Bunga pagoda adalah tumbuhan perdu dengan bunga merah kecil-kecil dalam tandan berbentuk kerucut (pagoda), biasa diperbanyak dengan setek cabang dan biji.[2]

Bunga pagoda
Clerodendrum paniculatum
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
Kladasterids
Kladlamiids
OrdoLamiales
FamiliLamiaceae
SubfamiliAjugoideae
GenusClerodendrum
SpesiesClerodendrum paniculatum
Linnaeus, 1767
Tata nama
Sinonim takson
  • Caprifolium paniculatum Noronha
  • Cleianthus coccineus Lour. ex B.A.Gomes
  • Clerodendrum pyramidale Andrews
  • Clerodendrum diversifolium Vahl
  • Clerodendrum splendidum Wall. ex Griff.
  • Volkameria angulata Lour.
  • Volkameria diversifolia Vahl[1]

Bunga pagoda termasuk tanaman meranggas yang dijadikan sebagai tanaman hias yang tumbuh di pekarangan rumah atau di jalan raya. Bunga pagoda termasuk ke dalam famili Lamiaceae,[3] memiliki batang yang tegak, bulat, memilik cabang yang sedikit, dan memiliki warna putih kehitaman.[4]

Di beberapa daerah, Bunga pagoda dikenal dengan nama tumbak raja (Bali), singgugu (Sunda), srigunggu (Jawa), tinjau handak (Lampung), punggur tosek (Madura). Dalam bahasa Tionghoa, bunga ini dikenal dengan nama Bai Jek Hong atau He Bao Hua. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Pagoda Flowers.[5]

Ciri Tanaman sunting

Tanaman Bunga pagoda dapat ditemui di pekarangan rumah karena merupakan tanaman hias. Memiliki tinggi 1 hingga 3 m. Batang tumbuhan ini dipenuhi dengan rambut halus. Memiliki daun tunggal bertangkai yang berbentuk jantung dengan panjang sekitar 15–30 cm dan lebar daun sekitar 10–25 cm, memiliki permukaan kasar, dan letaknya saling berhadapan. Bunga pagoda memiliki bunga majemuk yang terdiri dari bunga-bunga kecil yang hidup bergerombol membentuk piramida yang keluar dari ujung tangkai dan berwarna merah. Kelopak bunga berbentuk corong, dan mahkota bunga berbentuk tabung dengan bercangap lima pada ujungnya dan berwarna oranye. Beberapa jenis Bunga pagoda berwarna putih dan kuning.[5][6]

Persebaran sunting

Tanaman ini tersebar di Indonesia, Taiwan, India, Andaman, serta Kepulauan Nikobar.[7]

Tanaman Bunga pagoda dapat tumbuh di daerah dataran tinggi dengan ketinggial 1.300 mdpl dan semua spesies bunga ini dapat tumbuh di hampir semua habitat tropis, hutan hujan tropis, semak belukar, dan tempat yang dekat dengan sumber air.[4] Untuk merawat tanaman Bunga pagoda, siramlah sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Lakukan penyiraman pada bagian akarnya dan hindari mengenai bagian bunga dan daunnya. Untuk mencegah hama, dapat diberikan pestisida pada tanaman ini dan lakukan pemangkasan ketika ada daun yang layu dan kering.

Nama Lain sunting

Nama lain dari Bunga pagoda adalah:[7]

  • Caprifolium paniculatum Noronha;
  • Cleianthus coccineus Lour. Ex B.A. Gomes;
  • Clerodendrum diversifolium Vahl;
  • Clerodendrum pyramidale Andrews;
  • Volkameria angulata Lour;
  • Volkameria diversifolia Vahl

Klasifikasi sunting

Klasifikasi Ilmiah dari Bunga pagoda adalah:[4]

  • Kingdom: Plantae
  • Subkingdom: Tracheobionta
  • Superdivisi: Spermatophyta
  • Divisi: Magnoliophyta
  • Kelas: Magnoliopsida
  • Super Kelas: Asterids
  • Ordo: Lamiales
  • Famili: Lamiaceae
  • Genus: Clerodendrum
  • Spesies: Clerodendrum paniculatum

Kandungan sunting

Kandungan yang terdapat di dalam Bunga pagoda adalah alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Beberapa kajian ilmiah menyebutkan bahwa pada bagian daun, bunga, dan batangnya mengandung saponin dan polifenol.[5]

Manfaat sunting

Manfaat dari tumbuhan Bunga pagoda ada pada akar yang dapat mempercepat pembekuan darah, peluruh kencing, penghilang bengkak, dan juga sebagai penghancur darah beku. Daun dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai obat anti-radang, dan dapat digunakan untuk mengeluarkan nanah. Untuk pemakaian luar, daunnya dilumatkan lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang sakit. Bunga pagoda dapat digunakan sebagai pereda sakit kepala. Selain itu, tumbuhan ini dapat menghambat perkembangan larva dan pupa pada Aedes Aegypti yang menyebabkan demam berdarah.[5] Untuk mengobati kekurangan darah, Bunga pagoda dapat dimanfaatkan bagian bunganya dengan cara direbus lalu diminum hasil air rebusannya. Bunga yang dapat digunakan sebanyak 30-90 gram. Bunga pagoda dapat digunakan sebagai obat untuk ambeien karena kandungan polifenol, alkaloid, serta flavonoida sangat ampuh dalam mengatasi ambeien. Bagian yang digunakan adalah bagian bunganya dengan cara direbus dan air rebusan tersebut diminum.

Referensi sunting

  1. ^ "Clerodendrum paniculatum L". World Flora Online. The World Flora Online Consortium. 2022. Diakses tanggal 29 July 2022. 
  2. ^ "Hasil Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-08-01. 
  3. ^ "GRIN genera sometimes placed in Verbenaceae". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-11-18. Diakses tanggal 2011-10-10. 
  4. ^ a b c "Cara Menanam dan Merawat Bunga pagoda Yang Kaya Akan Manfaat | FaunaDanFlora.Com" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-08-01. 
  5. ^ a b c d "Bunga pagoda, Tanaman Hias Berbentuk Piramida - Greeners.Co". Greeners.Co. Diakses tanggal 2021-08-01. 
  6. ^ "Herbal: Bunga Pagoda". detikHealth. Diakses tanggal 2021-08-01. 
  7. ^ a b Darma, I Dewa Putu (2017). Koleksi Kebun Raya Lombok Tumbuhan Sunda Kecil (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 128. ISBN 978-979-799-906-3.