan bentuk spesifik untuk mengoptimalkan penggunan kebun atap.[1]

Sejarah sunting

 
Miniatur Taman Gantung Babilonia

Sejarah mencatat, kebun atap pertama kali dibuat di daerah Ziggurats, Mesopotamia yang dibangun pada abad keempat hingga keenam sebelum masehi.[2] Taman Gantung Babilonia, yang dibangun oleh Raja Nebukadrezar II (605-562 SM) adalah kebun atap yang ditanami berbagai macam pepohonan di teras istana untuk mengurangi suhu gurun yang panas. Taman Gantung Babilonia yang pernah dianggap sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia dipersembahkan kepada Ratu Amytis yang merindukan tanah airnya.[2]

Hingga pada tahun 1463, Paus Pius II membuat rancangan kebun atap modern pertama di Italia.[2] Kemudian beranjak ke tahun 1890-an, taman atap menjadi populer di Kota New York dan dinamakan Madison Square Garden.

Di abad ke-20, arsitektur bangunan dengan menggunakan atap datar sangat sering ditemukan di perkotaan terutama pada rumah pribadi dan bangunan komersial.[3] Prinsip kebun atap tidak jauh berbeda dengan kebun di darat, yang membedakan adalah kedalaman tanah yang sedikit dan penggunaan tanaman dengan akar serabut yang terbatas. Kebun atap di era modern umumnya diatur dalam sebuah pot besar atau media tanam yang sesuai.[3]

Manfaat sunting

 
Kebun atap di Kota Essex, Inggris.

Kebun atap menjadi pilihan kaum urban di perkotaan, mengingat kondisi lahan yang sangat minim untuk berkebun dan menanam sayuran atau buah-buahan.[4] Selain memberikan manfaat ekonomis, kebun atap akan memberikan suasana lebih segar karena memberikan asupan Oksigen, mengurangi emisi gas CO2, dan membantu menurunkan suhu perkotaan.[1][5]

Kebun atap mampu mengurangi resapan air hujan sebesar 50-90 persen dengan proses transpirasi dan evaporasi. Keberadaannya di atap bangunan akan mengalirkan uap air ke udara dan menahan air sementara di media tanam.[1] Selain dapat digunakan sebagai lahan terbuka keluarga, kebun atap dapat mengurangi kebisingan 3 dB sampai dengan 8 dB. Tak hanya itu, lapisan vegetasi yang ditanam pada atap mampu meredam gelombang elektromagnetik dari transmisi sinyal radio.

Sementara itu atap yang tidak ditanami tanaman atau dibuat polos hanya dapat bertahan 15 hingga 25 tahun dikarenakan tekanan cuaca dan cahaya matahari terus menerus.[1] Suhu yang tinggi, radiasi ultraviolet, serta hujan dapat mempercepat proses lapuk dan penggerusan atap. Arsitek menyebut, kebun atap dapat menjadi solusi dan perlindungan jangka panjang untuk mengurangi efek tekanan pada atap bangunan.[1]

Bercocok tanam sunting

Bercocok tanam di kebun atap menggunakan rak bertingkat dapat menjadi alternatif. Akan tetapi budidaya di kebun atap memerlukan ruang yang cukup untuk meletakkan media tanam beserta tumbuhannya. Kebun atap tentu membutuhkan perawatan yang mesti diperhatikan sama halnya seperti kebun biasa.[6]

  • Sistem pengairan dan pemberian pupuk

Penggunaan pupuk dan pengairan sangat penting untuk merawat tanaman di kebun atap. Sistem irigasi yang digunakan biasanya berupa air yang dikeluarkan setetes demi setetes dalam jangka waktu panjang dan rutin. Pemberian air secara terus-menerus dilakukan untuk mencegah air menggenang di permukaan media tanam.[7] Kebun atap di perkotaan umumnya dibuat dengan kedalaman lapisan tanah yang relatif tipis untuk mengurangi bobot pada atap, namun demikian itu diperlukan nutrisi yang sesuai pada tanaman di kebun atap.[6] Selain itu, jika kebun atap memiliki kemiringan yang curam, maka air hujan akan cepat cepat membuang nutrisi sebelum terserap tanah.[7]

  • Lapisan membran
 
Kutu daun adalah hama yang sering ditemukan di kebun atap.

Untuk membuat kebun atap diperlukan lapisan membran pada atap yang berfungsi untuk mencegah air membasahi permukaan dinding bangunan.[6] Lapisan membran dapat terbuat dari terpal dan selalu dilakukan pengecekan berkala dari satu petak ke petak lain.[8]

  • Kendala hama

Keberadaan kebun atap di atas bangunan yang mendapat sinar matahari sepanjang hari biasanya mengundang hama tanaman seperti kutu daun, serangga, hingga tikus.[6] Periksa selalu tanda-tanda kedatangan hama seperti daun yang mulai menguning, rontok, terdapat sarang serangga, hingga terlihat kotoran. Bersihkan media tanam secara rutin dengan pemberian obat pembasmi yang sesuai dengan hama tanaman.[8]

  • Pemangkasan

Tak seperti kebun pada umumnya, tanaman pada kebun atap akan tumbuh lebih lambat. Meski demikian harus dipastikan agar tanaman terbebas dari gulma.[6] Lakukan pemangkasan pada ujung-ujung tanaman yang mulai tua dan layu, pemangkasan rutin dilakukan agar nutrisi terserap tumbuhan secara optimal.[6]

Pemilihan tanaman sunting

Kebun atap dapat dilakukan dalam skala besar maupun kecil, dari penanaman sayuran untuk konsumsi individu hingga menjual hasil tanaman organik memerlukan berbagai pertimbangan seperti memakai alat pengangkut barang dan sistem irigasi yang memadai.[8] Bertani di kebun atap dianggap mampu menjaga ketahanan pangan, dengan menggunakan teknologi yang baru akan membantu menumbuhkan tanaman secara lebih efisien.

Namun demikian kebun atap tidak dapat menggantikan fungsi pada lahan yang ditanam tanaman pokok seperti gandum, padi, jelai, atau sereal dengan skala besar. Kebun atap lebih tepat digunakan untuk menanam sayuran hijau serta tanaman berdaun lembut.[8]

Galeri sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g "Pemanfaatan Roof Garden BMN Gedung di Kompleks Kanwil DJKN Jakarta". www.djkn.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 2022-12-01. 
  2. ^ a b c Stone, Helen (2017-04-08). "The History of Rooftop Gardens". Turf Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-01. 
  3. ^ a b "gardening - Water gardens | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-01. 
  4. ^ "Rooftop Garden Solusi Berkebun di Perkotaan". pustaka.setjen.pertanian.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-01. 
  5. ^ "Vertikal-Roof Garden di Jakarta Akan Dihitung Sebagai Ruang Terbuka Hijau". kumparan. Diakses tanggal 2022-12-01. 
  6. ^ a b c d e f Media, Kompas Cyber (2015-09-12). "Saatnya Merawat "Roof Garden" secara Berkala Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-12-01. 
  7. ^ a b Dean, Jacob (2020-06-06). "How to Build an Urban Rooftop Garden". Modern Farmer (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-01. 
  8. ^ a b c d "BBC - Gardening - Gardening Guides - Techniques - Build a green roof". www.bbc.co.uk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-01.