Géza II dari Hungaria

Géza II (Hongaria: II. Géza; Kroasia: Gejza II; bahasa Slowakia: Gejza II; 1130 – 31 Mei 1162) merupakan Raja Hungaria dan Croatia dari tahun 1141 sampai 1162. Ia adalah putra sulung Béla II dari Hungaria dan istrinya, Ilona. Ketika ayahandanya meninggal, Géza masih kecil dan ia mulai memerintah di bawah perwalian ibundanya dan kakandanya, Beloš. Pembela takhta, Borisz Kalamanos, yang mengklaim Hungaria selama masa pemerintahan Béla, sementara menahan Pressburg (sekarang Bratislava di Slowakia) dengan bantuan tentara bayaran Jerman pada awal tahun 1146. Sebagai pembalasan, Géza, yang mencapai usia dewasa pada tahun yang sama, menyerang Austria dan memukul mundur Heinrich II dari Austria, Markgraf Austria, di Pertempuran Fischa.

Géza II
Segel kerajaan Géza
Raja Hungaria dan Kroasia
Berkuasa1141–1162
Penobatan16 Februari 1141
PendahuluBéla II
PenerusIstván III
WaliIlona
Informasi pribadi
Kelahiran1130
Tolna
Kematian31 Mei 1162 – 1130; umur -33–-32 tahun
Pemakaman
DynastyWangsa Árpád
AyahBéla II dari Hungaria
IbuIlona
PasanganEuphrosyne dari Kiev
AnakIstván III
Béla III
Erzsébet, Adipati Bohemia
Pangeran Géza
Árpád
Odola
Ilona, Adipati Austria
Margit
AgamaKatolik Roma

Meskipun hubungan Jerman–Hungaria tetap tegang, tidak ada konfrontasi besar yang terjadi ketika tentara perang salib Jerman berbaris melalui Hungaria pada bulan Juni 1147. Dua bulan kemudian, Louis VII dari Prancis dan tentara salibnya tiba, bersama dengan Boris Kalamanos yang berusaha memanfaatkan perang salib tersebut untuk kembali ke Hungaria. Louis VII menolak untuk mengekstradisi Boris ke Géza, tetapi mencegah pembela untuk berhubungan dengan para pendukungnya di Hungaria dan membawanya ke Konstantinopel. Géza bergabung dengan koalisi yang dbentuk oleh Louis VII dan Ruggeru II dari Sisilia melawan Konrad III dari Jerman dan Kaisar Bizantium Manouel I Komnenos. Nenek moyang Sachsen Transilvania datang ke Hungaria selama pemerintahan Géza. Ksatria Eropa Barat dan pejuang Muslim dari Stepa Pontik-Kaspia juga menetap di Hungaria pada periode ini. Géza bahkan mengizinkan tentara Muslimnya untuk memiliki gundik.

Géza mengintervensi setidaknya enam kali dalam pertarungan untuk Kiev atas nama Iziaslav II dari Kiev baik dengan mengirim bala bantuan atau secara pribadi memimpin pasukannya ke Rus Kiev di antara tahun 1148 dan 1155. Ia juga mengobarkan perang melawan Kekaisaran Romawi Timur atas nama sekutunya, termasuk Bangsa Serbia dari Raška, tetapi tidak dapat mencegah bangsa Bizantium memulihkan suzerenitas mereka. Konflik muncul di antara Géza dan saudara-saudaranya, István dan László, yang melarikan diri dari Hungaria dan menetap di istana Kaisar Manouel di Konstantinopel. Géza mendukung Friedrich I, Kaisar Romawi Suci, melawan Liga Lombardia dengan pasukan pembantu di antara tahun 1158 dan 1160. Setelah para kardinal yang mendukung Kaisar Friedrich I memilih paus Victor IV, Géza mengakui kesahannya pada tahun 1160, tetapi setahun kemudian, ia berganti pihak dan menyimpulkan sebuah konkordat dengan lawan Victor IV, Paus Aleksander III. Sebelum kematiannya, Géza mengorganisir sebuah apanase kadipaten terpisah untuk putra bungsunya, Béla.

Asal usul sunting

Géza lahir sebagai putra sulung Béla II dari Hungaria, sepupu Raja István II dari Hungaria, dan Ilona pada tahun 1130.[1][2] Ayahanda Géza telah dibutakan, bersama dengan ayahandanya yang memberontak, Almoš, pada tahun 1110-an atas perintah ayahanda István II, Kálmán dari Hungaria, yang ingin memastikan suksesi István.[3] Ketika Géza lahir, orang tuanya tinggal di wilayah yang dijamin oleh Raja István di Tolna.[1] Ayahanda Géza menggantikan Raja István pada musim semi tahun 1131.[4] Pada tahun yang sama, Ratu Ilona membawa Géza dan adiknya, László, ke sebuah majelis yang diadakan di Arad, di mana ia memerintahkan pembantaian enam puluh delapan orang bangsawan "oleh siapa Raja dibutakan",[5] sesuai dengan Kronik iluminasi.[6]

Bertakhta sunting

Raja muda (1141–1146) sunting

 
Géza muda (dari Kronik iluminasi)

Raja Béla meninggal pada tanggal 13 Februari 1141 dan Géza menggantikannya tanpa perlawanan.[7] Géza yang berusia sebelas tahun dinobatkan sebagai raja pada tanggal 16 Februari.[1][8] Ibunda dan saudaranya, Beloš, bertindak sebagai pemangku takhta pada tahun-tahun pertama pemerintahannya.[1][7]

Salah satu piagam Géza yang dikeluarkan pada tahun 1141, menegaskan hak istimewa warga Split di Dalmasia.[9] Di dalam piagam tersebut, Géza bergelar "Dengan Rahmat yang Maha Kuasa, Raja Hungaria, Dalmasia, Kroasia and Rama".[1] Menurut sejarawan Paul Stephenson, kota-kota di pusat Dalmasia — termasuk Šibenik dan Trogir — menerima suzerenitas Géza setelah invasi Hungaria pada sekitar tahun 1142.[10] Pasukan Hungaria membantu Pangeran Volodimerko dari Halych — yang merupakan sekutu ayahanda Géza melawan Pretender Borisz — Ketika Pangeran Agung Vsevolod II dari Kiev menyerang Halych pada tahun 1144.[9][11] Meskipun pasukan pembantu Hungaria "tidak berguna sama sekali", menurut Kronik Hipasia, sang pangeran agung tidak dapat menduduki kepangeranan Volodimerko.[9][12]

Borisz adalah putra Euphemia dari Kiev, istri kedua Raja Kálmán dari Hungaria, yang diusir raja atas tuduhan berzinah sebelum kelahiran Borisz.[7] Menurut kronolog Uskup Otto dari Freising, Borisz mendekati Konrad III dari Jerman untuk meminta bantuannya melawan Géza pada akhir tahun 1145.[9] Atas rekomendasi Vladislav II dari Bohemia, raja Jerman tersebut memberi wewenang kepada Borisz untuk mengumpulkan tentara bayaran di Bayern dan Austria.[9] Borisz menyerbu Hungaria dan merebut benteng Pressburg (yang sekarang Bratislava di Slowakia).[13][9] Pasukan kerajaan segera memberlakukan blokade di benteng tersebut dan meyakinkan tentara bayaran Borisz untuk menyerah tanpa perlawanan dengan imbalan kompensasi.[9][14]

Bangsa Hungaria menyalahkan Konrad III atas serangan Borisz dan memutuskan untuk menyerang Kekaisaran Romawi Suci.[15] Sebelum menyeberangi sungai Leitha (sekarang Leitha di Austria), yang menandai perbatasan barat Hungaria, Géza yang berusia enam belas tahun itu disandarkan dengan pedang yang sesuai dengan usianya yang dewasa.[16] Di dalam Pertempuran Fischa pada tanggal 11 September, tentara Hungaria di bawah komando Géza dan Beloš memukul mundur pasukan Jerman yang dipimpin oleh Heinrich II dari Austria, Markgraf Austria.[15]

Tentara perang salib berbaris menyeberangi Hungaria (1146–1147) sunting

 
Konrad III dari Jerman dan tentara salib Jerman tiba di Hungaria (dari Kronik iluminasi)

Géza menikahi Euphrosyne, saudari Pangeran Agung Iziaslav II dari Kiev, pada paruh kedua tahun 1146.[17] Hubungan Jerman–Hungaria tetap tegang[7] saat Borisz berusaha memanfaatkan keputusan Konrad III untuk memimpin sebuah perang salib ke Tanah Suci melalui Hungaria.[18] Namun Géza, yang mengetahui bahwa "ia dapat menaklukkan lebih mudah dengan emas daripada dengan paksa, menuangkan banyak uang di antara Bangsa Jerman dan dengan demikian lolos dari serangan mereka,"[19] menurut penulis sejarah Eudes dari Deuil.[20] Tentara perang salib Jerman berbaris melintasi Hungaria tanpa insiden besar pada bulan Juni 1147.[20][21]

Kronik iluminasi menceritakan bahwa beberapa bangsawan Hungaria berjanji pada Borisz "jika ia dapat masuk ke kerajaan, banyak yang akan mengangkatnya menjadi lord mereka dan meninggalkan raja, dan berpihak kepadanya."[20][22] Borisz meyakinkan dua bangsawan Prancis untuk membantu menyembunyikannya di antara tentara perang salib Prancis yang mengikuti tentara Jerman menuju Tanah Suci.[20] Raja Louis VII dari Prancis dan tentara perang salibnya tiba di Hungaria pada bulan Agustus.[23] Géza mengetahui bahwa lawannya bersama Prancis dan menuntut ekstradisinya.[20] Meskipun Louis VII menolak permintaan ini, ia menahan Borisz dan "membawanya keluar dari Hungaria,"[19] menurut Eudes dari Deuil.[20] Setelah meninggalkan Hungaria, Borisz menetap di Kekaisaran Romawi Timur.[20]

Kebijakan luar negeri aktif (1147–1155) sunting

Perselisihan di antara kekuatan Eropa menyebabkan terbentuknya dua koalisi pada akhir tahun 1140-an.[24] Satu aliansi dibentuk oleh Kaisar Romawi Timur, Manouel I Komnenos dan Konrad III[25] melawan Ruggeru II dari Sisilia yang menyerang wilayah Bizantium.[26] Géza memihak Ruggeru II dan sekutunya, termasuk pangeran Jerman pemberontak, Guelfo VI dan Uroš II.[27][28] Géza mengirim bala bantuan ke ipar laki-lakinya, Pangeran Agung Iziaslav II, melawan Pangeran Vladimir dari Chernigov pada musim semi tahun 1148.[29] Bangsa Serbia di Raška memberontak pada tahun 1149, mendesak Kaisar Manouel I menunda persiapannya untuk sebuah invasi di Italia Selatan dan menyerang Raška pada tahun 1149.[30][31] Menurut panegirik kaisar, Theodore Prodromos, pasukan Hungaria mendukung bangsa Serbia selama kampanye kaisar.[32] Kronik Hipasia mengatakan bahwa Géza merujuk pada perang melawan Kaisar Manouel ketika beralasan menolak untuk mengirim bala bantuan kepada Iziaslav II yang oleh Yuri Dolgorukiy, Vladimir, diusir dari Kiev pad bulan Agustus 1149.[31] Pembantu Hungaria mendukung Iziaslav II untuk tinggal di Kiev pada awal musim semi tahun 1150, tetapi tak lama sebelum Yuri Dolgorukiy mengusir Iziaslav dari kota.[33] Di musim gugur, Géza memimpin pasukannya melawan Volodimirko dari Halych, yang merupakan sekutu dekat Yuri Dolgorukiy.[29] Ia menangkap Sanok, tetapi Volodimirko menyogok para komandan Hungaria, yang membujuk Géza untuk meninggalkan Halych sebelum November.[29]

Sebuah "pasukan sekutu kavaleri Hungaria yang tak terhitung jumlahnya dan juga Heterodoksi Khalisioi"[34] telah mendukung bangsa Serbia pada tahun yang sama, menurut John Kinnamos yang kontemporer, tetapi tentara Bizantium mengarahkan tentara mereka yang bersatu ke Sungai Tara pada bulan September.[35][27] Kemenangan Bizantium memaksa Uroš II untuk mengakui suzerenitas kaisar.[36] Kaisar Manouel melancarkan kampanye pembalasan terhadap Hungaria dan menghancurkan tanah-tanah di antara sungai-sungai Sava dan Danube.[37][38] Dibantu oleh pasukan Bizantium, pretender Borisz juga masuk ke Hungaria dan menghancurkan lembah Temes.[37][39] Géza, yang baru saja kembali dari Halych, tidak ingin "melibatkan sisa kekuatan Hungaria dalam kehancuran"[40] dan menuntut perdamaian.[37] Perjanjian damai ditandatangani pada akhir tahun 1150 atau awal tahun 1151.[37][39]

 
Géza bertemu Raja Louis VII dari Prancis selama Perang Salib Kedua (dari Kronik iluminasi)

Géza bertemu Heinrich Jasomirgott yang berkontribusi pada normalisasi hubungan tegang mereka pada tahun 1151.[41] Ia mengirim bala bantuan ke Iziaslav II yang kembali menduduki Kiev sebelum April 1151.[42] Tiga bulan kemudian, Volodimirko dari Halych memengalihkan tentara Hungaria yang berbaris menuju Kiev.[42] Friedrich Barbarossa, Raja Jerman yang baru saja dipilih, menuntut persetujuan para pangeran Jerman untuk berperang melawan Hungaria di Parlemen Kerajaan pada bulan Juni 1152, tetapi para pangeran menolaknya "untuk alasan tertentu yang tidak jelas",[43] according to Otto dari Freising.[41] Géza menyerang Halych pada musim panas tahun 1152.[42] Pasukan gabungan Géza dan Iziaslav mengalahkan pasukan Volodimirko di Sungai San, memaksa Volodimirko menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Iziaslav.[42] Paus Eugenius III mengirim utusannya ke Hungaria untuk memperkuat "iman dan disiplin" gereja Hungaria.[39] Géza melarang utusan kepausan memasuki Hungaria yang menunjukkan bahwa hubungannya dengan Tahta Suci memburuk.[44]

Géza berencana untuk menyerang Paristrion — provinsi Bizantium di sepanjang Danube hilir — pada musim semi tahun 1153.[45][46] Menurut John Kinnamos, Géza mengupayakan pembalasan atas serangan Manouel pada tahun 1150;[46] di sisi lain, Mikhael dari Thesaloniki menulis bahwa Géza mencegah Kaisar Manouel menyerang Italia Selatan.[45] Namun kaisar yang diberitahu tentang rencana Géza, bergerak ke Danube.[46] Géza mengirim utusannya ke kaisar dan sebuah perjanjian damai baru ditandatangai di Sardica (sekarang Sofia di Bulgaria).[45] Sesuai dengan perjanjian damai, Bizantum melepaskan tahanan perang Hungaria mereka, menurut Abū Hāmid al-Gharnātī, seorang musafir Muslim dari Granada yang tinggal di Hungaria di antara tahun 1150 dan 1153.[46]

Abū Hāmid menyatakan bahwa setiap negara takut akan serangan Géza, "karena banyaknya tentara yang dimilikinya dan keberaniannya yang besar".[47][48] Pengembara Muslim tersebut mengamati bahwa Géza mempekerjakan tentara Muslim yang direkrut dari antara orang-orang stepa Eurasia.[49] Abū Hāmid bahkan mendesak tentara untuk melakukan "segala upaya untuk terus berjihad" dengan Géza "karena dengan demikian Allah [akan] menurunkan pahala Perang Suci ke dalam akun [mereka]".[50][51] Géza mengizinkan orang-orang Muslimnya untuk mengambil gundik.[51] Ia juga mengundang ksatria Eropa Barat terutama para ksatria Jerman untuk menetap di Hungaria.[51] Misalnya, ia memberikan hibah untuk dua ksatria, bernama Gottfried dan Albrecht, yang telah "meninggalkan tanah air mereka" atas undangannya pada tahun 1150-an.[52] Beberapa tahun sebelumnya, seseorang yang bernama Hezelo dari Merkstein menjual warisannya di wilayah Aachen sebelum berangkat ke Hungaria darimana ia tidak pernah kembali ke tanah airnya.[53] Menurut Diploma Andreanum tahun 1224, yang menyebutkan hak istimewa Sachsen Transilvania, nenek moyang mereka diundang oleh Géza untuk tinggal di Transilvania selatan.[54]

Paus Anastasius IV menyatakan pemerintahan Géza di Dalmasia melanggar hukum pada bulan Oktober 1154.[39][55] Sepupu Kaisar Manouel, Andronikos I Komnenos, yang mengelola Belgrade, Braničevo dan Niš mengirim sepucuk surat kepada Géza pada tahun 1154, menawarkan untuk menyerahkan kota-kota tersebut kepada Géza dengan imbalan dukungan Géza terhadap kaisar.[56] Géza mengirim utusannya ke Sisili untuk menandatangani sebuah aliansi baru dengan Gugghiermu I dari Sisilia pada sekitar akhir tahun ini, tetapi Gugghiermu I berjuang melawan pemberontakannya.[57] Meskipun plot Andronikos Komnenos dipergoki dan ia ditangkap, Géza menyerbu Kekaisaran Bizantium dan mengepung Braničevo pada akhir tahun 1154.[58][59] Setelah mendengar pemenjaraan Andronikos Komnenos, Géza meninggalkan pengepungan tersebut dan kembali ke Hungaria.[57] Jenderal Bizantium, Basil Tzintziluces, melancarkan serangan ke tentara Hungaria, tetapi Géza memusnahkan pasukan Bizantium sebelum kembali ke Hungaria.[57][60] Pada awal tahun 1155, utusan-utusan Bizantium dan Hungaria menandatangani sebuah perjanjian damai yang baru.[57] Pada tahun yang sama, tentara Bizantium mengusir sekutu Géza, Desa, dari Raška dan memulihkan Uroš II, yang berjanji bahwa ia tidak akan beraliansi dengan Hungaria.[61]

Tahun-tahun terakhir (1155–1162) sunting

 
Kaisar Romawi Timur Manouel I Komnenos, seorang musuh kuat Géza pada awal tahun 1150-an

Friedrich Barbarossa, yang telah dinobatkan sebagai Kaisar Romawi Suci, menerima utusan Manouel I di Nürnberg pada bulan Juli 1156.[62][63] Utusan Bizantium mengusulkan invasi bersama ke Hungaria, tetapi Barbarossa menolak tawaran mereka.[62][63] Pada tanggal 16 September, Barbarossa menetapkan bahwa para adipati Austria mendukung kaisar-kaisar Romawi Suci dalam perang melawan Hungaria di dalam piagamnya dimana ia mengangkat Austria ke sebuah kadipaten, yang menunjukkan bahwa hubungan antara Hungaria dan Kekaisaran Romawi Suci masih tegang.[64] Penasihat dekat Barbarossa, Daniel, Uskup Praha, mengunjungi Hungaria pada musim panas tahun 1157.[64] Pada kesempatan ini, Géza berjanji akan mendukung Barbarossa dengan pasukan pembantu jika kaisar menyerang Italia.[64][65]

Adik bungsu Géza, István, mulai berkomplot dengan pamanda mereka, Beloš, dan lord lainnya melawan Géza, menurut sejarahwan Rahewin yang hampir kontemporer.[64] Untuk menghindari perang sipil, Géza pertama-tama memerintahkan penganiayaan terhadap para pendukung István, kemudian membuat adiknya yang memberontak diusir dari kerajaan dan bahkan menjatuhkan hukuman mati.[66] Akominatos juga mencatat bahwa István telah "dipaksa kabur dari cengkeraman pembunuh" Géza.[67][66] Pamanda Géza, Beloš, tidak disebutkan dalam piagam kerajaan yang dikeluarkan setelah bulan Maret 1157, yang menunjukkan bahwa ia meninggalkan Hungaria setelah tanggal tersebut.[68] Selama musim panas tahun itu, István melarikan diri ke Kekaisaran Romawi Suci, mencari suaka Kaisar Friedrich untuk melawan Géza.[68][48] Atas permintaan kaisar, Géza menerima Friedrich Barbarossa sebagai arbiter dalam konfliknya dengan István dan mengirim utusannya ke Regensburg pada bulan Januari 1158.[69] Namun, Barbarossa "memutuskan untuk menunda waktu yang lebih sesuai dengan penyelesaian"[70] perselisihan antara Géza dan István dan berangkat untuk kampanyenya melawan Liga Lombardia.[69] Sesuai dengan janjinya, Géza mengirim pasukan sebesar 5–600 pemanah untuk menemani kaisar ke Italia.[48][71] Tak lama kemudian, saudara Géza, István, berangkat ke Kekaisaran Bizantium dan menetap di Konstantinopel dimana ia menikahi keponakan Kaisar Manouel, Maria Komnena.[48][72] Dua tahun kemudian, saudaranya László, melarikan diri dari Hungaria pada sekitar tahun 1160 dan bergabung dengannya.[48][73]

Friedrich Barbarossa memaksa kota-kota Italia untuk menyerah pada bulan September 1158.[74][75] Namun, Milan dan Crema kembali bangkit di dalam pemberontakan terbuka melawan pemerintahan kaisar setelah Parlemen Roncaglia memerintahkan pemulihan hak-hak kekaisaran, termasuk hak kaisar untuk mengenakan pajak di kota-kota Italia Utara.[76][75] Géza mengirim utusannya ke kamp Barbarossa dan berjanji akan mengirim bala bantuan lebih lanjut ke kota-kota pemberontak.[75]

kematian Paus Adrianus IV pada tanggal 1 September 1159 menyebabkan Skisma, karena kolumnis para Kardinal terbagi: mayoritas kardinal menentang kebijakan Barbarossa, tetapi minoritas mendukungnya.[77] Kelompok pertama memilih Aleksander III sebagai paus, tetapi pendukung Barbarossa memilih Victor IV.[78] Kaisar Friedrich memanggil sebuah sinode di Pavia untuk mengakhiri skisma tersebut.[79][78] Géza mengirim utusannya ke onsili gereja di mana Victor IV dinyatakan sebagai paus yang sah pada bulan Februari 1160.[80] Namun, Lukács dari Esztergom, tetap setia kepada Aleksander III dan membujuk Géza untuk memulai negosiasi dengan perwakilan Aleksander III.[81][82] Géza hanya memutuskan berpindah pihak setelah kebanyakan raja Eropa, termasuk raja-raja Sisilia, Inggris dan Prancis, bergabung dengan Aleksander III.[83] Utusan Géza mengumumkan keputusannya kepada Aleksander III pada awal tahun 1161, tetapi Géza hanya memberi tahu kaisar tentang pengakuannya terhadap Aleksander III pada musim gugur pada tahun yang sama.[84]

Utusan Géza dan Aleksander III menandatangani Konkordat pada musim panas tahun 1161.[85] Menurut traktat tersebut, Géza berjanji bahwa ia tidak akan menggulingkan atau memindahkan para uskup tanpa persetujuan Tahta Suci; di sisi lain, paus mengakui bahwa tidak ada perwakilan paus dapat dikirim ke Hungaria tanpa seizin raja dan para uskup Hungaria hanya diizinkan untuk naik banding ke Tahta Suci dengan persetujuan raja.[85] Ia juga menandatangani gencatan senjata selama lima tahun dengan Kekaisaran Bizantium.[86] Sesaat sebelum kematiannya, Géza memberikan Dalmasia, Kroasia dan wilayah lainnya kepada putranya yang lebih muda, Béla, sebagai sebuah apanase kadipaten.[87] Géza meninggal pada tanggal 31 Mei 1162 dan dimakamkan di Székesfehérvár.[86][13]

Keluarga sunting

Istri Géza, Euphrosyne dari Kiev, adalah putri Pangeran Agung Mstislav I dari Kiev.[89] Ia hidup lebih lama dari Géza dan meninggal pada sekitar tahun 1193.[90] Putra pertama mereka, István, lahir di musim panas pada tahun 1147; ia menggantikan Géza pada tahun 1162.[91][92] Adiknya, Béla, lahir pada sekitar tahun 1148; ia menggantikan kakandanya, István, setelah kematiannya pada tahun 1172.[93] Putra ketiga Géza yang dinamakan sama sepertinya, Géza, lahir pada tahun 1150-an.[94] Putra bungsu Géza dan Euphrosyne, Árpád, meninggal semasa bocah.[94] Putri sulung Géza dan Euphrosyne, Erzsébet, dijodohkan dengan Bedřich dari Bohemia, ahli waris Vladislav II dari Bohemia, pada tahun 1157.[64][94] Putri kedua, Odola, menikah dengan salah seorang putra Vladislaus II dari Bohemia, Sviatopluk, pada tahun 1164.[95][94] Putri ketiga Géza dan Euphrosyne, Ilona, menjadi istri Luitpold V dari Austria pada tahun 1174.[96][94]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e Kristó & Makk 1996, hlm. 175.
  2. ^ Makk 1994, hlm. 236.
  3. ^ Engel 2001, hlm. 35.
  4. ^ Engel 2001, hlm. 35,50.
  5. ^ The Hungarian Illuminated Chronicle (ch. 160.114), p. 136.
  6. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 166.
  7. ^ a b c d Engel 2001, hlm. 50.
  8. ^ Makk 1989, hlm. 35.
  9. ^ a b c d e f g Makk 1989, hlm. 36.
  10. ^ Stephenson 2000, hlm. 226.
  11. ^ Dimnik 1994, hlm. 401.
  12. ^ Dimnik 1994, hlm. 401–402.
  13. ^ a b Bartl et al. 2002, hlm. 29.
  14. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 178.
  15. ^ a b Makk 1989, hlm. 39.
  16. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 178–179.
  17. ^ Makk 1989, hlm. 41.
  18. ^ Makk 1989, hlm. 39–40.
  19. ^ a b Odo of Deuil: De Profectione Ludovici VII in Orientem: The Journey of Louis VII to the East, p. 35.
  20. ^ a b c d e f g Makk 1989, hlm. 40.
  21. ^ Runciman 1951, hlm. 260.
  22. ^ The Hungarian Illuminated Chronicle (ch. 166.120), p. 138.
  23. ^ Runciman 1951, hlm. 262–263.
  24. ^ Makk 1989, hlm. 42, 44–45.
  25. ^ Makk 1989, hlm. 44–45.
  26. ^ Fine 1991, hlm. 236.
  27. ^ a b Fine 1991, hlm. 237.
  28. ^ Makk 1989, hlm. 45–46.
  29. ^ a b c Makk 1989, hlm. 47.
  30. ^ Stephenson 2000, hlm. 224.
  31. ^ a b Makk 1989, hlm. 50.
  32. ^ Stephenson 2000, hlm. 225.
  33. ^ Dimnik 2003, hlm. 62–63.
  34. ^ Deeds of John and Manuel Comnenus by John Kinnamos (3.8), p. 86.
  35. ^ Stephenson 2000, hlm. 225-226, 230.
  36. ^ Fine 1991, hlm. 237–238.
  37. ^ a b c d Stephenson 2000, hlm. 230.
  38. ^ Makk 1989, hlm. 55.
  39. ^ a b c d Makk 1989, hlm. 56.
  40. ^ Deeds of John and Manuel Comnenus by John Kinnamos (3.11), p. 94.
  41. ^ a b Makk 1989, hlm. 57.
  42. ^ a b c d Érszegi & Solymosi 1981, hlm. 110.
  43. ^ The Deeds of Frederick Barbarossa (2.6), p. 119.
  44. ^ Makk 1989, hlm. 56–57.
  45. ^ a b c Stephenson 2000, hlm. 232.
  46. ^ a b c d Makk 1989, hlm. 58.
  47. ^ The Travels of Abū Hāmid al-Andalusī al-Gharnātī, 1130–1155, pp. 82–83.
  48. ^ a b c d e Engel 2001, hlm. 51.
  49. ^ Engel 2001, hlm. 64–65.
  50. ^ The Travels of Abū Hāmid al-Andalusī al-Gharnātī, 1130–1155, p. 81.
  51. ^ a b c Kristó & Makk 1996, hlm. 185.
  52. ^ Fügedi & Bak 2012, hlm. 323.
  53. ^ Sălăgean 2005, hlm. 162.
  54. ^ Sălăgean 2005, hlm. 163.
  55. ^ Stephenson 2000, hlm. 228.
  56. ^ Makk 1989, hlm. 60.
  57. ^ a b c d Makk 1989, hlm. 61.
  58. ^ Stephenson 2000, hlm. 231.
  59. ^ Makk 1989, hlm. 60–62.
  60. ^ Stephenson 2000, hlm. 233–234.
  61. ^ Fine 1991, hlm. 238.
  62. ^ a b Érszegi & Solymosi 1981, hlm. 111.
  63. ^ a b Makk 1989, hlm. 63–64.
  64. ^ a b c d e Makk 1989, hlm. 65.
  65. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 188.
  66. ^ a b Makk 1989, hlm. 66.
  67. ^ O City of Byzantium, Annals of Niketas Choniates (4.126), p. 72.
  68. ^ a b Makk 1989, hlm. 68.
  69. ^ a b Makk 1989, hlm. 69.
  70. ^ The Deeds of Frederick Barbarossa (3.13), p. 188.
  71. ^ Érszegi & Solymosi 1981, hlm. 112.
  72. ^ Stephenson 2000, hlm. 247.
  73. ^ Makk 1989, hlm. 76.
  74. ^ Fuhrmann 1986, hlm. 147.
  75. ^ a b c Makk 1989, hlm. 71.
  76. ^ Fuhrmann 1986, hlm. 147–148.
  77. ^ Fuhrmann 1986, hlm. 148–149.
  78. ^ a b Fuhrmann 1986, hlm. 149.
  79. ^ Makk 1989, hlm. 72.
  80. ^ Makk 1989, hlm. 72–73.
  81. ^ Makk 1989, hlm. 73, 75.
  82. ^ Engel 2001, hlm. 52.
  83. ^ Makk 1989, hlm. 73.
  84. ^ Makk 1989, hlm. 73–74.
  85. ^ a b Makk 1989, hlm. 75.
  86. ^ a b Kristó & Makk 1996, hlm. 189.
  87. ^ Makk 1989, hlm. 77.
  88. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 175, Appendices 2–3.
  89. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 182, Appendix 3.
  90. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 194, Appendix 3.
  91. ^ Makk 1989, hlm. 139.
  92. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 190–191, Appendix 3.
  93. ^ Kristó & Makk 1996, hlm. 205, Appendix 3.
  94. ^ a b c d e Kristó & Makk 1996, hlm. 190, Appendix 3.
  95. ^ Makk 1989, hlm. 89.
  96. ^ Makk 1989, hlm. 111.

Sumber sunting

Sumber pertama sunting

  • Archdeacon Thomas of Split: History of the Bishops of Salona and Split (Latin text by Olga Perić, edited, translated and annotated by Damir Karbić, Mirjana Matijević Sokol and James Ross Sweeney) (2006). CEU Press. ISBN 963-7326-59-6.
  • O City of Byzantium, Annals of Niketas Choniatēs (Translated by Harry J. Magoulias) (1984). Wayne State University Press. ISBN 978-0-8143-1764-8.
  • Odo of Deuil: De Profectione Ludovici VII in Orientem: The Journey of Louis VII to the East (Edited with an English Translation by Virginia Gingerick Berry) (1948). Columbia University Press.
  • Deeds of John and Manuel Comnenus by John Kinnamos (Translated by Charles M. Brand) (1976). Columbia University Press. ISBN 0-231-04080-6.
  • The Deeds of Frederick Barbarossa by Otto of Freising and his Continuator, Rahewin (Translated and annotated with an introduction by Charles Christopher Mierow with the collaboration of Richard Emery) (2004). Columbia University Press. ISBN 0-231-13419-3.
  • "The Travels of Abū Hāmid al-Andalusī al-Gharnātī, 1130–1155". In Ibn Fadlān: Ibn Fadlān and the Land of Darnkess: Arab Travellers in the Far North (Translated with an Introduction by Paul Lunde and Caroline Stone) (2012). Penguin Books. ISBN 978-0-14-045507-6.

Sumber kedua sunting

  • Bartl, Július; Čičaj, Viliam; Kohútova, Mária; Letz, Róbert; Segeš, Vladimír; Škvarna, Dušan (2002). Slovak History: Chronology & Lexicon. Bolchazy-Carducci Publishers, Slovenské Pedegogické Nakladatel'stvo. ISBN 0-86516-444-4. 
  • Dimnik, Martin (1994). The Dynasty of Chernigov, 1054–1146. Pontifical Institute of Mediaeval Studies. ISBN 0-88844-116-9. 
  • Dimnik, Martin (2003). The Dynasty of Chernigov, 1146–1246. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-03981-9. 
  • Engel, Pál (2001). The Realm of St Stephen: A History of Medieval Hungary, 895–1526. I.B. Tauris Publishers. ISBN 1-86064-061-3. 
  • Érszegi, Géza; Solymosi, László (1981). "Az Árpádok királysága, 1000–1301 [The Monarchy of the Árpáds, 1000–1301]". Dalam Solymosi, László. Magyarország történeti kronológiája, I: a kezdetektől 1526-ig [Historical Chronology of Hungary, Volume I: From the Beginning to 1526] (dalam bahasa Hungaria). Akadémiai Kiadó. hlm. 79–187. ISBN 963-05-2661-1. 
  • Fine, John V. A (1991). The Early Medieval Balkans: A Critical Survey from the Sixth to the Late Twelfth century. The University of Michigan Press. ISBN 0-472-08149-7. 
  • Fügedi, Erik; Bak, János M. (2012). "Foreign Knights and Clerks in Early Medieval Hungary". Dalam Berend, Nóra. The Expansion of Central Europe in the Middle Ages. Ashgate Variorum. hlm. 319–331. ISBN 978-1-4094-2245-7. 
  • Fuhrmann, Horst (1986). Germany in the high middle ages, c. 1146–1246. Cambridge University Press. ISBN 0-521-31980-3. 
  • Kristó, Gyula; Makk, Ferenc (1996). Az Árpád-ház uralkodói [Rulers of the House of Árpád] (dalam bahasa Hungaria). I.P.C. Könyvek. ISBN 963-7930-97-3. 
  • Makk, Ferenc (1989). The Árpáds and the Comneni: Political Relations between Hungary and Byzantium in the 12th century (Translated by György Novák). Akadémiai Kiadó. ISBN 963-05-5268-X. 
  • Makk, Ferenc (1994). "II. Géza". Dalam Kristó, Gyula; Engel, Pál; Makk, Ferenc. Korai magyar történeti lexikon (9–14. század) [Encyclopedia of the Early Hungarian History (9th–14th centuries)] (dalam bahasa Hungaria). Akadémiai Kiadó. hlm. 236. ISBN 963-05-6722-9. 
  • Runciman, Steven (1951). A History of the Crusades, Volume II: The Kingdom of Jerusalem and the Frankish East 1100–1187. Cambridge University Press. ISBN 0-521-06162-8. 
  • Sălăgean, Tudor (2005). "Romanian Society in the Early Middle Ages (9th–14th Centuries AD)". Dalam Pop, Ioan-Aurel; Bolovan, Ioan. History of Romania: Compendium. Romanian Cultural Institute (Center for Transylvanian Studies). hlm. 133–207. ISBN 978-973-7784-12-4. 
  • Stephenson, Paul (2000). Byzantium's Balkan Frontier: A Political Study of the Northern Balkans, 900–1204. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-02756-4. 
Géza II dari Hungaria
Lahir: 1130 Meninggal: 31 Mei 1162
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Béla II
Raja Hungaria dan Kroasia
1141–1162
Diteruskan oleh:
István III