Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/2020/11

Wikipedia:Gambar pilihan/77 2020

sunting

Wikipedia:Gambar pilihan/77 2020 seharusnya menggunakan huruf kapital "K" pada kata "Kota". RXerself (bicara) 2 November 2020 16.15 (UTC)[balas]

Kata baku

sunting

Halo! Kalo boleh tau kata Handal dan Andal ituh mana yah yang baku. Mohon jawabannya. Salam, FBN122645Negosiasi 9 November 2020 03.37 (UTC)[balas]

andal Muhammad Rifqi Priyo Susanto (bicara) 9 November 2020 08.39 (UTC)[balas]
@S Rifqi: Terima kasih atas jawabannya. FBN122645Negosiasi 9 November 2020 08.43 (UTC)[balas]

Lain kali untuk mengecek kata baku atau tidak, cukup buka KBBI ya. – komentar tanpa tanda tangan oleh aris riyanto (bk). 12 November 2020 02.22 (UTC)[balas]

Bagaimana penggunaan kata strategi, strategis dan Stratejik, mohon masukannya agar bermanfaat Yasanto Lase (bicara) 12 November 2020 07.38 (UTC)[balas]

Usulan perubahan istilah pada halaman-halaman badai

sunting

Halaman-halaman badai di WPID sebagian besar menggunakan istilah badai, seperti Badai Harvey dan Badai Katrina. Padahal, tidak semua nama peristiwa tersebut berawalan storm, melainkan ada yang menggunakan istilah hurricane dan typhoon. Oleh karena itu, saya mengusulkan perubahan judul pada halaman badai menjadi:

  1. Hurikan [nama badai] untuk badai bernama Hurricane [nama]
  2. Topan [nama badai] untuk badai bernama Typhoon [nama]

Hurikan dan Topan sudah ada di KBBI.
Catatan: Untuk badai bernama Typhoon [nama], saya sebenarnya masih ragu apakah harus menggunakan istilah Topan atau Taifun karena Taifun sebenarnya lebih cocok digunakan pada kasus ini. Naufal Farrasbicara 13 November 2020 04.33 (UTC)[balas]

Seingat saya (dari beberapa sumber bacaan yang saya sudah lupa di mana), taifun khusus dipakai buat badai yang tercipta di sekitar Asia, sedangkan topan dapat digunakan secara umum untuk badai yang muncul atau terjadi di selain wilayah Asia. ··· 🌸 Rachmat04 · 25 November 2020 13.56 (UTC)[balas]
Benar. Typhoon yang saya maksud adalah badai yang melintasi wilayah Filipina atau Asia Timur. Naufal Farrasbicara 26 November 2020 08.26 (UTC)[balas]

Beberapa masalah bahasa

sunting

"makna" vs "arti" (en: meaning)

Kata EN "meaning" memiliki beberapa arti (makna?), atau sedikitnya 2 arti (makna?) utama yang cukup berbeda:

  • (tentang kata)
  • (tentang hidup dsb) (EN: juga "significance" | ID: kepentingan)

KBBI sama sekali tidak berguna. Apakah kata "makna" dan "arti" sinonim yang sempurna? Taylor 49 (bicara) 20 November 2020 11.42 (UTC)[balas]

Hmmm, dari yang saya lihat "arti" itu digunakan sangat sering sekali dalam kehidupan, dan kalo "makna" saya lebih sering menemukannya dalam karya-karya fiksi kayak novel-novel yang banyak menggunakan kata-kata kiasan... --Nicholas Michael Halim (bicara) 22 November 2020 08.19 (UTC)[balas]

"pandemi" vs "pandemik" (en: pandemic)

Kata EN "pandemic" memiliki dua kelas kata yang berbeda:

  • kata benda / nomina
  • kata sifat / adjektiva

Dalam bahasa SV ada 2 kata yang terpisah: "pandemi" (nomina) dan "pandemisk" (adjektiva). KBBI sama sekali tidak berguna. Apakah Kategori:Pandemik salah dan harus dipindahkan ke Kategori:Pandemi ? Taylor 49 (bicara) 20 November 2020 11.42 (UTC)[balas]

KBBI sama sekali tidak berguna?   – komentar tanpa tanda tangan oleh aris riyanto (bk). 22 November 2020 06.31 (UTC)[balas]
Menurut saya—betulkan aku jika salah—pandemik itu contohnya: "Vaksin pandemik, institusi pandemik" Kalo dalam bahasa Inggris, ya kayak star yang menjadi stellar (contoh: stellar classification, stellar black hole, stellar mass) atau moon menjadi lunar (contoh: lunar phase). Sementara kalo pandemi kayak begini: "Virus tersebut telah mengakibatkan sebuah pandemi". Itu pendapat saya... Kalau masalah kategori pandemik, saya setuju kalo itu dipindahkan ke pandemi... --Nicholas Michael Halim (bicara) 22 November 2020 08.16 (UTC)[balas]
"Kategori:Pandemik" sudah dikosongkan. Taylor 49 (bicara) 22 November 2020 18.57 (UTC)[balas]

Mengembalikan judul halaman Wangsa Syailendra

sunting

Judul pada halaman Wangsa Sailendra untuk dikembalikan kembali ke judul sebelumnya, yaitu Wangsa Syailendra. Berdasarkan pemeriksaan saya dalam KBBI kata bahasa Sanskerta: Śailendra ditulis sebagai Syailendra. Śa dibaca Sya, sama seperti mengeja kosakata: Syin, Syeikh, Syarat, Syarif, Syariat, Syukur dll.

Śa adalah Aksara Tālawya yang bila dieja kedalam bahasa Indonesia berbunyi Sya. Sedangkan Sa (biasa) adalah Aksara Dantya yang bila dieja kedalam bahasa Indonesia tetap dibaca Sa. Jadi ejaan yang benar menurut KBBI adalah Syailendra. Karena Wikipedia bahasa Indonesia adalah ensiklopedia yang menggunakan bahasa Indonesia saya mengajak untuk menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada artikel yang tersedia pada Wikipedia bahasa Indonesia.

Terima kasih atas perhatiannya,

Syzyszune (bicara) 28 November 2020 08.57 (UTC)[balas]

Sekadar saran, lebih baik memakai acuan ejaan yang lazim dipakai, daripada mengacu kepada penyesuaian IAST.
Contohnya, kalau mengacu kepada penyesuaian IAST, maka kata Sri dan Sriwijaya semestinya diubah menjadi Syri dan Syriwijaya.
Kalau memakai acuan ejaan yang lazim dipakai, maka kata Sri dan Sriwijaya tetap ditulis demikian.
Dengan demikian, berarti penyesuaian IAST bukanlah acuan yang mutlak. Ternyata prinsip kelaziman lebih diutamakan.
-- Adiputra बिचर -- 28 November 2020 09.57 (UTC)[balas]
@M. Adiputra: Karena ini Wikipedia sebuah situs ensiklopedia yang menggunakan bahasa Indonesia saya ingin memberikan ajakan bagi siapa saja untuk menyesuaikan apa yang sudah ditetapkan pada kamus ekabahasa resmi bahasa Indonesia yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Sebagai acuan tertinggi bahasa Indonesia yang baku.
Dalam kasus Syailendra oleh KBBI ditulis sebagai Syailendra. Hal ini juga berlaku pada pronunciation pada bahasa Inggris ditulis sebagai Shailendra. Tidak semua aksara Talawya oleh KBBI ditulis dengan ejaan Sya. Contohnya saja Sriwijaya oleh KBBI tetap ditulis Sriwijaya dan dalam bahasa Inggrispun tetap sama. Jadi tidak perlu repot untuk mentranslisasi kata yang menggunakan aksara Talawya secara keseluruhan. Di sini kita hanya menyesuaikan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Syzyszune (bicara) 14.09, 28 November 2020 (UTC)
Syzyszune, apakah alasan usulan Bung ini berdasarkan yang lebih sesuai KBBI, atau berdasarkan aturan transliterasi bahwa Śa ditransliterasikan menjadi "sya"? Soalnya di awal sepertinya alasannya berkaitan dengan aturan transliterasi, tetapi jawaban terbaru di atas menyebut bahwa tidak harus mentransliterasi aksara Talawya secara keseluruhan. Agar lebih fokus kita bahas yang mana. Dan kalau boleh tahu, di mana ditemukan "Syailendra" di KBBI? Soalnya aku cari di versi daring tidak ada. HaEr48 (bicara) 28 November 2020 17.27 (UTC)[balas]
@HaEr48: Berdasarkan Ejaan Bahasa Indonesia yang benar adalah 'Syailendra' atau dalam bahasa Inggris ditulis sebagai 'Shailendra'. Hal ini mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sumber: https://kbbi.web.id/wangsa https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wangsa. Serta buku-buku sejarah yang diterbitkan Kemdikbud dan Perpusnas. Berbagai jurnal yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi: https://sangkhakala.kemdikbud.go.id/index.php/SBA/article/view/102 https://onesearch.id/Search/Results?lookfor=syailendra&type=AllFields
Kasus yang sama adalah nama wangsa Iśana, dalam bahasa Indonesia ditulis sebagai Isyana (artikel terkait Wangsa Isyana) dan dalam bahasa Inggris ditulis sebagai Ishana. Begitu pula Śailendra dalam bahasa Indonesia ditulis Syailendra atau dalam bahasa Inggris ditulis Shailendra.
IAST ke bahasa Inggris
  • Śailendra menjadi Shailendra
  • Iśana menjadi Ishana
IAST ke bahasa Indonesia
  • Śailendra menjadi Syailendra
  • Iśana menjadi Isyana
Syzyszune (bicara) 23.51, 28 November 2020 (UTC)
Sebaiknya fokusnya ke buku sejarah saja, bukan ke IAST. Saya yakin penyusun KBBI pun rujukannya ke buku-buku yang sesuai dengan kata bersangkutan. Kesampingkan IAST, lalu kumpulkan rujukan yang menyatakan bahwa penulisannya memang demikian. Kalau Anda fokus ke IAST, Anda tidak akan menemukan konsistensi. Apalagi masalah penulisan Śa dan Sha menjadi Sya. Kelihatannya saja berusaha konsisten, tapi tetap saja mengacu pada penulisan yang lebih lazim. Tidak hanya dalam penyerapan bahasa Sanskerta; dalam penyerapan bahasa asing yang lain pun demikian, tidak konsisten. Memakai prinsip kelaziman, atau rujukan sumber tepercaya.
Lebih baik kumpulkan buku-buku atau sumber yang menyatakan bahwa ejaannya memang demikian. -- Adiputra बिचर -- 29 November 2020 02.36 (UTC)[balas]
"Tidak semua aksara Talawya oleh KBBI ditulis dengan ejaan Sya."
Nah, dari sini sudah jelas bahwa IAST bukanlah acuan mutlak. -- Adiputra बिचर -- 29 November 2020 02.41 (UTC)[balas]
@Syzyszune: Baik dalam transkripsi bahasa Hindi dan Sanskerta dengan IAST, fonem sya (sa + virama + ya, स्य) TIDAK SAMA DENGAN śa (श) apalagi ṣa (ष). Kalau judulnya diubah menjadi Syailendra, maka saya jadi bingung, ini maksudnya sya atau śa. Mohon dibedakan. RaFaDa20631 (bicara) 29 November 2020 02.50 (UTC)[balas]
Dari yang saya pahami, śa (Dev: श , IPA: ʃa) ingin ditulis sebagai sya. Jadi bukan mengalihaksarakan स्य menjadi sya. Inilah yang memicu inkonsistensi sebab kata Sri juga ditulis dengan श. Akhirnya bakal cherry-picking belaka.
Lebih baik mengumpulkan buku-buku topik terkait yang menyatakan bahwa ejaannya memang harus demikian, daripada pakai rumus IAST ke Indonesia yang tak konsisten dan cherry-picking. -- Adiputra बिचर -- 29 November 2020 03.50 (UTC)[balas]
@RaFaDa20631: Judul sebaiknya menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena ini Wikipedia yang menggunakan bahasa Indonesia, bukan ensiklopedia yang inkosisten. Keterangan IAST bisa ditambahkan di dalam isi artikel, tanpa repot-repot. Banyak terjadi inkosisten pada artikel yang serupa contohnya Wangsa Isyana kalau ditulis dengan ejaan yang lazim maka judulnya menjadi Wangsa Isana. Bandingkan artikel di Wikipedia bahasa Inggris, mereka menyesuaikan pada pronunciation yang berlaku pada bahasa Inggris. Syzyszune (bicara) 05.38, 29 November 2020
Kalau Wikipedia Inggris menyesuaikan pada pronunciation pada bahasa Inggris, apakah Wikipedia Indonesia menyesuaikan pronounciation yang berlaku pada bahasa Indonesia? Hmmm....
Kasus yang bertolak belakang dengan pernyataan di atas, terjadi pada pemindahan artikel Siwa menjadi Syiwa. Padahal kalau mengikuti pengucapan bahasa Indonesia, seharusnya ejaannya menjadi Siwa. Berarti ini hal yang kontradiktif dengan kata-kata yang digarisbawahi: tidak mau ikuti pronunciation.
Kalau kukuh bahwa श harus dialihaksarakan menjadi sya, ini sebenarnya tidak sesuai dengan pronunciation beberapa kata yang sudah telanjur diucapkan masyarakat. Ambil contoh, kata Sri maupun Siwa di Indonesia tidak diucapkan dengan fonem /ʃ/ (sh atau sy). Para editor KBBI mungkin biasa mendengar kata Sri, tapi tidak biasa mendengar kata Siwa (karena non-Hindu), sehingga terjadi cherry-picking.
Saya lebih setuju menerapkan prinsip kelaziman (apa yang lazim diucapkan) dan mampu menyertakan banyak link buku agama Hindu, bahwa ejaan yang dipakai adalah Siwa bukan Syiwa, sebagaimana Sri Wisnu bukan Syri Wisnu. Kesimpulannya: menyesuaikan pronunciation.
Ini hanya perbandingan kasus saja jika mau menerapkan "penyesuaian pronunciation". -- Adiputra बिचर -- 29 November 2020 14.36 (UTC)[balas]
Kembali ke topik utama. Jika menerapkan "penyesuaian pronunciation", sekarang tergantung para ahli dan peminat dan penekun sejarah, mana yang biasa diucapkan. Sailendra atau Syailendra? -- Adiputra बिचर -- 29 November 2020 14.41 (UTC)[balas]