Buah makasar

semak perdu
Buah makasar
Buah makasar
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
B. javanica
Nama binomial
Brucea javanica
Sinonim

Sumber:[1][2]

  • B. amarissima Desv.
  • B. gracilis DC.
  • B. sumatrana Roxb.
  • Gonus amarissima Lour.
  • Lussa amarissima O. Ktze.
  • Rhus javanica L.

Buah makasar (Brucea javanica) disebut juga amber merica adalah perdu tegak menahun yang tumbuh meliar di hutan. Tumbuhan ini pahit, dan beracun. Semua bagian tumbuhan ini digunakan untuk obat, terutama untuk mencegah disentri, diare, dan malaria.[3]

Di Indonesia, buah Makassar dikenal dengan sebutan malur (Batak), berul (Lampung), walot (Sunda), kwalot, bom makasar (Jawa), tambara marica (Makassar), dan nagas (Ambon).[4][5]

Deskripsi

sunting

Buah makasar adalah perdu tegak, dengan tinggi 1-2,5 m, dan berambut halus berwarna kuning. Tumbuhan ini bisa juga disebut pohon kecil mengingat tumbuhan ini dapat mencapai 10 m tingginya.[6] Daunnya tunggal, dengan pertulangan daun menyirip, jumlah anak daunnya 5-13, letaknya berhadapan,[2] dan tersusun spiral.[6] Helaian daunnnya berbentuk bulat telur lonjong hingga lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya berbentuk baji, tepinya bergerigi kasar, permukaan atas berwarna hijau, sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau muda. Panjangnya 5-10 cm, dan lebarnya 2–4 cm.[1] Tulang daun sekunder tidak bercabang dan berakhir di kelenjar daun.[6]

Perbungaannya muncul dari ketiak daun, berbulu, menggarpu kecil.[6] Adapun, tumbuhan ini berkelamin dua, dan terletak dalam malai yang padat, dengan warna ungu. Buahnya termasuk buah batu berbentuk bulat telur, dengan panjang 8 mm. Jika sudah masak, berwarna hitam, dan bijinya bulat, dan berwarna putih. Dalam sebuah penelitian, barulah diketahui seumpama dalam sebatang cabang, buah makasar menghasilkan 322,9 buah, dan dalam sebatang pohon, buah makasar menghasilkan 2292 buah. Buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hijau-coklat.[7] Fase pembungaan, pembentukan, dan pemasakan buah selama berturut-turut adalah 28, 47, dan 49 hari.[7] Oleh A.P. Dharma, tumbuhan ini disebut amber merica, walaupun tumbuhan ini menghasilkan buah yang disebut biji makasar.[1][2]

Persebaran dan habitat

sunting

Buah makasar tumbuh tersebar dari Sri Lanka, India mengarah ke Indochina, Tiongkok selatan, Taiwan, Thailand, Malesia ke Australia utara, tumbuhan ini jarang ditemui di Maluku, Papua,[3] dan Guinea Baru.[2] Dahulu, di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan banyak ditemui buah makasar. Namun, buah makasar kini jarang ditemui. Di Jabodetabek, buah makasar hanya ditemui di kebun-kebun milik industri pembuahtan jamu.[8] Persebaran yang terpecah-pecah di Malesia timur menandakan bahwa pohon ini telah diintroduksikan oleh orang beberapa tahun yang lalu. Dari sini, kemudian diintroduksikan lagi ke Mikronesia dan Fiji.[3]

Di Indonesia, tumbuhan ini tumbuh sebagai semak belukar atau tanaman pagar. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji.[1] Buah makasar umumnya tumbuh di tempat terbuka seperti hutan sekunder ringan dan semak, pinggir hutan dan bahkan di tempat panas di tanah berpasir dan tanah kapur. Juga tumbuh di tempat yang beriklim basah maupun kering, muson dan lembap,[3] hingga 1-500 mdpl.[1][8]

Manfaat dan kemampuan

sunting

Secara empiris buah makasar dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Akarnya digunakan untuk pengobatan malaria, keracunan makanan, dan demam. Daunnya digunakan untuk mengatasi sakit pinggang.[6]

Menurut laporan awal, buah makasar mengandung brusamarin, kosamin, yatanin, brusealin, glukosa, dan yatanosida A dan B.[2] Tumbuhan ini juga mengandung fenol (seperti brusenol, dan asam bruseoleat) Bijinya mengandung brusatol, dan brusein A,B,C,D,E,G, dan H. Daging buahnya mengandung minyak lemak, asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan asam palmitoleat. Buah dan daunnya mengandung tanin.[1]

Diketahui, kosamin dalam dosis lemah bersifat emetokatartik dan kolagoga. Ia bersifat membunuh nematoda dan taenia pada anjing. Juga bersifat antibiotik, dan mencegah penggumpalan darah. Namun, dalam dosis besar, ia dapat memnyebabkan kematian. Yatanin diketahui bersifat protozoasidal (pembunuh protozoa) tanpa adanya efek samping. Yatanosida yang diisolasi pada tahun 1945 menyebabkan reaksi keracunan akut dan bahkan menyebabkan kematian pada hewan ujicoba. Pemberian secara oral dan sedang banyaknya, juga menyebabkan kematian.[2] University of North Carolina (AS) menemukan zat yang bersifat anti-leukemia dari biji buah makasar, seperti bruseosida dan brusein. Universitas London mengisolasi zat sitostatik (bruceolid, seperti bruseolid-A) dari akar, buah, dan pepagan buah makasar yang didapati dari Fiji.[2]

Di Kalimantan, biji buah makasar dimakan untuk meringankan masalah pencernaan pada perut. Di Indonesia sendiri, buah makasar dimakan untuk menghentikan pendarahan pada usus.[2] Sedangkan, lumatan buah makasar di masyarakat kampung Gunung Dieng, Wonosobo, diminum seperti kopi dan diminum.[9]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f Dalimartha 2000, hlm. 28-33.
  2. ^ a b c d e f g h Dharma 1987, hlm. 20-22.
  3. ^ a b c d "Brucea javanica Merr". Prohati. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-19. Diakses tanggal 19 March 2013. 
  4. ^ "Brucea javanica (L.) Merr" (PDF). Departemen Kesehatan. 19 November 2001. Diakses tanggal 20 Juni 2013. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Hidayat 2005, hlm. 316.
  6. ^ a b c d e "Buah Makassar (Brucea javanica L. Merr)". Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-18. Diakses tanggal 18 March 2013. 
  7. ^ a b Utami 2011, hlm. 104-105.
  8. ^ a b Utami 2011, hlm. 102.
  9. ^ Hidayat 2005, hlm. 29.
Bibliografi