Dadapayam, Suruh, Semarang

desa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Dadapayam adalah sebuah desa di kecamatan Suruh, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini terletak di Kec. Suruh, Kab. Semarang merupakan Desa paling utara dari Kecamatan Suruh sekitar 11 km dari Suruh, tepatnya di 15 km arah timur dari Kota Salatiga, 50 km dari Kota Ungaran dan 64 km dari Kota Semarang. Desa Dadapayam mempunyai 13 Dusun 7 RW yaitu Dusun Krajan, Pojok, Ngenjer, Bulu, Ngroto, Gempol, Kringin, Jambe, Plaosan, Blimbing, Janglengan, Plasan dan Kleco. Desa Dadapayam berbatasan dengan:

Dadapayam
Peta lokasi Desa Dadapayam
Peta lokasi Desa Dadapayam
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSemarang
KecamatanSuruh
Kode pos
50776
Kode Kemendagri33.22.04.2017
Luas8,4687 km²
Jumlah penduduk6103 jiwa
Kepadatan718 jiwa/km²
Utara Desa Rejosari, Lembu
Selatan Desa Cukilan
Barat Desa Pucung, Semowo, Tukang, Terban
Timur Kec. Wonosamudro, Kab. Boyolali

Dapat ditempuh dari Kota Salatiga melalui Jalan Nanggulan kearah timur melalui Jln. Salatiga-Dadapayam sekitar 40 menit, atau bisa diakses melalui Jalan Patimura kemudian melalui Jalan Salatiga - Semowo-Dadapayam sekitar 25 Menit dengan mobil. Kondisi jalan beraspal, tetapi ada beberapa kondisinya bergelombang dan amblas di daerah Dusun Blimbing dan Plaosan, penerangan jalan di malam hari hanya disebagian jalan.

Etimologi sunting

Nama Dadapayam tidaklah asing bagi warga sekitar Kota salatiga, asal kata Dadapayam pun masih menjadi perdebatan. Daerah yang spesifik disebut Dadapayam ialah merujuk pada dusun Krajan yang menjadi pusat pemerintahan.

Dadap sendiri bisa merujuk pada sejenis Pohon Dadap atau Alas Dadap (di barat dusun Krajan / (Deglok), atau Dadapayam berasal dari legenda Mbok Rondo Dadapan, sedangkan ayam mungkin berasal dari ayam yang dipelihara oleh Cindelaras.

Sebelum era kolonial daerah ini merupakan perkampungan dengan segelintir rumah penduduk dengan mata pencaharian penduduknya sebagai petani (Padi, Jagung, singkong Palawija) padi mungkin ditanam sekali setahun (belum mengenal padi gogo). Pada masa kolonial Belanda banyak perubahan dimasyarakat, pengenalan teknik bertani, dan menanam berbagai jenis tanaman pangan, dan juga pembangunan Bendung Dresi, menjadikan desa ini salah satu pusat ekonomi di daerah timur Salatiga.

Sejarah sunting

Pada masa kolonial Dadapayam merupakan pos pertahanan Belanda yang berbatasan dengan Kesultanan Surakarta (Gilirejo). Perkebunan yang merupakan sektor strategis pada masa itu, dikuasai oleh bangsa Eropa. Dadapayam termasuk ke dalam 10 Perkebunan kecil milik Belanda.

Agresi Militer Belanda II sunting

Pada tanggal 11 Juni 1948, Kepala Kepolisian Negara, Tjiptopranoto melaporkan akan situasi militer dan gerakan Belanda Kepada Delegasi Indonesia. Ia melaporkan bahwa Belanda akan menuju Solo dengan melalui daerah Susukan dan Karanggede, kemudian menuju Simo, Penasen dan Solo (ANRI: Delegasi Indonesia No.555). Dengan adanya laporan itu, maka pejuang-penjuang RI bersiap-siap untuk menghadapi Belanda yang akan melewati daerah RI.

Pada tanggal 20 Desember 1948 sebelum pasukan mulai bergerak, dari markas artileri di Ngebul, Belanda melancarkan serangan dengan senjata� senjata beratnya ke berbagai penjuru. Akibatnya, pertahan kesatuan militer RI kocar-kacir, banyak desa hancur, dan rakyat menjadi korban. Selanjutnya dari Salatiga, konvoi pasukan Belanda bergerak maju ke Solo dikawal sejumlah senjata berat dan pesawat udara. Walaupun TNI berhasil menghancurkan jembatan Kali Ketanggi, namun tidak banyak menghambat gerak maju musuh, namun seorang tentara Belanda bernama Karel berhasil ditangkap (Wawancara R.Poniman Tonys, Juli 2008).

Di Tengaran pasukan Belanda dihadang TNI sehingga pertempuran meletus. Dalam pertempuran tersebut gugur lima orang anggota Barisan Kyai, yaitu Kyai Mawardi, Kyai Zahrodji, Kyai Badjuri, Kyai Amri, dan Kyai Dulbari, yang terjebak dalam kepungan musuh sewaktu TNI bergerak mundur. Akibat cegatan itu, Belanda lalu menumpahkan kemarahannya pada rakyat desa di sekitarnya.

 
Pos Belanda Dadapayam

Banyak rumah dibakar dan penduduknya ditangkap. Mereka yang ketahuan rumahnya dijadikan markas atau dapur umum, tanpa ampun langsung ditembak mati. Pada tanggal 1 Maret 1949, di Salatiga terjadi serangan umum terhadap pos-pos Belanda di Dadapayam, Tengaran, dan Bawangan. Serangan dilakukan secara besar-besaran dan serentak pada malam hari. Penduduk desa dimsekitarnya memukul kentongan dan lain-lain sehingga suasana menjadi hiruk-pikuk. Berapa besar kerugian pihak musuh tidak diketahui, namun peristiwa itu berhasil meningkatkan moril pasukan dan menambah kepercayaan rakyat. Pertempuran kecil secara sporadis terjadi di sana-sini, seperti di desa Mongkrong, Jatirejo, Tajuk, Tengaran, Gunung Tumpeng, Kalik-Rumpung, dan beberapa tempat lainnya (Balai Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2006:137).

Sektor PP4A dibagi menjadi dua COP yang terletak di Tengaran dan Ngaglik. Komandan COP Sektor I Tengaran adalah Kapten Sarsono. Sedangkan Komandan COP Sektor II Ngaglik dipegang oleh Letkol Slamet Riyadi. Sektor PP4A berhadapan langsung dengan pos-pos Belanda. Pos Belanda tersebar di Ngaglik (di rumah H. Nakhrowi), Ngrandon, Karang Duren (dinas petanian), Tingkir, Setugur, Dadapayam, Bawangan, Tempuran, Wiru, Getas, Bringin dan pos polisi Sumber Rejo (Chusnul Hajati, dkk., 1997: 125).

Geografi sunting

Ketinggian tempat bervariasi antara 250 - 500 meter di atas permukaan laut daerah selatan mempunyai udara yang lebih sejuk sedangkan bagian utara lebih panas. Terletak di bagian barat dari rangkaian pegunungan Kendeng, dan terletak di sebelah timur dari rangkaian pegunungan vulkanik Ungaran - Merapi. Dilalui oleh salah satu anak sungai dari Kali Tuntang yaitu Sungai Bancak (Kali Gobak) yang merupakan sumber daya air yang penting untuk kebutuhan irigasi di musim hujan.

Iklim sunting

Iklim Desa Dadapayam adalah tropis. Menurut Köppen dan Geiger, iklim ini diklasifikasikan sebagai Am. Di Dadapayam, suhu rata-rata tahunan adalah 24.7°C. Suhu harian antara 28-33 °C, dengan suhu terendah 20 °C pada bulan Agustus - September, suhu tertinggi 35-36 derajat Celcius pada bulan Oktober.

 
Iklim Dadapayam

Berdasarkan daftar ZOM (Zona Musim) BMKG , Dadapayam masuk perbatasan ZOM antara 253/40 dan 244/31, dan berdasarkan anomali musiman seperti awal musim penghujan dan sifat hujan musim kemarau dibagi menjadi 2 ZOM:

  1. Dadapayam bagian utara ( Krajan, Pojok, Bulu, Ngenjer, Ngroto dan Gempol) masuk ZOM 244/31 Menurut Data BMKG 1991-2020.
  2. Dadapayam bagian selatan (Jambe, Kringin, Plaosan, Blimbing, Jangglengan, Plasan & Kleco) masuk ZOM 253/40. Menurut Data BMKG 1991-2020.
Tabel Zona Musim
Lokasi ZOM

BMKG

Curah Hujan

Rata-rata

Awal

Musim Hujan

Puncak

Musim Hujan

Awal

Musim Kemarau

Panjang

Musim Hujan

Dadapayam bagian utara 244/31 2.205 mm Minggu ke 1 Oktober Januari Minggu ke 2 Mei 20 Dasarian
Dadapayam bagian selatan 253/40 2.344 mm Minggu ke 4 Oktober Januari MInggu Ke 1 Mei 19 Dasarian

Desa Dadapayam memiliki iklim muson terdapat 2 musim , yaitu musim Hujan dan musim Kemarau. Musim hujan Normalnya dimulai pada minggu pertama Oktober untuk wilayah utara ( Krajan, Pojok, Bulu, Ngenjer, Ngroto dan Gempol) minggu ke-4 Oktober untuk wilayah selatan (Jambe, Kringin, Plaosan, Blimbing, Jangglengan, Plasan dan Kleco). Dengan puncak musim hujan bulan Februari, mulai mengalami peralihan musim ke kemarau pada bulan April-MeiTentunya panjang musim hujan dan kemarau terpengaruh oleh El nino dan La Nina serta kondisi anomali iklim setempat seperti suhu muka laut selatan Jawa dan laut Jawa. Pengaruh El-nino Moderat-Strong diikuti Indian Ocean Dipole Mode Positif:

  1. Dadapayam bagian Utara 80-90% pengaruh ke curah hujan serta keterlambatan awal musim hujan hingga 3 dasarian
  2. Dadapayam bagian selatan 60-75% pengaruh ke curah hujan serta keterlambatan awal musim hujan hingga 2 dasarian

Daerah perlambatan angin di sepanjang bagian tengah Jateng bagian timur turut menentukan pembentukan awan hujan pada saat musim Kemarau. Karena terletak diantara pertemuan udara kering dan panas dari selatan-tenggara dan udara lembab dan dingin dari utara-barat laut menyebabkan daerah ini sering dilanda angin ribut / puting beliung /lesus dan Downbrust, tercatat kurang lebih 5 kali kejadian antara tahun 2000-2012. pola ini mungkin terkait dengan fenomena El Nino yaitu siklus 4-7 tahun sekali.

Sejarah kejadian angin kencang
Lokasi Tanggal Kejadian Tipe Angin Kerusakan Siklus
Gempol, Ngroto, Pojok, Krajan 29 Oktober 2004 Puting Beliung Berat 6 Tahun
Gempol, Ngroto, Pojok, Krajan, Glagah, Ngaglik, Pucung Timur 23 Oktober 2010 Badai Downbrust Berat 6 Tahun
Mendoh, Bungkel, Pucung, Krajan Dadapayam 10 Maret 2014 Badai Downbrust Berat Tidak diketahui
Krajan, Pojok, Ngaglik 19 Desember 2015 Badai Downbrust Sedang 6 Tahun
Gempol, Ngroto, Bulu, Sebagian Glagah 2 April 2022 Badai Downbrust Sedang 6 Tahun
Gempol, Ngroto, Bulu Desember 2023 Badai Downbrust Sedang Tidak diketahui

Lebih spesifik berdasarkan daerah yang diamati, dengan hasil curah hujan di Dadapayam Selatan lebih tinggi yaitu 2.344 mm sedangkan Dadapayam Utara mempunyai curah hujan lebih rendah yaitu 2.205 mm per tahun. perbedaan juga terdapat pada suhu harian rata-rata, puncak musim hujan dan puncak kemarau, serta suhu tertinggi dan terendah rata-rata Perbedaan antara utara dan selatan ini selain karena terletak di batas Zona Musim juga karena perbedaan ketinggian dari muka laut yang berpengaruh pada suhu harian dan curah hujan.

Sebaran hujan pada awal musim hujan biasanya kondisi normal Dadapayam Utara akan mendapat hujan lebih awal yaitu mulai bulan september sudah akan turun hujan dan memasuki musim hujan pada minggu oktober awal, sebaran hujan hanya sampai di selatan Dsn Krajan di daerah Curi Buthak.

Puncak musim hujan Dadapayam Utara pada bulan Januari 344 mm curah hujan terendah bulan Agustus 57 mm ,suhu terendah rata-rata pada bulan Juli 24.9 Celcius dan bulan terpanas Okober rata-rata 26.7 Celcius. uniknya untuk sifat hujan pada musim penghujan dan awal musim kemarau Dadapayam Utara cenderung mengikuti Sifat ZOM 253/40 walaupun tidak menyeluruh ( 60% sifat ZOM 253/40, 40% sifat ZOM 244/31).

Sedangkan Dadapayam Selatan memasuki awal musim hujan pertengahan sampai akhir oktober, dan awal musim kemarau jauh lebih awal yaitu awal mei, Wilayah selatan kemarau lebih panjang namun curah hujan lebih tinggi dibandingkan utara. Puncak hujan pun berbeda yaitu bulan maret 354 mm curah hujan terendah 53 mm bulan agustus. Di utara musim kemarau yang pendek dan sebaran puncak hujan yang tidak terlalu signifikan perbedaan per bulannya bermanfaat dalam cocok tanam padi, awal hujan bulan September dan masih mendapat hujan sampe bulan Juni. Perlu diwaspadai daerah rawan puting beliung yaitu dusun Krajan, Pojok, Ngroto, Gempol (Berdasarkan Data sejak 2004 - 2022 sudah terjadi 5 kali kejadian) Perlu diwaspadai daerah rawan longsor Dusun Jambe, Blimbing, Janglengan .

Kondisi Alam sunting

Kondisi Tektonik sunting

Desa Dadapayam masuk kategori risiko gempa sedang - berat dikarenakan banyak sesar kerak dangkal dan lokasi desa terletak 10 km di sebelah timur Sesar Rawapening dengan potensi gempa Magnitudo 6 Mw, disebelah barat daya terdapat Sesar Merapi-Merbabu, di Barat Laut Sesar Ungaran. Di sebelah utara terdapat Kendeng Thrust sehingga perlu diwaspadai dalam pembangunan perumahan harusnya yang tahan gempa, walaupun secara sejarah dan penuturan orang tua belum tercatat lindu merusak. Gempa terakhir yang dirasakan adalah gempa bumi Bantul tahun 2006 berkekuatan 6,0 MW, getaran tereasa sekitar 10-20 detik menyebabkan perabotan rumah tangga berdenting pohon bergetar dan air di bak mandi beriak kecil.

Geomorfologi sunting

Perbukitan Struktural Lipatan Kendeng Batugamping Napalan mendominasi luasan wilayah Desa Dadapayam. Batuan yang tersingkap di lembah sungai didominasi oleh batuan batugamping, batuan batulempung, Tuf gamping, serta batu batupasir. Banyaknya batu pasir di daerah lembah Kali Gobak terutama di lembah Curi Buthak menandakan daerah ini dulu merupakan daerah yang berada di dasar laut dalam kemudian terendapkan menjadi batuan batupasir, termasuk Batu Curi Buthak dan Curi Bon Guru merupakan batuan jenis batupasir

Kontur desa di bagian selatan didominasi oleh lipatan-lipatan tekto-vulkanik, efek dari kompresi di akibat tumbuhnya gunung Merbabu, bagian utaranya datar dengan lebar kurang dari 3 km inilah batas dari kompresi tekto-vulkanik. Di sebelah barat ada perbukitan Gunung Tengis-Kredo-Santen ini merupakan pegunungan lipatan akibat runtuhnya gunung Soropati, disebelah timur terdapat perbukitan (antiklinal) Ngebleng-Lembu yang merupakan bagian barat dari Pegunungan Kendeng. Di sebelah selatan terdapat Perbukitan Sumberejo-Cukilan-Jangglengan merupakan bagian dari endapan piroklasktik gunung Merbabu, dibatasi oleh perbukitan Blimbing-Jambe yang merupakan bagian dari Barisan Pegunungan Kendeng.

 
Sesar Aktif Sekitar Salatiga

Kondisi Topografi sunting

 
Peta Penggunaan Lahan Dadapayam

Secara terperinci, topografi atau bentuk permukaan tanah Dadapayam terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Daerah topografi berbukit dan miring dengan persentase -+ 65%, yaitu Dusun Jangglengan, Dusun Blimbing, Dusun Jambe.
  2. Daerah topografi datar-miring dengan persentase -+ 25%, yaitu Dusun Krajan, Dusun Pojok, Dusun Bulu & Dusun Ngroto

Jenis tanah di Dadapayam sendiri dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tanah Latosol, Litosol & Lempung. Tanah Latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah, coklat tua hingga kekuning-kuningan. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah Laterit. Tanah ini sangat tipis ketebalan antara 10 - 20 CM, dengan bagian bawah tanah padas. Tanah latosol sangat baik untuk tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan Karet, Sirsak, Kakao, Kopi, Jati , & Sengon. Dengan produktivitas sedang hingga tinggi.

Tanah litosol adalah tanah berbatu-batu. Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini juga disebut tanah azonal. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.Tanah litosol adalah tanah berbatu-batu. Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini jugs disebut tanah azonal. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.

Tanah Lempung adalah tanah yang kurang stabil dan rawan longsor tetapi cocok ditanami tanaman palawija dan tanaman keras.

Administratif sunting

Jumlah RW sebanyak 7 RW dengan 13 Dusun

 
Peta Desa Dadapayam
Dusun
Nama RW Jumlah RT
Krajan 1 8
Pojok 2 7
Ngenjer 3 2
Bulu 3 4
Ngroto 4 4
Gempol 4 2
Ngringin 5 2
Jambe 5 6
Plaosan 5 2
Blimbing 6 6
Jangglengan 7 4
Plasan 7 1
Kleco 7 1
 
Peta Desa Dadapayam

Demografi sunting

Dengan jumlah penduduk 5.841 jiwa pada tahun 2020, Penduduk Pria 2.912 Penduduk Wanita 2.931, dengan penduduk beragama Islam 99,8% (5.745 jiwa) Kristen Protestan 0.2% (11 Jiwa di Dusun Jangglengan).

Pada Tahun 2023 jumlah penduduk menjadi 6103 jiwa, penduduk pria 3053 jiwa, perempuan 3050 jiwa. dengan penduduk beragam islam 99.89% (6090), Kristen Protestan 0,1% (11 jiwa) dan 1 Penghayat Kepercayaan

Tingkat Pendidikan sunting

Sabagian besar penduduk lulusan SD 52%, SMP 17%, SMA 9%, Diploma & Sarjana 2% & Tidak Sekolah 17%.

Ekonomi sunting

Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani, buruh lepas dan pedagang. Banyak warga desa yang merantau ke Sumatera. Akibatnya daerah ini menjadi daerah pinggiran dan kurang berkembang. dulu pasar Dadapayam lumayan ramai, tetapi penggerak ekonomi ini kian hari semakin sepi dan tidak berkembang, pusat perdagangan lebih berkembang di Pasar Kalimaling dan Pasar Wates. Analisa melemahnya perdagangan:

  • Infrastruktur jalan Kabupaten & Desa yang rusak
  • Penduduk Desa banyak yang merantau ke Luar Daerah (Sumsel, Lampung, Jakarta)
  • Sebagian besar pemuda memilih mencari pekerjaan di luar desa
  • Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat

Komoditas yang dikembangkan ialah Padi Gogo, Padi Irigasi, Jagung dan Kacang tanah. Tanaman produksi seperti Jati, Sengon dan Karet mulai dibudidayakan. Peralihan lahan Jati menjadi Karet dan Sengon menjadikan lahan lebih produktif.

Persawahan sunting

Luas sawah produktif Desa Dadapayam sekitar 255 Hektar dengan perkiraaan produksi gabah basah dalam 1 kali musim panen sekitar 1.371 Ton atau dalam setahun sekitar 2.742 Ton. Berikut lokasi lahan produktif:

Lokasi Hektar Produksi Gabah

(Ton)

Keterangan

Irigasi

Lor Omah 39.1 265.3 D.I Plaosan/Dresi
Kidul Omah 35.3 233.7 D.I Plaosan/Dresi
Ngroto-Bulu 56 303.9 D.I Sipengkok -Tadah Hujan
Ngenjer 8.25 41.98 Tadah Hujan
Ngringin 20 102.1 Tadah Hujan
Jambe 40 217.88 Tadah Hujan
Plaosan 23.3 95.2 Tadah Hujan
Blimbing 10 30.64 Tadah Hujan
Jangglengan 24 81.7 Tadah Hujan
Total 254.95 1371.73

Data di atas merupakan perkiraan dengan menghitung rata-rata per 100 meter persegi menghasilkan 69 Kg Gabah basah. Jadi Produktivitas Lahan sawah di Dadapayam diperikarakan 6,2 Ton Per Hektarnya.

Lahan sawah di Desa Dadapayam masih terhitung belum produktif jika dibandingkan dengan rata-rata per hektar sawah menhasilkan 24 ton Gabah.

Kedala-kendala yang dihadapi petani:

  1. SDM terutama anak muda yang enggan bertani memilih bekerja di Pabrik dll
  2. Harga pupuk yang mahal, pupuk subsidi sangat terbatas
  3. Belum melek teknologi pertanian yang modern dan efisien
  4. Biaya operasional jasa pengolahan tanah dan perawatan yang terus meningkat
  5. Ketidakpastian Iklim / awal musim hujan dan akhir musim hujan, sehingga sering menyebabkan gagal panen
  6. Debit air anak sungai Gobak / Kali Dresi sangat berpengaruh terhadap produktifitas Persawahan Dusun Krajan & Pojok

Perkebunan Karet sunting

Sejarah Pengembangan Budidaya Tanaman Karet Desa Dadapayam:

  1. Dimulai Sejak 2008-2009 saat warga mulai mengganti tanaman Jati menjadi tanaman karet
  2. Tanaman karet yang dibudidaya varietas jenis Klon IRR 5, IRR107 , PB 260 baik itu Bibit stek ataupun bibit biji
  3. Mulai memasuki penderesan / panen tahun ke-5 / ke-7 untuk bibit stek, warga mulai menderes karet tahun 2015, sedangkan bibit biji masa panen pada umur 10 -15 tahun lebih
  4. Untuk penyaluran atau penjualan hasil getah karet sangat mudah dikarenakan banyak tengkulak yang mengambil ke rumah-rumah para petani karet setiap seminggu sekali
  5. Masyarakat semakin banyak yang mengalihkan lahan / tegalan mereka dari Tanaman Jati diganti karet dikarenakan lebih produktif dan menguntungkan

Kendala budidaya karet di Dadapayam:

  1. Harga Bibit Karet yang berkualitas cenderung mahal, dan bantuan pembelian bibit dari pemerintah sangat minim
  2. Luas tanah yang tidak sebanding dengan jumlah bibit yang ditanam
  3. Jenis tanah yang latosol dan litosol yang berbatu dan tipis rata-rata ketebalan tanah < 30 cm
  4. Musim kemarau yang relatif kering dan panjang (rata-rata 4 - 5 bulan) menyebabkan produksi getah menurun ketika kemarau dan atau pohon karet mati terutama tanaman yang masih muda
  5. Musim kemarau berangin sehingga menyebabkan stres pada tanaman dikarenakan daun-daun dan ranting rusak bergesekan
  6. Harga Pupuk Mutiara yang mahal, sedangkan pupuk subsidi sangat sulit di dapat (hanya untuk padi)
  7. Edukasi / Penyuluhan dari Dinas terkait yang minim

Untuk menghitung total produksi dan pendapatan dari kebun pohon karet dalam satu bulan, dengan luas tanah 2000 meter persegi dan jumlah pohon 250 Batang. Produksi per minggu = 30 kg:

Total produksi dalam satu bulan = Produksi per minggu * Jumlah minggu Total Produksi=30kg/minggu×4minggu

Setelah itu, kita dapat menghitung pendapatan dengan mengalikan total produksi dengan harga karet per kilogram.

Pendapatan = Total Produksi×Harga Karet Pendapatan=(Total Produksi)×(8000Rp/kg)

Total Produksi = 30kg/minggu×4minggu=120kg

Pendapatan = 120kg×8000Rp/kg

Pendapatan = 960,000Rp

Jadi, jika kebun pohon karet menghasilkan 30 kg getah karet per minggu dan harga karet adalah 8000 Rp per kilogram, pendapatan dalam satu bulan akan menjadi 960,000 Rp. - 1.000.000 Rp. Tergantung fluktuasi harga karet alam.

Luas Perkebunan / tegalan yang ditanami karet diperkirakan kurang lebih 40an hektar, namun belum ada sensus pasti untuk luasan perkebunan karet ini. Berikut potensi hasil karet alam Desa Dadapayam:

Perkiraan potensi hasil getah karet Per Bulan
Luas Lahan Jumlah Pohon Hasil Getah Karet
40 Hektar ~45000 ~24000 kg - 30000 kg

Jadi tingkat Tingkat produktivitas lahan per hektar dapat dihitung dengan membagi produksi total dengan luas lahan dalam hektar:

Tingkat Produktivitas = Luas Lahan dalam Hektar / Produksi Total​ :

Tingkat Produktivitas = 600 kg /hektar

Jika dibandingkan pada umumnya di lahan perkebunan 1 hektar lahan bisa menghasilkan 1 ton getah karet alam basah, sehingga produktivitas lahan karet di Desa Dadapayam masih dibawah rata-rata.

Pendidikan sunting

Terdapat 5 TK/PAUD, 3 SD Negeri (SDN Dadapayam 1, 2 & 3), 2 MI Swasta, 1 SMP Swasta (SMP Islam Sudirman), 2 Pondok Pesantren.

Transportasi sunting

Desa Dadapayam dilalui beberapa ruas jalan Kabupaten yang menghubungkan antar desa dan kecamatan.

Jalan Kabupaten - Lokal Primer:

  1. Ruas jalan : Ujung - Ujung – Dadapayam Ruas No. 40 Panjang 12,68 KM
  2. Ruas jalan : Plumutan – Dadapayam Ruas No. 39 Panjang 6,8 KM
  3. Ruas Jalan : Semowo – Dadapayam Ruas No. 43 Panjang 5,2 KM

Jalan Kabupaten - Poros Antar Desa:

  1. Dusun Jangglengan Desa Dadapayam - Dusun Salak Desa Cukilan No Ruas SUR 015 Panjang 1,97 KM
  2. Dusun Krajan Dusun Pojok, Dusun Bulu Desa Dadapayam – Batas Kabupaten (Desa Gilirejo Kec. Wonosamudro Kab. Boyolali) No Ruas SUR 021 Panjang 1,82 KM
 
Peta Jalan Dadapayam2

Jalan Desa antar Dusun:

  1. Jalan Dusun Krajan - Dusun Pojok Panjang 0,6 KM
  2. Jalan Dusun Bulu - Ngroto - Gempol Panjang 1,3 KM
  3. Jalan Dusun Krajan - Kringin - Jambe -Plaosan Panjang 3,5 KM
  4. Jalan Dusun Jambe - SMP Sudirman Panjang 0,8 KM
  5. Jalan Dusun Blimbing - Batas Kabupaten (Gumul, Gilirejo, Kab Boyolali) panjang 0,88 KM
  6. Jalan Dusun Blimbing - Batas Kabupaten (Cengkal, Kalinanas, Kab Boyolali) panjang 0,85 KM
  7. Jalan Dusun Jangglengan - Plasan - Kleco Panjang 2 KM

Usulan menjadi pembangunan jalan antar dusun (alternatif):

  1. Jalan Dusun Pojok - Glagah Rejosari Bancak Panjang 1,3 KM Perlu pengerasan dan pelebaran, Sebagai jalan alternatif menuju Desa Rejosari
  2. Jalan Dusun Bulu - Dusun gempol Panjang 1,1 KM Perlu pengerasan dan Pelebaran, alternatif lalu lintas antar dusun
  3. Jalan Dusun Bulu - Ngebleng Lembu Bancak Panjang 1,8 KM Perlu pembangunan jalan mengingat terdapat 2 air terjun Gedad dan sabrangan yang berpotensi menjadi tempat wisata alternatif lalu lintas antar Desa
  4. Jalan Dusun Plaosan - Gentan Tukang Pabelan Panjang 1,5 KM Perlu pengerasan dan pembangunan jembatan, sebagai alternatif menuju Desa Tukang dan Pasar Wates

Terdapat angkutan desa PP dari Pasar Dadapayam - Cukilan - Sumberejo - UjungUjung - Kalibening - Nanggulan - Pasar Blauran Salatiga.

Objek Wisata sunting

  • Curi Buthak - Dusun Krajan
  • Air terjun Gedad - Dusun Bulu
  • Air Terjun Sabrangan - Dusun Bulu
  • Goa Winong - Dusun Krajan
  • Kali Gobak - Dusun Krajan

Kesenian sunting

  • Rodad
  • Reog
  • Drumblek
  • Merti Desa

Kesehatan sunting

Puskesmas UPTD Dadapayam

Olah Raga sunting

Lapangan Dadapayam