Widorokandang, Pati, Pati

desa di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Widorokandang adalah kelurahan di kecamatan Pati, Pati, Jawa Tengah, Indonesia. desa ini di belah oleh jalan pantura semarang - surabaya tepatnya di jln raya Pati - Juwana km 4, di lalui juga jln lingkar selatan yg menghubung langsung ke jln pantura, dan di bagian belakang desa terdapat sungai besar silugonggo yang menghubung ke laut juwana dan juga di bagian tengah ada sungai yang mengalir dari gunung Gembong ke laut berdampingan dengan jalan pantura.

Widorokandang
Peta lokasi Desa Widorokandang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPati
KecamatanPati
Kode pos
59119
Kode Kemendagri33.18.10.2020
Luas-
Jumlah penduduk1300
Kepadatan-

Sebagaimana desa-desa lainnya di daerah Pantura Jalan Raya Pati - Juwana yang terdapat / di lalui aliran sungai Juwana / silugonggo, tiap musim penghujan dengan curah hujan yg tinggi di tambah luapan air dari waduk gunung gembong desa ini pun terkadang menjadi langganan banjir akibat meluapnya sungai silugonggo walaupun tidak setiap tahun warga selalu was was jika curah hujan turun tinggi.

Sebagian besar penduduk desa widorokandang menggantungkan hidup dari usaha pertanian dengan lahan pertanian tadah hujan. Widorokandang memiliki satu dukuh yaitu dukuh/dusun cangkring.

Berikut adat di desa widorokandang, dalam adatnya di mana penduduk asli Ds. Widorokandang tidak boleh menikah dengan penduduk dukuhnya yaitu Dukuh Cangkring, dan sebaliknya, jika memang menikah harus ada syarat - syarat yang harus di penuhi kedua calon mempelai, mitosnya kalau mennikah tanpa syarat tersebut menurut kepercayaan yang sudah turun menurun pernikahannya akan buruk dan banyak musibah. maka dari itu kebanyakan penduduk Desa Widorokandang atau Dukuhnya yaitu cangkring memilih untuk mencari pasangan dari kampung atau daerah lain. Ini di karenakan menurut Mitosnya Dayang dukuh/desa Cangkring dahulu adalah Adik dari Dayang Desa widorkandang. Dayang adalah orang yang di percaya sebagai sesepuh atau suatu tokoh yang mendirikan dan memberikan nama pada desa pada zaman dahulu yang memiliki pengaruh kuat pada masyarakat, dan sayang ini di sakralkan, setiap hari tertentu dalam 1 tahun sekali selalu di peringati dengan mengadakan sedekah Bumi dan khoul dengan mengadakan Pengajian / Tahlil di makam Dayang dan esoknnya di lanjutkan dengan acara Pertunjukan Kesenian seperti Wayang, Pentas Seni sejarah Kerajaan atau Tokoh Pendekar / kesatria pada zaman dahulu, Orkes dangdut, campursari dan sebagainya.

Kondisi alam, Walaupun dekat dengan sungai silugonggo, namun hal tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena ketika musim kemarau, air sungai sering menjadi asin akibat naiknya air laut. Sedangkan ketika musim penghujan tidak jarang sawah mereka terkena banjir,tapi banjir besar biasanya terjadi 5 atau 6 tahun sekali, dan banjir terbesar dan terparah pernah terjadi pada akhir tahun tahun 2013 setelah 5 tahun tidak pernah di landa banjir, itu juga tercatat sebagai bencana banjir terparah di kota Kudus, Pati dan Rembang akibat di tumpahkannya air dari 2 waduk yang ada di Kabupaten Pati dan jebolnya waduk di daerah kabupaten Kudus juga di perparah dengan Curah hujan yang tinggi selama 2 minggu yang mengakibatkat trunnya air kiriman dari gunung Muria, orang daerah pati dan sekitarnya biasa nenyebutnya dengan Banjir Gunung, kondisi ini juga mengakibatkan kemacetan pada jalan Pantura hampir kurang lebih 12 kilo meter, kindisi ini mendapat perhatian dari Bapak Jusuf Kalla yang saat itu menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia atau PMI.

Tidak sedikit pula penduduk Widorokandang Kecamatan Pati, Kabupaten Pati yang memilih untuk kerja bBuruh pabrik atau merantau ke daerah lain seperti Jakarta, Sumatra, Irian kalimantan, bahkan menjadi Nelayan di laut, TKI dan TKW di luar negeri dan tidak jarang membantu atau meneruskan mengelola sawah / kebun peninggalan orang tua mereka.

Menurut mitos legenda desa widorokandang Menurut legenda, di kademangan / pertapaan / Ds. Widorokandang inilah ketiga bersaudara putra dari Prabu Basudewo raja Manduro dititipkan / dibesarkan oleh Demang Antiyogopa yaitu:

1. Kokrosono ( Bolodewo )
2. Noroyono ( Kresno ) 
3. Roro Ireng ( Sembodro ) 
dalam lakon kongso adu jago