Karangsemi, Gondang, Nganjuk

desa di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur

Karangsemi (Hanacaraka: ꦏꦫꦁ​ꦱꦺꦩꦶ) adalah sebuah desa di Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Desa Karangsemi meliputi dusun Pilangglenteng, yang mempunyai perbatasan dengan Desa Balonggebang di sebelah utara, Desa Mojoseto di sebelah barat, Desa Demangan di sebelah selatan, dan Desa Sanjayan di sebelah timur. Pada zaman dahulu, Karangsemi dikenal dengan nama Karangmanglo.

Karangsemi
Peta lokasi Desa Karangsemi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenNganjuk
KecamatanGondang
Kode pos
64451
Kode Kemendagri35.18.17.2004
Luas343,84 Ha
Jumlah penduduk2.393 jiwa (2022)

Sejarah sunting

Ki Ageng Keniten sunting

Desa Karangsemi sangat berhubungan dengan Makam Ki Ageng Keniten. Ki Ageng Keniten merupakan seorang raja dari kerajaan kecil yang bernama Pujon Manis. Makam itu sekitar 500 meter dari jembatan Karangsemi. Kerajaan Pujon Manis merupakan kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram.

Ki Ageng Keniten merupakan orang yang sakti mandraguna pernah mokong (bandel) tidak setor upeti ke Kerajaan Mataram. Suatu saat beliau kena rayuan gadis penjual jamu di Pasar Ngareman yang kemudian oleh Ki Ageng Keniten diajak ke Kerajaan Pujon Manis. Ki Ageng Keniten terlena menyampaikan kelemahannya yang terletak di tenggorokan kepada gadis penjual jamu, yang ternyata putri dari pejabat Kerajaan Mataram. Karena sudah tahu kelemahannya, Ki Ageng Keniten diserang oleh Kerajaan Mataram. "Karena tidak ada persiapan maka Kerajaan Pujon Manis dapat dikalahkan dengan mudah dan akhirnya lari ke arah utara dan diadang oleh Prajurit Kademangan di Dusun Ngrajek. Lari lagi dan menyelinap di bawah pohon bendo dan melarikan ke Kadipaten Kandangan lalu melarikan diri ke arah utara dengan darah yang berceceran. Karena kena pusaka prajurit Mataram tersebut, lari sampai ke Desa Demangan dan sebelum meninggal ia berpesan kepada para pengikutnya bahwa nanti kalau meninggal supaya dikubur di sebelah utara Sungai Widas. Namun oleh prajurit dikubur di selatan Sungai Widas. pada malam harinya terjadi hujan dan seperti ada kekuatan gaib. Sebuah selendang menghantam tanah kosong di selatan makam. Aliran Sungai Widas kemudian berbelok ke tanah tersebut. Sehingga Makam Ki Ageng Keniten jadi berada di utara sungai. Kemudian prajuritnya dikutuk menjadi seekor kera yang jumlahnya 250 tidak bisa kurang dan lebih. Apabila ada yang membunuh maka orang tersebut akan ikut mati pada Hari Jumat pahing.

Setelah kejadian tersebut pengembara dari Bojonegoro merawat makam tersebut dan 4 tahun kemudian daerah ini dinamakan Desa Karangmanglo. Tapi 15 tahun kemudian karena perkembangan zaman desa ini diubah namanya menjadi Desa karangsemi.

Ki Ageng Keniten (Versi lain) Diarsipkan 2021-11-05 di Wayback Machine. sunting

Ki Ageng Keniten adalah seorang senopati perang pada jaman kerajaan Mataram yang mendapat tugas untuk mengamankan Mataram wilayah timur. Karena pada saat itu di wilayah timur Kerajaan Mataram banyak sekali perusuh yang meresahkan penduduk, seperti perampasan, perampookan, pencurian, perkosaan serta menyebarnya wabah penyakit menular. Dalam perjalanan menjalankan tugasnya ke wilayah timur, Ki Ageng keniten sempat mengalami kebingungan maka berhentilah beliau di satu tempat untuk beristrahat sekaligus berdoa mohon ptunjuk kepada Tuhan, beliau beristrahat dan bermunajat atau berdoa di bawah pohon Manisah. Dan tempat tersebut saat ini di kenal menjadi sebuah nama desa yaitu Desa Pujon Manis. Ki Ageng Keniten terkenal sebagai seorang yang cerdik, dengan kecerdikannya tersebut beliau dalam menjalankan tugasnya sering menyamar menjadi seorang rakyat jelata dengan nama Ki Projo Sentono. Selain itu beliau juga mempunyai ilmu atau keahlian dalam menyembuhkan orang yang sakit, sehingga nama Ki Ageng Keniten terkenal sampai ke pelosok desa. Dan banyak pula para pemuda yang belajar ilmu kanuragan (bela diri) kepada beliau.

Ki Ageng Keniten dalam menjalankan tugasnya di wilayah timur Mataram memakan waktu yang brtahun-tahun, sehingga beliau tak kunjung kembali ke Mataram. Maka Raja Mataram mengirim telik sandi untuk mencari dimana keberadaan dan keadaan Ki Ageng Keniten. Telik sandi mataram yang dikirim oleh raja tersebut berhasil mengetahui keberadaan Ki Ageng Keniten dan melaporkan kepada raja mataram bahwa keadaan di wilayah timur mataram sudah aman. Berkaitan dengan lamanya Ki Ageng Keniten di wilayah timur karena beliau masih melatih ilmu kanuragan para pemuda dan beliau menyatakan kalau beliau belum bisa pulang ke Mataram karena di wilaya imur masih banyak warga yang membutuhkan tenaga dan pertolongan beliau.

Mendengar kabar dari telik sandinya, raja mataram memerintahkan kepada prajuitnya untuk mengajak Ki Ageng Keniten pulang kembali ke Mataram dengan cara baik-baik dan apabila Ki Ageng Keniten tetap tidak mau kembali secara baik-baik maka diperintahkan untuk menggunakan jalan kekerasan. Sesampainya prajurit itu di wilayah timur teryata Ki Ageng keniten tetap tidak mau kembali, akhirnya terjadilah peperangan antara prajurit mataram dengan pengikut Ki Ageng Keniten. Dalam pertempuran ini prajurit mataram mengalami kekalahan sehingga kembali ke mataram dan melaporkan kepada raja tentang berita kekalahan prajuritnya, serta kabar kalau teryata ki Ageng Keniten itu adalah seorang yang sakti mandraguna yang kebal dengan senjata tajam. Mendengar semua cerita itu maka rajapun berpikir bagiman cara mengalahahkn Ki Ageng Keniten di perlukan strategi atau siasat untuk mencari kelemahan Ki Ageng Keniten. Maka diutuslah Putri kerajaaan mataram ke wilayah timur untuk mencari kelemahan Ki Ageng Keniten. Dengan kecerdikan dan kecantikanya putri kerajaan tersebut menyamar menjadi seorang biasa yang bernama Roro Kuning yang kesehariannya sebagai pejual jamu gendong dan dia menetap di satu desa yang benama Desa Kuniran. Dengan berjalanya waktu, jamu gendong Roro Kuning semakin terkenal maka bertemulah Roro Kuning dengan Ki Ageng Keniten yang sering menyembuhkan orang sakit., sehingga terjadi interaksi antara Ki Ageng Keniten dengan Roro Kuning dalam menyembuhkan orang. Karena seringnya bertemu maka Roro Kuning berhasil mengetahui kelemahan Ki Ageng keniten dan dia pun langsung pulang ke Mataram untuk melaporkan hal ini kepada raja. Maka sang raja pun mengerahkan prajuritnya untuk menghancurkan Ki Ageng Keniten beserta pengikutnya.

Maka terjadilah pertempuran yang kedua kalinya antara prajuit mataram dan Ki ageng keniten beserta pengikutnya di daerah Desa Miren, di pertempuran ini pengikut Ki ageng Keniten mengalami kekalahan karena jumlahnya lebih sedikit dari prajurit mataram. Sehingga beliau memerintahkan pengikutnya untuk lari ke daerah utara tetapi tetap di kejaar terus oleh prajurit mataram, pengikut Ki Ageng Keniten semakin terdesak pada saat itu beliau terluka terkena tombak prajurit mataram, maka banyak pengikutnya yang menangisi beliau meratapi luka yang di derita oleh beliau. Ki Ageng Keniten tetap memrintahkan pengikutnya untuk terus lari kearah utara, dalam pelarian kearah utara tersebut beliau melihat pancaran cahaya terang di utara akan tetapi para pengikut beliau tidak melihat hal itu. Maka beliau mmerintahkan para pengikutnya untuk terus menuju pancaran cahaya tersebut, maka sampailah beliau dan pengikutnya di tepi sungai disini prajurit mataram sudah tidak mengejar lagi tetapi beliau terkena anak panah dari prajurit mataram yang saat ini d kenal dengan Dusun Pancar.

Sebelum beliau meninggal, Ki Ageng Keniten bercerita kepada para pengikutnya tentang jatidiri beliau yang sebenarnya. Bahwa sebenarnya beliau adalah seorang senopati mataram yang di utus oleh raja mataram untuk mengamakan wilayah timur dari ganguan keamanan. Beliau merasa kecewa dengan cara betempur prajurit mataram yang main keroyokan, maka beliau berpesan kepada para pengikutya bahwa sebagai kesatria dalam bertempur jangan main keroyokan, karena cara itu seperti cara kera. Beliau juga berpesan kepada para pengikutnya jikalau beliau meninggal, beliau minta supaya di makamkan disebelah utara sungai karena beliau tidak mau di makamkan di tempat pertempuran keroyokan ini. Maka beliau menghembuskan nafas terakhirnya,karena hari sudah mulai malam maka para pengikut Ki geng Keniten kebingungan bagaimana cara membawa jenazah Ki ageng Keniten ke utara sungai, maka di makamkanlah jenazah beliau diselatan sungai tepatnya di dekat batu karang dan di bawah pohon yang menjulang ke sungai, karena merasa tidak bisa melaksanakan amanah Ki Ageng Keniten maka para pengikut beliau siap menjaga makam beliau siang malam di selatan sungai. Pada saat itu turunlah hujan yang sangat lebat sekali, sehingga kondisi di selatan makam berubah menjadi sungai, dan makam Ki Ageng Keniten berubah menjadi di sebelah utara sungai di dekat batu karang dan di bawah pohon yang menjorok ( mangklung ) ke sungai sehingga makam Ki Ageng Keniten disebut dengan makam Mbah Karang Mangklo. Dan pada saat itu pula di sekitar makam beliau juga muncul kawanan kera yang masih ada sampai sekarang.

Batu yang ada di sekitar makam yang seing di kerumuni kera itu disebut batu karang semedi, karena batu itu sering digunakan untuk alas sholat. Batu tesebut konon tidak mau di pindah pindah tepatnya. Konon ada seseorang dari selatan sungai yang usil dan berniat tidak baik membawa batu terebut untuk di jadika alas wudlu orang tersebut terkena musibah, ada juga yang membawanya untu alas mandi tapi orang tersebu juga terkena musibah, akhirnya tak seorangpun yang berani membawa batu itu. Tapi ironisnya saat ini tidak ada yang tahu keberadaan batu tersebut.

Dengan adanya banyak yang kejadian aneh tersebut, warga masyarakat sekitar mempercayai bahwa Ki Ageng Keniten ( Mbah Karang mangklo ) itu adalah seorang yang sakti. Wilayah tempat dimakamkannya Mbah Karangmanglo berada di area Desa Karangsemi, pada waktu itu Desa Karangemi sendiri terbagi atas 3 (tiga ) wilayah yaitu Karangmanglo ( tempat makam Ki Ageng Keniten ), Karangsemi dan Karang Kletak, dan sekarang ketiganya menjadi Desa Karangsemi. Warga masyarakat Desa Karangsemi dalam memberikan penghormatan kepada makam Ki Ageng Keniten ( Mbah Karangmanglo ) adalah degan cara membawa tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur dan shodaqoh ke makam beliau setiap malam jumat pahing. Selain itu warisan leluhur yang masih di lakukan oleh warga masyarakat Desa Karangsemi adalah Ritual Agung yang di gelar setiap tahun sekali, tepatnya di bulan besar tahun penanggalan jawa tepatnya pada malam jumat pahing dan dilanjutkan pada hari jumat paginya yang lebih di kenal dengan acara Bersih Desa Nyadran. Acara bersih desa Nyadran ini tidak hanya di laksnanakan oleh warga Desa Karangsemi saja tetapi juga di laksanakan ole warga Desa Mojoseto, yang dihadiri juga oleh Pejabat Kabupaten, Pejabat Kecamatan, MUSPIKA, Perangkat Desa serta tokoh agama serta tokoh masyarakat Kedua Desa.

Mitos Makam Ki Ageng Keniten sunting

 
Makam Ki Ageng Keniten terlihat dari depan pendopo

Di makam Ki Ageng Keniten di Desa Karangsemi kadang ada gerombolan kera yang datang ke makam tersebut. Mitos yang berkembang di masyarakat, pengunjung tidak boleh mengganggu kera tersebut. Kera yang muncul di area makam biasanya cari makan. Ada mitos juga pengunjung tidak boleh mengganggu. Konon, pengunjung atau siapa pun yang mengganggu kera tersebut akan tertimpa kesialan.

"Betul itu, dulu pernah ada pemburu menembak kera dan saat pulang sampai rumah orang tersebut meninggal dunia. Jadi saya selalu pesan jangan mengganggu kera yang kadang muncul," ungkap Wagiran (Juru Kunci).

Kera tersebut tidak setiap hari muncul di makam tersebut. Konon yang bisa menjumpai kera akan mendapat keberkahan. Biasanya yang menjumpai akan mendapatkan berkah mungkin rejeki juga. Kadang sembunyi di bambu pinggir Sungai Widas. Gerombolan kera tersebut, dalam mitosnya disebutkan sebagai jelmaan para prajurit Kerajaan Mataram, yang dikutuk oleh Ki Ageng Keniten. Konon dulu, prajurit Kerajaan Mataram menyerang Ki Ageng Keniten yang merupakan Senopati Mataram. Ki Ageng Keniten dianggap membangkang karena tidak mau kembali ke kerajaan saat mendapat tugas di Pujon Manis. Ki Ageng Keniten tidak suka cara pemerintahan Mataram yang sering main keroyok saat pertempuran. Main keroyok tersebut oleh Ki Ageng Keniten dianggap seperti kera.

 
Juru kunci makam saat nyadran (sedekah desa) 2021

Juru Kunci Makam Ki Ageng Keniten sunting

Seiring dengan usia Makam Ki Ageng Keniten yang sudah beratus-ratus tahun, sehingga sudah berkali-kali mengalami pergantian Juru Kunci Makam.

Nama-nama beliau yang pernah menjaga makam Ki Ageng Keniten ( Juru Kunci ) yaitu :

  1. Mbah Citro Setro Kromo
  2. Mbah Saidi Wongso Rejo ( Mbah Kami )
  3. Mbah Saridjan
  4. Mbah Yainem
  5. Mbah Surat
  6. Mbah Kasmidi
  7. Mbah Mustari
  8. Mbah Wagiran ( Juru kunci saat ini )

Pendidikan dan Olahraga sunting

Di Desa Karangsemi terdapat tempat dua pendidikan sekolah dasar negeri (SDN); SDN Karangsemi 1[1] yang terletak di Desa Karangsemi dan SDN Karangsemi 3[2] yang terletak di Dusun Pilangglenteng. Di bidang olahraga pemuda Karangsemi membentuk tim sepak bola dengan nama PERSEKA Karangsemi, pada tahun 2021 salah satu pemain dari PERSEKA Karangsemi yang bernama Miftachul Iqbal berkesempatan membela tim sepak bola Kabupaten Nganjuk (Persenga Nganjuk) di kompetisi liga 3 2021 Jawa Timur. Selain itu terdapat juga perguruan pencak silat PSHT (Persaudaraan Setia Hati Teratai) rayon karangsemi.

 
Jembatan Karangsemi dari barat sungai widas
 
Setelah pemugaran makam Ki Ageng Keniten 2021

Peristiwa sunting

Sempat terjadi peristiwa penting di Desa Karangsemi yaitu :

  1. Nyadran atau Sedekah Desa di laksanakan setiap tahun, pada bulan besar di hari jum'at pahing.
  2. Ngaji dan Tahlilan Bersama di Makam Ki Ageng Kineten setiap bulan di malam jumat pahing.
  3. Tahun 1931 Jembatan karangsemi dibangun oleh kolonial (Dessabrug Karangsemi gebuwd d/h regentschap in het jaar 1931).
  4. Tahun 1960 Desa Karangsemi mengalami musibah banjir yang menewaskan 2 orang.
  5. Tahun 1963 terjadi hujan debu akibat letusan Gunung Semeru dengan ketebalan 3 cm.
  6. Tahun 1965, 1970, 1977 para petani mengalami gagal panen.
  7. Tahun 1980 pembuatan jembatan sungai widas yang memakan korban 7 orang.
  8. Tahun 2011 Bulan April jembatan karangsemi terputus.
  9. Tahun 2014 Bulan Februari tanggal 14-15 Desa Karangsemi terkena efek letusan dari Gunung Kelud, Kediri.
  10. Tahun 2020 Bulan Oktober area makam Ki Ageng Keniten mengalami pemugaran.

Referensi sunting

https://gondang.nganjukkab.go.id/desa/karangsemi/profil/26 Diarsipkan 2021-11-05 di Wayback Machine.

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5791409/mitos-dari-makam-keramat-dekat-jembatan-horor-di-nganjuk?_ga=2.121915275.1600941939.1635981775-19603198.1608425638

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5790640/ada-makam-keramat-dekat-jembatan-horor-di-nganjuk?_ga=2.247349892.1600941939.1635981775-19603198.1608425638

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5793083/cerita-makam-ki-ageng-keniten-di-nganjuk-pindah-dari-selatan-ke-utara-sungai?_ga=2.13543223.1600941939.1635981775-19603198.1608425638

https://www.instagram.com/karangsemi_id/


  1. ^ "Data Pokok SD NEGERI 1 KARANGSEMI - Pauddikdasmen". dapo.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-11-11. 
  2. ^ "Sekolah Kita". sekolah.data.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-11-11.