Wahyu 2 (disingkat Why 2) adalah bagian dari Wahyu kepada Yohanes, kitab terakhir dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Penulisnya adalah Yohanes bin Zebedeus, seorang dari Keduabelas Rasul Yesus Kristus.[3][4][5]

Wahyu 2
Wahyu 1:13-2:1 yang tertulis pada sisi verso (belakang) fragmen Papirus 98 dari abad ke-2 M.
KitabKitab Wahyu
KategoriApokalips
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
27
pasal 1
pasal 3
 
Peta Anatolia Barat (dahulu termasuk Asia Kecil) menunjukkan pulau Patmos dan tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.

Struktur

sunting

Pembagian isi pasal:

Ayat 7

sunting
(Yesus berfirman:) "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:
Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."[6]

Ayat 10

sunting
(Yesus berfirman:) "Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."[7]

Ayat 14

sunting
(Yesus berfirman:) "Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah."[8]

Bileam adalah seorang nabi palsu yang menjual pelayanannya kepada seorang raja kafir, Balak, dan menasihati dia untuk mencobai Israel supaya mencemarkan iman mereka dengan melakukan penyembahan berhala dan kebejatan (Bil 22:5,7; 25:1,2; 31:16; 2Pet 2:15). Karena itu, ajaran Bileam ini menunjuk kepada guru-guru dan pengkhotbah yang korup, yang sedang memimpin umat ke dalam kompromi yang parah dengan kebejatan, keduniawian dan ideologi-ideologi palsu, yang kesemuanya hanya dimaksudkan demi keuntungan pribadi atau perolehan harta kekayaan. Jemaat di Pergamus rupanya memiliki guru-guru yang mengajarkan bahwa iman yang menyelamatkan dan gaya hidup yang amoral itu masih bisa berjalan bersama-sama.[9]

Ayat 20

sunting
(Yesus berfirman:) "Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, l yang menyebut dirinya nabiah 12, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala."[10]

Suatu dosa yang umum dalam jemaat di Tiatira adalah kecenderungan untuk membiarkan dosa, ketidakbenaran atau ajaran yang tidak alkitabiah dalam diri para pemimpinnya (ayat Wahy 2:14,20).

  • 1) Yohanes menyebut seorang tertentu dengan nama "Izebel", sebuah nama yang diperoleh dari Izebel di PL dan yang sinonim dengan penyembahan berhala dan penganiayaan (1Raj 16:31; 19:1–3; 21:1–15; 1Raj 21:25) Barangkali beberapa orang di Tiatira menerima guru-guru palsu karena mereka mengaku bahwa mereka berbicara bagi Allah dan karena mereka menunjukkan kharisma, keberhasilan dan pengaruh yang besar. Kristus mengecam dosa sikap toleransi ini.
  • 2) Orang percaya harus menolak semua orang yang lebih mengutamakan perkataan mereka sendiri dari penyataan alkitabiah (lihat 1Kor 14:29) dan yang menyatakan bahwa Allah menerima siapapun dalam jemaat yang melakukan percabulan dan turut serta dalam kesenangan jahat dari dunia ini. Beberapa orang dalam jemaat akan sering membiarkan ajaran sesat semacam itu karena ketidakacuhan, persahabatan pribadi atau takut akan pertentangan, atau karena menginginkan kedamaian, keharmonisan, kemajuan pribadi atau uang. Allah akan menghancurkan jemaat semacam itu beserta para pemimpinnya (Wahyu 2:20–23; Lukas 17:3–4).[9]

Ayat 26

sunting
(Yesus berfirman:) "Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa."[11]

Ayat 27

sunting
(Yesus berfirman:) "dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk--sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku--"[12]

Kutipan dari Mazmur 2:9

Tujuh surat kepada tujuh jemaat

sunting

Ketujuh surat disusun menurut suatu pola yang mempunyai tujuh bagian, yaitu:

  1. Alamat Surat
  2. Sifat Kristus
  3. Pujian untuk Jemaat
  4. Kritikan
  5. Tuntutan
  6. Ancaman
  7. Janji

Ada perkecualian: jemaat di Laodikia tidak dipuji, dan jemaat di Smirna dan Filadelfia tidak dikritik.[13][14]

Beberapa penafsir berkata bahwa setiap jemaat melambangkan suatu masa dalam sejarah gereja. Misalnya jemaat di Efesus, yang ajarannya mantap, melambangkan gereja yang mula-mula, pada masa rasul-rasul. Menurut pola penafsiran itu, mungkin jemaat di Sardis (yang "dikatakan hidup, padahal engkau mati") melambangkan gereja pada zaman Reformasi. Keberatan atas tafsiran tersebut adalah berdasarkan atas lima alasan berikut.

  • Pertama, sebenarnya tafsiran tersebut tidak berdasarkan pengamatan yang teliti. Alasannya karena sejarah gereja tidak begitu sesuai dengan jalannya dua pasal ini.
  • Kedua, kita perlu mengerti bahwa ada jemaat seperti setiap ketujuh jemaat ini pada setiap generasi sejak kitab ini ditulis.
  • Ketiga, tafsiran tersebut cenderung menarik perhatian kita dari penerapan nas ini dalam pribadi kita masing-masing dan dalam jemaat kita masing-masing.
  • Keempat, tampaknya urutan kota yang ada dalam nas ini disamakan bukan dengan sejarah gereja tetapi dengan letaknya kota-kota ini di jalan raya di wilayah itu.
  • Kelima, tidak ada satu petunjuk pun dalam nas ini yang dapat dipakai sebagai alasan atau bukti untuk menafsirkan secara alegoris (lambang).[13]

Referensi

sunting
  1. ^ Merrill C. Tenney. 1995. Survei Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas.
  2. ^ Peter Wongso. 1999. Eksposisi Doktrin Alkitab: Kitab Wahyu. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara.
  3. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.
  4. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN:9794159050.
  5. ^ C. Groenen. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.394-398.
  6. ^ Wahyu 2:7
  7. ^ Wahyu 2:10
  8. ^ Wahyu 2:14
  9. ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  10. ^ Wahyu 2:20
  11. ^ Wahyu 2:26
  12. ^ Wahyu 2:27
  13. ^ a b Hagelberg, Dave. Tafsiran Kitab Wahyu. Yogyakarta: Yayasan Andi. 1997.
  14. ^ The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting