Wahyu 13 (disingkat "Why 13") adalah bagian dari Wahyu kepada Yohanes, kitab terakhir dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Penulisnya diyakini adalah Yohanes bin Zebedeus, seorang dari Keduabelas Rasul Yesus Kristus.[3][4][5]

Wahyu 13
Wahyu 13:16-14:4 yang tertulis pada fragmen Papirus 47 dari abad ke-3 M.
KitabKitab Wahyu
KategoriApokalips
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
27

Teks sunting

  • Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
  • Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini adalah
  • Pasal ini dibagi atas 18 ayat. Di Alkitab bahasa Inggris, ayat pertama lebih panjang dari kebanyakan versi terjemahan bahasa Indonesia, karena memasukkan ayat tambahan, yang di versi bahasa Indonesia merupakan pasal 12 ayat 18.
  • Berisi penglihatan Yohanes akan peristiwa yang terjadi setelah munculnya perempuan dan naga.
  • Pasal ini menggambarkan permusuhan antara antikristus dan Allah serta umat-Nya selama masa kesengsaraan itu.[6]

Struktur sunting

Pembagian isi pasal:

Ayat 1 sunting

Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat.[7]

Seekor binatang yang keluar dari dalam laut itu adalah pemerintahan dunia yang besar dan terakhir dalam sejarah, yang terdiri atas sepuluh kerajaan di bawah kuasa antikristus (lihat Wahyu 17:12; Dan 2:40–45; 7:24–25; 11:36–45).[6]

"Laut" melambangkan banyak bangsa (bandingkan Wahyu 17:15). Iblis memberikan kuasanya kepada pemerintahan ini dan menggunakannya untuk melawan Allah dan umat-Nya (Wahyu 13:2). Wahyu 17:8–11 mencatat penjelasan malaikat mengenai binatang tersebut.[6]

Ayat 11 sunting

Bahasa Indonesia sunting

Terjemahan Baru

Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.[8]

Ayat 16 sunting

Bahasa Indonesia sunting

Terjemahan Baru

Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya.[9]

Tanda binatang sunting

Antikristus akan berusaha untuk memperoleh kuasa total atas dunia ekonomi. Semua orang harus menyembahnya dan menerima suatu tanda pada tangan atau dahi mereka agar dapat membeli atau menjual (Wahyu 13:16–17), dan menunjukkan para pengikut agama dunia yang diperkenalkan oleh antikristus itu. Mereka yang menolak tanda ini akan dikejar untuk dibunuh (Wahyu 13:15).[6]

Segel Kerajaan sunting

"Tanda" (Yunani: χάραγμα, kharagma) dalam ayat ini pernah ditafsirkan sebagai "Segel Kerajaan" atau "Meterai Kerajaan" (Imperial seal) dari Kekaisaran Romawi yang digunakan untuk mengesahkan dokumen-dokumen resmi selama abad ke-1 dan ke-2 Masehi.[10] Pada masa pemerintahan Kaisar Decius (249–251 M), barangsiapa tidak memiliki sertifikat pengorbanan (libellus) terhadap Kaisar Romawi, tidak dapat berdagang, suatu larangan yang dapat dilacak sebelumnya dari pemerintahan kaisar Nero. Nilai penting segel kerajaan ini paralel dengan apa yang dicatat dalam ayat 17 pasal ini.[11]

Mata uang sunting

Pada tahun 66, ketika Nero memerintah sebagai Kaisar, kira-kira waktu penulisan Kitab Wahyu menurut sejumlah pakar, orang Yahudi memberontak terhadap Kekaisaran Romawi dan mencetak mata uang mereka sendiri. Kata Yunani χάραγμα, kharagma, selain berarti "tanda" juga dapat berarti "mata uang yang dimeterai" atau "koin", maupun bermakna "cetakan (meterai)" pada suatu koin, jadi ayat 17 dapat ditafsirkan "tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain daripada mereka yang memakai "uang" itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya."[12]

Pakar Perjanjian Baru Craig C. Hill berpendapat bahwa "tanda" itu melambangkan kekuasaan ekonomi Romawi yang menyeluruh, yang mata uangnya memuat gambar kaisar dan menyampaikan klaim ketuhanannya (misalnya memuat gambar cahaya matahari pada lukisan wajah kaisar).[13] Zealot Christians from the 1st century refused to carry, look at, or manufacture coins bearing any sort of idolatrous image.[14] Sehingga makin sulit bagi orang Kristen untuk berfungsi dalam dunia yang kehidupan masyarakatnya, termasuk kehidupan ekonomi perdagangan, membutuhkan partisipasi dalam penyembahan berhala.[13] Adela Yarbro Collins lebih jauh mengemukakan bahwa penolakan menggunakan mata uang Romawi menyebabkan situasi di mana "tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual" (Wahyu 13:17).[15] Pandangan serupa diutarakan oleh Craig R. Koester, "Ketika terjadi penjualan, orang menggunakan mata uang yang memuat gambar dewa-dewa dan kaisar Romawi. Dengan demikian setiap transaksi yang menggunakan mata uang tersebut merupakan ingatan bahwa orang memajukan hidup secara ekonomi dengan bersandar pada kekuatan politik yang tidak mengakui Allah yang sejati."[16]

Tefillin sunting

Bagian ini dapat dipandang sebagai paralel antithesis terhadap tefillin (tempat kulit hitam yang berisi gulungan perkamen yang ditulisi dengan ayat-ayat dari Taurat). Biasanya tefillin diikatkan pada lengan dan dahi sebagai tanda kesetiaan kepada Allah, namun terancam digantikan oleh tanda binatang pada lengan dan dahi sebagai tanda kesetiaan kepada binatang (iblis) itu.[17]

Ayat 17 sunting

Dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain daripada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. (TB)[18]

Ayat 18 sunting

Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam. (TB)[19]

Ayat 18 bahasa Yunani sunting

Textus Receptus

Ὧδε ἡ σοφία ἐστίν ὁ ἔχων τὸν νοῦν ψηφισάτω τὸν ἀριθμὸν τοῦ θηρίου ἀριθμὸς γὰρ ἀνθρώπου ἐστίν καὶ ὁ ἀριθμὸς αὐτοῦ χξς
Transliterasi: ōde ē sophia estin o echōn ton noun psēphisatō ton arithmon tou thēriou arithmos gar anthrōpou estin kai o arithmos autou ch-x-s

Ayat 18 bahasa Ibrani sunting

בזה החכמה מי אשר לו תבונה יחשב מספר החיה כי מספר בן אדם הוא ומספרו שש מאות וששים ושש׃

Ayat 18 bahasa Latin sunting

Biblia Sacra Vulgata

hic sapientia est qui habet intellectum conputet numerum bestiae numerus enim hominis est et numerus eius est sescenti sexaginta sex

Ayat 18 catatan sunting

  • Sejumlah versi bahasa Yunani (termasuk Teks Mayoritas) menulis angka "666" tidak dengan angka Yunani (yaitu "χξς") melainkan dijabarkan dengan kata-kata "ἑξακόσια ἑξήκοντα ἕξ" (hexakosioi hexēkonta hex; "enam-ratus enam-puluh enam").
  • Karena ayat ini, maka angka "666" disebut juga "Bilangan binatang". Akibat penafsiran ayat ini, maka ada yang menganggap angka "666" sebagai "angka Setan". Sejumlah orang mengalami ketakutan terhadap angka ini, dan disebut sebagai penderita hexakosioihexekontahexafobia.

666 atau 616 sunting

Menurut “The Text of the New Testament” karya Kurt Aland, di antara lebih dari 2300 naskah bahasa Yunani yang ada sekarang, lebih dari 280 naskah memuat sebagian atau seluruh Kitab Wahyu. Ternyata ada perbedaan mengenai penulisan "Bilangan binatang" yang hanya tercatat pada ayat 18, beberapa menuliskan angka tersebut dengan kata-kata untuk mengeja lengkap, namun sebagian besar menggunakan huruf-huruf Yunani yang melambangkan angka (yaitu "χξς" untuk 666). Meskipun mayoritas naskah mencatat angka "666" (dengan kedua macam cara penulisan), terdapat empat naskah (dua yang masih tersimpan baik bertarikh sebelum abad ke-6, dan dua lagi setelah abad ke-8 tetapi sekarang hilang) yang mencatat angka "616", sedangkan ada satu naskah dari abad ke-11 mencatat "665". Hal ini menimbulkan perdebatan apakah naskah aslinya mencatat "666" atau "616".[20] Bahkan ada yang berpendapat bahwa "bilangan 666 telah digunakan untuk menggantikan 616 baik karena analogi dengan bilangan 888, yaitu jumlah nilai huruf yang membentuk nama "Yesus" dalam bahasa Yunani (menurut Deissmann), atau karena angka 666 merupakan "bilangan triangular", yaitu jumlah dari 36 bilangan asli pertama (1+2+3+4+5+6...+36 = 666)".[21]

666 sunting

Penulisan angka "666" dalam bahasa Yunani adalah dengan 3 huruf, yaitu χ (bernilai 600), ξ (bernilai 60), dan ϛ (bernilai 6),[22] atau kadang dieja penuh sebagai "ἑξακόσιοι ἑξήκοντα ἕξ", hexakósioi hexēkonta héx, "enam-ratus enam-puluh enam".[23][24] Ada sejumlah tafsiran-terjemahan mengenai makna frasa "Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu" dimana kata Yunani yang unik ψηφισάτω (psefisato) digunakan dalam arti "menghitung". Terjemahan lain dari kata ini mungkin juga "memperhitungkan", atau "mengambil keputusan" ataupun "memberi suara atau persetujuan".[25]

Dalam Textus Receptus, yang diturunkan dari naskah-naskah jenis Teks Bizantin, angka 666 ditulis dalam bentuk tiga huruf χξς, yaitu kata terakhir dalam ayat ini:

17καὶ ἵνα μή τις δύνηται ἀγοράσαι ἢ πωλῆσαι εἰ μὴ ὁ ἔχων τὸ χάραγμα, τὸ ὄνομα τοῦ θηρίου ἢ τὸν ἀριθμὸν τοῦ ὀνόματος αὐτοῦ.18Ὧδε ἡ σοφία ἐστίν· ὁ ἔχων τὸν νοῦν ψηφισάτω τὸν ἀριθμὸν τοῦ θηρίου· ἀριθμὸς γὰρ ἀνθρώπου ἐστί· καὶ ὁ ἀριθμὸς αὐτοῦ χξϛʹ.[26]

Dalam Novum Testamentum Graece, yang lebih condong kepada jenis Teks Alexandria, angka 666 ditulis dengan tiga kata, ἑξακόσιοι ἑξήκοντα ἕξ, yang berarti "enam-ratus enam-puluh enam":

17καὶ ἵνα μή τις δύνηται ἀγοράσαι ἢ πωλῆσαι εἰ μὴ ὁ ἔχων τὸ χάραγμα, τὸ ὄνομα τοῦ θηρίου ἢ τὸν ἀριθμὸν τοῦ ὀνόματος αὐτοῦ.18ὧδε ἡ σοφία ἐστίν· ὁ ἔχων νοῦν ψηφισάτω τὸν ἀριθμὸν τοῦ θηρίου, ἀριθμὸς γὰρ ἀνθρώπου ἐστίν· καὶ ὁ ἀριθμὸς αὐτοῦ ἑξακόσιοι ἑξήκοντα ἕξ.[27]

Salah satu naskah papirus kuno dari abad ke-3, yaitu Papirus 47 (P47), memuat pasal 9-17 Kitab Wahyu. Bacaan ayat 18 menunjukkan angka 666, dengan huruf-huruf Yunani. Di antara naskah uncial tertua, Codex a(Alef – huruf pertama abjad Ibrani), juga dikenal sebagai "Sinaiticus", bertarikh abad ke-4 dan paling lengkap, menunjukkan bilangan 666 dengan menuliskan lengkap menggunakan tiga kata Yunani. Codex Alexandrinus (A/02), uncial dari abad ke-5, maupun Codex P/025 dari abad ke-9, serta Codex 046 dan Codex 051 dari abad ke-10 semua menunjukkan angka 666 (dengan sedikit perbedaan).

Ketika pengetahuan bahasa Yunani menurun di dunia kuno, banyak terjemahan Perjanjian Baru dibuat ke dalam bahasa yang umum dipakai di waktu kemudian. Antara lain naskah terjemahan Armenia dari abad ke-5, bahasa Suryani dari abad ke-6, bahasa Latin kuno dari abad ke-13, bahasa Koptik, dan bahasa Latin Vulgata, semuanya sependapat bahwa bilangan binatang itu adalah 666.

616 sunting

 
Fragmen dari Papirus 115 (P115) yang memuat sebagian "Kitab Wahyu" dalam volume ke-66 seri Papirus Oxyrhynchus (P. Oxy. 4499)[28] menunjukkan bilangan binatang itu sebagai 616.

Dua naskah Yunani yang memuat Kitab Wahyu, yaitu Papirus 115 dan Codex Ephraemi Rescriptus (C; Paris), menunjukkan bilangan binatang itu dalam ayat 18 sebagai "616".

P115 (P. Oxy. 4499), yang sekarang disimpan pada Ashmolean Museum di Oxford University, bertarikh sekitar tahun 300 M. Naskah ini merupakan salah satu fragmen tertua Kitab Wahyu yang memuat pasal 2-15.[29][30] Bersesuaian baik dengan Codex Alexandrinus dan Codex Ephraemi Rescriptus, dua saksi terbaik untuk Kitab Wahyu.[31] Namun, hanya Codex Ephraemi yang memuat angka 616, sehingga ada orang yang menduga angka inilah yang merupakan bacaan asli dalam bahasa Yunani,[32][33][34] ditulis sebagai: "ἑξακόσιοι δέκα ἕξ", hexakosioi deka hex (terjemahan harafiah: "enam-ratus sepuluh enam", sama dengan "enam ratus enam belas").[35] Bilangan 616 juga ditemukan dalam versi Latin dari Tyconius dari abad ke-4[36] dan sebuah versi Armenia kuno.[37]

Penegasan dari sumber-sumber lain sunting

Tulisan-tulisan dari Origen dan Hippolitus (keduanya dari abad ke-3) dengan kuat mendukung bilangan 666 sebagai bacaan yang benar (Burgon 136). Yang paling terkenal adalah pernyataan Irenaeus, uskup di Lyons yang hidup pada abad ke-2. Irenaeus dikenal sebagai murid Polikarpus yang diketahui merupakan murid langsung dari rasul Yohanes, salah satu dari keduabelas Rasul Yesus, yang menulis Kitab Wahyu. Dalam karyanya "Melawan Ajaran Sesat" (~tahun 180 M) Irenaeus membahas mengenai Kitab Wahyu pasal 13 dan bilangan binatang itu. Dalam jilid ke-5, pasal 28, Irenaeus menyatakan bahwa bilangan binatang itu adalah 666. Tambahan pula, pada pasal 30 jilid yang sama Irenaeus menulis mengenai bilangan 666 sebagai berikut:

“Sedemikianlah keadaan kasus ini, dan bilangan ini ditemukan dalam semua salinan yang paling diakui dan paling kuno[38] [dari Kitab Wahyu], dan orang-orang ini yang melihat Yohanes muka dengan muka, memberikan kesaksian mereka [tentang hal ini];
meskipun akal sehat menuntun kita untuk menyimpulkan bahwa bilangan yang menjadi nama binatang itu, [jika dihitung] menurut cara Yunani untuk menghitung dengan [nilai] huruf-huruf yang memuatnya, akan berjumlah enam ratus dan enam puluh dan enam; yaitu, bilangan puluhan sama dengan ratusan, dan bilangan ratusan sama dengan satuan, di mana bilangan itu [dinyatakan] dengan angka 6 ditulis padanya masing-masing, mengindikasikan kekalahan penyesatan (recapitulation of apostasy), pada tingkat keseluruhannya, yang terjadi pada mulanya, pada periode pertengahan, dan akan terjadi pada akhirnya, - aku tidak tahu bagaimana beberapa orang telah keliru mengikuti gaya pembicaraan yang lazim, dan telah merusak angka di tengah dari nama itu, mengurangi sejumlah 50 dari nilainya, sehingga bukannya enam decad[39] mereka hanya mempunyai satu. Aku condong berpikir bahwa ini terjadi karena kesalahan para penyalin, karena ini bisa terjadi, sebab angka-angka juga ditulis dengan huruf-huruf, sehingga dalam huruf Yunani yang menyatakan bilangan enam puluh dapat mudah dikembangkan ke dalam huruf Iota dalam bahasa Yunani.[40]
Selain menerima bacaan ini tanpa memeriksa; beberapa orang dalam kesederhanaan mereka, dan atas tanggung jawab mereka sendiri, menggunakan angka ini untuk menyatakan satu decad (=10); sementara beberapa yang lain, karena kurang pengalaman, telah mencari-cari nama yang memuat angka yang salah dan palsu ini.” [Roberts 558][41]

Ireneus menegaskan dalam paragraf berikutinya:

Tetapi ketahuilah bilangan yang pasti yang dinyatakan oleh Kitab Suci, yaitu, enam ratus enam puluh dan enam.[42]

Dalam kutipan di atas dengan jelas Irenaeus menyatakan bahwa 666 adalah bacaan yang dijumpai dalam naskah-naskah paling tepercaya, yaitu disalin oleh orang-orang yang pernah bertemu Yohanes, sang pengarang, muka dengan muka. Tambahan pula, Irenaeus mengakui adanya bacaan 616, tetapi menganggapnya keliru, dan menurutnya adalah kesalahan penyalinan serta kegagalan sejumlah orang untuk memeriksa keaslian bacaan tersebut dibandingkan naskah-naskah lain.

Meskipun demikian, pada permulaan abad ke-5, ketika mengoreksi versi Latin kuno Perjanjian Baru, yang disebut Vetus Latina, Hieronimus membiarkan bilangan 616 tetap di sana, sekalipun dalam versi karyanya, Vulgata, ia menggunakan bilangan 666.[43]

Penafsiran sebagai Kaisar Nero sunting

Sejumlah sarjana,,misalnya Beale, berpendapat bahwa seorang penyalin mungkin secara sengaja mengubah 666 menjadi 616 karena pengaruh perbedaan tulisan Latin dan Yunani nama "Nero".[44] Pada abad ke-19 M James Austin Bastow telah mengidentifikasi bilangan ini mempunyai kaitan simbolik dengan kaisar Romawi, Nero, di mana nama Yunaninya jika dialihaksarakan ke dalam bahasa Ibrani mempunyai nilai huruf 666, sedangkan nama Latinnya jika ditransliterasi kepada bahasa Ibrani mempunyai nilai 616.[45] Dalam Kitab Wahyu "tanda binatang" dengan bilangan itu digunakan untuk mengidentifikasi para pengikut binatang itu.

 
Patung dada Nero pada Musei Capitolini, Roma

Sejak saat itu semakin banyak pakar yang menerima bahwa Nero (memerintah tahun 54–68 M) adalah binatang pertama dalam Wahyu 13. Penafsiran ini didukung dengan enumerasi (perhitungan nilai dari suatu huruf) nama dan gelarnya Neron Caesar[46] menjadi "Bilangan binatang".[45][47][48] Sebuah gulungan bertulisan bahasa Aram dari Wadi Murabba'at, bertarikh menurut yang tertera di gulungan itu "pada tahun kedua Kaisar Nero", merujuk Nero dengan nama dan gelarnya[49] di mana dalam bahasa Aram Ibrani adalah Nron Qsr (dilafalkan "Nerōn Kaisar"), dan dalam bahasa Latin adalah Nro Qsr (dilafalkan "Nerō Kaisar").[50]

Nron Qsr

Versi bahasa Yunani untuk nama dan gelar Kaisar Nero dialihaksarakan ke dalam abjad Ibrani sebagai נרון קסר, dan menghasilkan jumlah nilai-nilai huruf "666":[45][49]

Resh (ר) Samekh (ס) Qof (ק) Nun (נ) Waw (ו) Resh (ר) Nun (נ) Jumlah
200 60 100 50 6 200 50 666
Nro Qsr

Versi bahasa Latin untuk nama "Nero" tidak menyertakan huruf Nun (נ) kedua sebagaimana dalam bahasa Yunani, jadi dalam tulisan Ibrani hanya muncul sebagai Nro dan ditransliterasikan ke dalam abjad Ibrani sebagai נרו קסר, menghasilkan nilai "616":[45]

Resh (ר) Samekh (ס) Qof (ק) Waw (ו) Resh (ר) Nun (נ) Jumlah
200 60 100 6 200 50 616

Referensi sunting

  1. ^ Merrill C. Tenney. 1995. Survei Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas.
  2. ^ Peter Wongso. 1999. Eksposisi Doktrin Alkitab: Kitab Wahyu. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara.
  3. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  4. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  5. ^ C. Groenen. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.394-398.
  6. ^ a b c d The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  7. ^ Wahyu 13:1
  8. ^ Wahyu 13:11
  9. ^ Wahyu 13:16
  10. ^ Elwell 1996, hlm. 462
  11. ^ Haines 1995, hlm. 41–2
  12. ^ Henry George Liddell & Robert Scott, A Greek-English Lexicon Diarsipkan 2013-05-09 di Wayback Machine.. Revised and augmented throughout by Sir Henry Stuart Jones with the assistance of Roderick McKenzie. Oxford, Clarendon Press, 1940.
  13. ^ a b Craig C. Hill (2002), In God's Time: The Bible and the Future, Eerdmans; p. 124
  14. ^ Adela Yarbro Collins (1984), Crisis and Catharsis: The Power of the Apocalypse, Westminster John Knox Press, p.126
  15. ^ "Collins, 1984, p. 126: Adela Yarbro Collins writes, "The juxtaposition of buying and selling with the mark of the beast refers to the fact that Roman coins normally bore the image and name of the current emperor. "The inability to buy or sell would then be the result of the refusal to use Roman coins."
  16. ^ Craig R. Koester (2001), Revelation and the End of All Things, Eerdmans; p. 132
  17. ^ Paul Spilsbury (2002), The Throne, the Lamb and the Dragon: A Reader's Guide to the Book of Revelation, InterVarsity Press; p. 99
  18. ^ Wahyu 13:17 - Sabda.org
  19. ^ Wahyu 13:18 - Sabda.org
  20. ^ 666 or 616? – The Number of the Beast "666 atau 616? - Bilangan binatang"
  21. ^ Paul Lewes, A Key to Christian Origins (Watts & Co., London, 1932, p. 140
  22. ^ "Revelation 13:18". Stephanus New Testament. Bible Gateway. Diakses tanggal 22 June 2006. 
  23. ^ "Revelation 13:18". Westcott-Hort New Testament. Bible Gateway. Diakses tanggal 22 June 2006. 
  24. ^ "Revelation 13:18" (JPEG). Codex Alexandrinus. Center for the Study of New Testament Manuscripts. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-03-23. Diakses tanggal 22 June 2006. 
  25. ^ Samuel Fuller, The Revelation of St. John the Divine self-interpreted, page 226
  26. ^ Textus Receptus Greek NT (edition Stephanus, 1550): Revelation 13:17 and 18
  27. ^ Revelation in the 26th/27th edition of the Novum Testamentum Graece
  28. ^ Parker 2009, hlm. 73
  29. ^ Stewart 2011, hlm. 40–41.
  30. ^ "Papyrus Reveals New Clues to Ancient World". News.nationalgeographic.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-10. Diakses tanggal 11 August 2010. 
  31. ^ Comfort 2000, hlm. 66.
  32. ^ Schnabel 2012, hlm. 187.
  33. ^ Philip W Comfort and David P Barrett, The Text of the Earliest New Testament Greek Manuscripts, (Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers Incorporated, 2001)
  34. ^ Anderson, Tom (1 May 2005). "Revelation! 666 is not the number of the beast (it's a devilish 616)". The Independent. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-22. Diakses tanggal 1 March 2009. 
  35. ^ Hoskier, Herman C. (1929). Concerning the Text of the Apocalypse: A complete conspectus of all authorities (edisi ke-vol. 2). hlm. 364. 
  36. ^ (DCXVI, ed. Souter in the Journal of Theology, SE, April 1913)
  37. ^ (ed. Conybaere, 1907)
  38. ^ Kutipan asli bahasa Yunani: ἐν πᾶσι τοῖς σπουδαίοις καὶ ἀρχαίοις ἀντιγράφοις Dikutip dari Ante-Nicene Fathers Vol. I, Against Heresies: Book V by Irenaeus, translated by Philip Schaff et al. Chapter XXX.
  39. ^ "decad" atau "dekad" maksudnya adalah "10-an"/"bilangan puluhan"
  40. ^ Maksudnya di sini, huruf Ξ (=X) menjadi I atau ΕΙ, menurut Harvey, yang menganggap klausa ini merupakan interpolasi. Hal ini tidak terjadi dalam naskah bahasa Yunani yang dilestarikan oleh Eusebius (Hist. Eccl., v. 8). Dikutip dari Ante-Nicene Fathers Vol. I, Against Heresies: Book V by Irenaeus, translated by Philip Schaff et al. Chapter XXX.
  41. ^ Ireneus. Adversus Haeresus, https://en.wikisource.org/wiki/Ante-Nicene_Fathers/Volume_I/IRENAEUS/Against_Heresies:_Book_V/Chapter_XXX. Buku V. Bab 30. Paragraf 1].
  42. ^ Ireneus. Adversus Haeresus, https://en.wikisource.org/wiki/Ante-Nicene_Fathers/Volume_I/IRENAEUS/Against_Heresies:_Book_V/Chapter_XXX. Buku V. Bab 30. Paragraf 2].
  43. ^ De Monogramm., ed. Dom G Morin in the Rev. Benedictine, 1903
  44. ^ “…seorang penyalin mungkin secara sengaja mengubah bilangan itu menjadi 616 di bawah pengaruh bentuk bahasa Latin nama Nero, yang jika ditulis dalam huruf-huruf Ibrani…, menghasilkan 616.” (Beale 1999, hlm. 718)
  45. ^ a b c d Cory 2006, hlm. 61.
  46. ^ Garrow 1997, hlm. 86: (Bauckham, 1993, p. 387).
  47. ^ Just, Felix (2 February 2002). "666: The Number of the Beast". Diakses tanggal 6 June 2006. 
  48. ^ Some Recently Published NT Papyri from Oxyrhynchus: An Overview and Preliminary Assessment Diarsipkan 2011-07-06 di Wayback Machine. by Peter M. Head, Tyndale Bulletin 51 (2000), pp. 1–16 http://www.tyndale.cam.ac.uk/Tyndale/staff/Head/NTOxyPap.htm#_ftn39 Diarsipkan 2020-02-07 di Wayback Machine.
  49. ^ a b Hillers, D. R. (1963). Revelation 13:18 and A Scroll from Murabba'at. BASOR, 170. hlm. 65. 
  50. ^ Hillers, D.R. (1963). "Revelation 13:18 and a Scroll from Murabba'at". Bulletin of the American Schools of Oriental Research. 170 (170): 65 es. doi:10.2307/1355990. JSTOR 1355990.  Note: website requires subscription. The New Jerome Biblical Commentary. Ed. Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmyer, and Roland E. Murphy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1990. 1009

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting