1808

tahun kalender

1808 (MDCCCVIII) adalah tahun kabisat yang diawali hari Jumat dalam kalender Gregorian dan tahun kabisat yang diawali hari Rabu dalam kalender Julian, tahun ke-1808 dalam sebutan Masehi (CE) dan Anno Domini (AD), tahun ke-808 pada Milenium ke-2, tahun ke-8 pada Abad ke-19, dan tahun ke- 9 pada dekade 1800-an. Denominasi 1808 untuk tahun ini telah digunakan sejak periode Abad Pertengahan awal, ketika Era kalender Anno Domini (Tahun Masehi) menjadi metode lazim di Eropa untuk penamaan tahun. Mulai awal tahun 1808, kalender Gregorian terhitung 12 hari setelah kalender Julian, yang tetap digunakan di sejumlah negara tertentu sampai tahun 1923.

1808
MileniumMilenium ke-2
Abad
Dasawarsa 
Tahun


1808 dalam kalender lain
Kalender Gregorian1808
MDCCCVIII
Kalender Bahá'í−36 – −35
Kalender Bali1729–1730
Kalender Bengali1215
Kalender Berber2758
Kalender Buddha2352
Kalender Burma1170
Kalender Tionghoa丁卯(Kelinci Api)
4504 atau 2358
    — sampai —
戊辰年 (Naga Tanah)
4505 atau 2359
Kalender Koptik1524–1525
Kalender Etiopia1800–1801
Kalender Ibrani5568–5569
Kalender Hindu
 - Vikram Samvat1864–1865
 - Shaka Samvat1730–1731
 - Kali Yuga4909–4910
Kalender Holosen11808
Kalender Iran1186–1187
Kalender Islam1222–1223
Kalender JepangBunka 5
(文化5年)
Kalender Jawa1734–1735
Kalender JulianGregorian dikurangi 12 hari
Kalender Korea4141
Kalender Nanakshahi340
Suriyakhati2351

Peristiwa sunting

  • Herman Willem Daendels, Gubernur-Jendral Hindia Belanda beserta lima ajudannya mendarat di Anyer Banten. Daendels beserta rombongannya mendarat dengan menggunakan kapal Virginia dari Belanda. Ia berkuasa sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari tahun 1808-1811.
  • Daendels membuat Jalan Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan (Jawa Timur) sepanjang 1.100 km. Jalan tersebut digunakan untuk kepentingan kolonial Belanda yakni kepentingan administratif dan sistem pertahanan terhadap serangan pasukan Inggris. Gerobak dan cikar milik pribumi tidak boleh melewatinya. Jalan tersebut mempersingkat waktu tempuh perjalanan Batavia-Surabaya dari sekitar sebulan di musim kemarau menjadi hanya 3-4 hari.[1]

Kelahiran sunting


Kematian sunting

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting

  1. ^ Azharny, M.Ed., Ir. Husaini (2010). ALMANAK SEJARAH INDONESIA; PERISTIWA DAN TOKOH. Jakarta: Kompas Gramedja. hlm. Hal. 3. ISBN 9793591005.