Bahasa Bima
Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh Suku Mbojo (masyarakat Bima) di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain itu, Nggahi Mbojo juga dituturkan di beberapa wilayah Kabupaten Sumbawa, Pulau Lombok, dan NTT. Khusus di NTT, bahasa Bima dituturkan oleh masyarakat di daerah Reo, Pota, dan Manggarai.
Aksara Mbojo (Bima-Dompu)
suntingBahasa Bima (Bima-Dompu) memiliki jenis sistem tanda grafis tertentu (aksara) yang disebut dengan aksara Mbojo. Aksara Mbojo memiliki 18 karakter utama. Aksara Mbojo memiliki hubungan kesamaan atau kaitan dengan aksara Lontara Bugis dan Makassar. Hal ini menjadi salah satu tanda keterkaitan hubungan sejarah antara daerah Bima dengan Gowa Tallo Makassar. Aksara Mbojo diperkirakan telah digunakan sejak abad ke-14. Aksara Mbojo digunakan untuk menulis buku dan catatan kerajaan di Kerajaan Bima. Kemudian ketika pada abad ke-17, masyarakat Bima mulai menggunakan bahasa Melayu yang ditulis dengan aksara Arab.[4] Hal ini disebabkan pada saat itu masyarakat Bima telah memeluk agama Islam.
Orang Bima-Dompu (Dou Mbojo)
suntingOrang Bima (Dou Mbojo), dalam hal memperindah penggunaan bahasa, senantiasa menggunakan pantun khas Bima atau disebut Patu Mbojo atau Kapatu Mbojo. Terdapat jenis Kapatu Mbojo dapat diutarakan, di antaranya: Patu Cambe (balas pantun), Patu Kaboha (pantun sindiran).
Adapun contoh pantun yang dimaksud adalah:
- Patu Cambe
A: "Gaga au na gaga nggomi ari siwe, pahu mpa ipi Gaga na madaku wati kone ngawana gogu".
(betapa cantiknya rupamu adinda, saking cantiknya hingga mataku tak bisa tidur)
B: "Ta be ku mpori cewu di ili kai weki ta amaniaku ma loa roi cowa, kombi wara ntau ta ma moda ndi da loa kai ta maru mada".
(Di manakah adinda bisa menyembunyikan diri dari abang yang pandai membual, mungkin ada milikmu yang ada di adinda hingga abang tidak bisa tidur)
Patu Kaboha
cou-cou ma karawi mpanga
ederu di ru'u na mori sampingo
(siapa-siapa yang mencuri, seluruh hidupnya akan kesepian)
Dialek
suntingSebaran bahasa Bima secara besar terdapat di Kabupaten Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu. Bahasa Bima terdiri dari empat dialek, yaitu:[1] Diarsipkan 2019-02-12 di Wayback Machine.
- dialek Serasuba;
- dialek Wawo;
- dialek Kolo; dan
- dialek Kore
Dialek Serasuba
Dialek Serasuba adalah dilaek yang dituturkan di Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Rasanae Timur, Desa Kanca, Desa Ncandi, Desa Risa, Desa Ntonggu, Desa Laju, Desa Sambori, Desa Sari, Desa Sangiang, dan Desa Renda (Kabupaten Bima); Desa Karamabura; Desa Adu, Desa Bara, Desa Riwo, Desa Soro, Desa Mbuju, Desa Soriutu, Desa Pekat, Desa O'o, dan Desa Kandai II (Kabupaten Dompu).
Dialek Wawo
Dialek Wawo adalah dilaek yang dituturkan di daerah Sambori dan Tarawali (Kabupaten Bima).
Dialek Kolo
Dialek Kolo adalah dilaek yang dituturkan di Desa Kolo (Kabupaten Bima).
Dialek Kore
Dialek Kore adalah dilaek yang dituturkan di Desa Taloko (Kabupaten Bima).
Keterkaitan
suntingKonsonan t berubah menjadi konsonan d. Contoh:
Bahasa Indonesia | Bahasa Sumbawa | Bahasa Bima |
---|---|---|
Mata | Mata | Mada |
Orang | Tau | Dou |
Konsonan w berubah menjadi konsonan b. Contoh:
Bahasa Indonesia | Bahasa Melayu Baku | Bahasa Bima |
---|---|---|
Batu | Batu | Wadu |
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaaaa
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Mbojo (Bima-Dompu)". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Bima". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Tube, Aksara (Rabu, 17 Januari 2018). "aksaratube: Aksara Mbojo". aksaratube. Diakses tanggal 2019-02-10.